KOMPAS.com - Bertepatan dengan milad ke-64, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar wisuda sarjana ke-71 dan wisuda pascasarjana ke-40 bagi 1.770 wisudawan dari program D3, sarjana, doktor, dan magister.
UMJ yang didirikan pada 18 November 1955 menjadi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tertua di Indonesia dan merupakan cikal bakal lahirnya PTM lain yang kini mencapai 169 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Persyarikatan Muhammadiyah juga menjadi organisasi kemasyarakatan di dunia yang memiliki lembaga pendidikan terbanyak, mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi.
Dalam usia yang lebih dari setengah abad itu, UMJ telah melahirkan tidak kurang dari 50.000 alumni yang tersebar dan berkiprah dalam berbagai bidang dalam rangka berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.
Tantangan global perubahan
Rektor UMJ Prof Syaiful Bakhri dalam sambutannya menyampaikan, dunia pendidikan tinggi dihadapkan pada tantangan era baru, yakni dunia yang berubah begitu cepat.
Perubahan ini, menurut dia, turut mengubah paradigma dunia pendidikan dengan mulai meninggalkan metode konvensional menuju era pendidikan baru yang mengombinasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.
"Kondisi ini menumbuhkan atmosfer persaingan semakin ketat dan semakin kompleks dalam skala lokal, regional, bahkan global," ujar Prof Syaiful.
Prof Syaiful menambahkan, "Era yang disebut sebagai era globalisasi ditandai dengan pola pikir modern, dengan unsur-unsur siap berubah, kreatif, inovatif, dan open minded merupakan sebuah keniscayaan menjadi perhatian UMJ," tegas Syaiful, Guru Besar Ilmu Hukum Pidana.
Hal senada disampaikan oleh Prof Din Syamsuddin, tokoh Muhammadiyah sekaligus Badan Pembina Harian UMJ.
"Lulusan UMJ harus mengantisipasi perubahan dengan melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3 karena dunia membutuhkan SDM berkualitas untuk menghadapi perubahan pada masa-masa mendatang," ujarnya.
Pendidikan cegah ekstremisme
Dalam kesempatan wisuda dan dies natalis UMJ, Director of Centre for Trust, Peace and Social Relations Universitas Coventry Inggris, Prof Mike Hardy, memberikan orasi ilmiah dengan mengangkat tema “Educating for the Middle Way: Social Capital for Peaceful Relations”.
Mike Hardy merupakan peneliti keislaman di Indonesia dan memiliki hubungan baik dengan Muhammadiyah dan beberapa organisasi Islam di Indonesia.
Dalam orasinya, Mike Hardy menyatakan bahwa lembaga pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, memiliki peran penting mengatasi berbagai permasalahan global, termasuk bahaya ekstremisme.
“Dalam tantangan terhadap semua bentuk ekstremisme keras atas nama agama, kepercayaan, atau ideologi, lembaga pendidikan sering kali ditugaskan untuk memainkan peran penting," ujar Prof Hardy.
Prof Hardy menegaskan, "Secara global, peran lembaga pendidikan atau perguruan tinggi diharapkan dapat mencegah atau mengatasi ekstremisme.”
Pendekatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Acara dies natalis dan wisuda itu digelar pada Senin (18/11/2019) di Gedung Indonesia Convention Exhibition (ICE), Serpong, Tangerang.
Saat ini UMJ memiliki 53 program studi yang tergabung dalam 10 fakultas, 10 program magister, dan satu program doktor. Rektor UMJ menyampaikan, saat ini alumnus UMJ banyak menjadi pengusaha, pejabat publik, anggota legislatif, dosen, dan lain sebagainya.
Rektor UMJ berharap pada usia yang sudah cukup matang itu, UMJ memiliki kemampuan daya tahan untuk tetap bertahan dari segala tantangan dan kendala dalam mengelola pendidikan tinggi.
Prof Syaiful Bakhri juga berharap UMJ sebagai pelopor dari lahirnya semua PTM terus-menerus melakukan perbaikan dengan tetap mempertahankan jati dirinya melalui pendekatan Al-Islam dan Kemuhammadiyaan.
"Nilai-nilai universal kita tampilkan, memperoleh ilmu saja tidak cukup dan belum menjamin apa yang kita inginkan," tutupnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/11/18/17383751/milad-ke-64-umj-ubah-paradigma-pendidikan-hadapi-tantangan-global