Salin Artikel

Pesan untuk Guru Milenial: Terima Kasih dan Jangan Takut Berinovasi

KOMPAS.com - Generasi millenial kini terus mengisi profesi guru. Kiprah guru-guru millenial menjadi salah satu kunci pengembangan sumber daya manusia di Indonesia saat ini.

Tentunya, beban dan tanggung jawab guru-guru millenial berupa administrasi di sekolah, gaji kecil, dan lainnya masih membayangi mereka dalam bekerja.

Tanggung jawab guru yaitu membentuk karakter anak di sama depan ada di pundak guru-guru millenial.

Keberanian mereka patut diapresiasi. Setidaknya itulah kalimat pertama yang dilontarkan salah satu guru dari generasi millenial, Zafira Andini Muzzamil (22) untuk mengapresiasi para generasi millenial yang telah memilih profesi guru.

"Terima kasih karena teman-teman sudah memilih profesi (guru) yang sangat mulia dan beresiko besar. Kenapa? Karena tugas kita adalah membentuk generasi muda yang sekarang kita ajar untuk menjadi modal negara kita, bangsa kita untuk maju," ujar Zafira saat dihubungi Kompas.com.

Beban administrasi

Beban guru tersebut, lanjutnya, dipilih dengan ikhlas dan sukarela. Menurutnya, keberanian menjadi guru saat ini adalah hal yang luar biasa.

"Tetap pada idealisme teman-teman walaupun sekarang susah," ujar guru di SMAN 5 Bogor itu.

Susah yang Zafira maksud adalah beban administrasi yang mesti guru penuhi sehingga waktu mengajar tak maksimal, keterbatasan dana sekolah, dan orangtua yang kurang komunikatif ke guru.

Beban administasi di sekolah seperti tugas khusus mengurusi kurikulum, acara di sekolah hingga ikut lomba-lomba di berbagai tingkat.

Ia meminta rekan-rekan guru millenial untuk tak mudah menyerah. Ia menyakinkan guru-guru millenial pasti bisa beradaptasi dengan lingkungan, idealisme, dan cara mendidik yang khas.

Memahami minat bakat siswa

"Pasti kita akan bisa beradaptasi dengan itu semua. Saya yakin pasti tujuan guru itu kan sama  yaitu buat anak didik itu berkarakter dan berwawasan, dan bisa menyelesaikan masalah yang ada di kehidupan nyata," tambahnya.

Ia juga meminta para guru-guru millenial untuk mengapresasi semua pencapaian murid-murid di kelas. Zafra menyebutkan bila ada murid yang memiliki nilai yang jelek, jangan langsung menilai murid itu bodoh.

"Tak ada anak bodoh. Semua itu hanya tentang perbedaan minat dan bakat," tambah Zafira.

Menurutnya, nilai jelek di suatu pelajaran bisa menandakan minat murid yang berbeda. Guru seharusnya bisa memahami minat dan bakat setiap murid.

"Kita tak bisa memaksakan. Yang penting kita kasih tau manfaat belajar ilmu ini. Tetap semangat ya teman-teman," ujar Zafira menyemangati para guru millenial.

Jangan takut berinovasi dan terus update

Guru Semut-Semut The Natural School Depok, M. Fuad Rizqi Ramadhan (23) mengatakan para guru millenial jangan takut untuk berinovasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

"Jangan takut improve sih. mungkin ada sekolah yang kaku karena harus ikuti aturan dinas atua pemerintah. Gak ada yang salah dari improve selama tujuannya masih sama untuk didik. tujuannya baik, jangan takut improve dan inovasi," kata Fuad kepada Kompas.com di Depok, Jawa Barat.

Fuad juga menyarankan para guru millenial untuk terus memperbaharui segala sesuatu baik ilmu pengetahuan hingga hobi. Pasalnya murid-murid sekolah saat ini sudah melek digital.

"Kita yang imbangin. Harus update dan jangan sampai ketinggalan tren. Konten-konten dewasa itu banyak yang masuk ke anak-guru dari handphone. Jadi guru harus cepat-cepat tahu," tambahnya.

Ia mencontohkan tentang penggunaan bahasa-bahasa kasar yang bisa diakses melalui Youtube. Bila guru tak tahu tren bahasa-bahasa kasar saat ini, tentu akan hanya bisa diam.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/11/26/18460111/pesan-untuk-guru-milenial-terima-kasih-dan-jangan-takut-berinovasi

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke