Salin Artikel

Data Scientist Indonesia Masih Langka, Ini Kemampuan yang Wajib Dimiliki

KOMPAS.com - Profesi data scientist menuntut kemampuan well rounded (serba tahu).  Penguasaan bidang bisnis yang digeluti menjadi salah satu kemampuan wajib dimiliki data scientist.

"Kalau kita liat data scientist itu multidisiplin. Dia harus coding, statistik, dia tak hanya menguasai teknis tapi misalnya data scientist di bidang media, dia juga harus punya sense of journalism," ujar Chief Executive Officer Kompas Gramedia (KG) Media, Andy Budiman kepada Kompas.com.

Menurutnya, seorang data scientist harus mampu membaca pola-pola (pattern) yang muncul dari data-data yang dimiliki perusahaan tempatnya bekerja. Data tersebut nantinya berguna untuk melihat prediksi bahkan mengambil keputusan.

"Tapi sampai mengolah data untuk prediction dan decision, itu data scientist harus mengolah data yang dalam jumlah besar itu dibutuhkan alogartima," ujarnya.

Andy menyebutkan kriteria dasar seorang data scientist adalah rasa ingin tahu yang besar. Namun, seorang data scientist perlu melengkapi dengan kemampuan analisa, pemrograman, statistika, dan ketertarikan di bidang yang digeluti.

"Karena biasanya keterampilan itu dimulai dengan ketertarikan dengan bidang yang digeluti. Kalau punya kemampuan analisa, coding, dan ketertarikan. Kalaua semua itu komplit dan efektif melakukan pekerjaan di bidangnya," tambahnya.

Data scientist, lanjut Andy, tak bisa bekerja sendiri. Perannya untuk mempertanyakan suatu hal yang muncul dari data dan menjawab dengan alogaritma dan coding perlu didukung dengan peran data engineer dan ahli statistika.

Sulit mencari data scientist di Indonesia

Profesi data scientist di Indonesia, kata Andy, masih langka. Berdasarkan pengalamannya mencari karyawan untuk posisi data scientist, calon kandidat baru sekedar di posisi data analyst.

Saat ini data scientist di Indonesia masih tergolong langka karena belum banyak sumber daya manusia Indonesia yang menguasai. Ia menyebut banyak start up Indonesia yang berstatus unicorn yang justru membuka kantor untuk di Singapura demi mendapatkan karyawan data scientist.

"Kita (industri itu tak jadi part of the solution tapi jadi part of the problem. kenapa? karena supply (data scientist) sedikit. Kita itu tak mencreate talent tapi membajak dan dibajak talent," ujar Andy.

Sulitnya data scientist membuat gaji seorang data scientist semakin naik dan semakin mahal. Menurut Andy, fakta tersebut dianggap baik untuk orang-orang yang mampu menjadi data scientist.

"Bagi industri itu sendiri jadi mahal untuk memiliki skill itu sehinga menghambat progres yang harusnya bisa lebih cepat," tambah Andy.

Kolaborasi industri dan universitas

Andy mengajak para industri dan universitas bekerja sama untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menguasai kompetensi dibutuhkan industri.

Ia juga menyebut pentingnya berkolaborasi dengan pihak untuk kampus agar bisa menyelesaikan masalah ketidakcocokan antara kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan.

"Supaya kita bisa dapat talent dari universitas. Bisa creating talent bukan cuma acquiring talent. Itu kunci di industri kita. Mau itu di bidang teknologi atau di bidang data," ujarnya.

Ia juga meminta pihak universitas agar terbuka dengan para industri dalam segi penyiapan kurikulum. Link and match perlu terus ditingkatkan.

"Kalau gapnya besar antara fresh graduate dengan talent yang dibutuhin di industri, ada problem tadi. Daripada rekrut fresh graduate, training tiga bulan, mending bajak sajalah. Kalau gapnya makin kecil, dari industri akan mau rekrut langsung dari kampus," tambahnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/06/21120061/data-scientist-indonesia-masih-langka-ini-kemampuan-yang-wajib-dimiliki

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke