KOMPAS.com - Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) berencana membuka sejumlah program studi (prodi) dan politeknik baru. Rencana muncul guna menjawab tantangan kebutuhan sumber daya manusia ke depan.
Rektor Universitas Prasmul, Prof. Djisman Simandjuntak mengatakan rencana perluasan portofolio universitas yaitu arts and humanity. Menurutnya, kebutuhan kompetensi artistic skills sangat diperlukan terkait perkembangan teknologi saat ini.
"Dulu kita kalau presentasi kita tak pakai alat apapun, sekarang kalau presentasinya tidak visual hampir tidak berdampak. Untuk membuat sesuai yang visual kita perlu artist di samping kemampuan digital," kata Prof. Djisman di Jakarta beberapa waktu lalu.
Perkembangan dunia genome editing juga memantik Universitas Prasmul untuk menyiapkan program studi Biologi. Menurut Prof. Djisman, genome editing akan berperan besar dalam sektor agrikultur, kesehatan, peternakan, dan dunia siber.
"Rencana besar kedua adalah politeknik. Kalau yang sekarang prodi-prodi Prasetiya Mulya, muaranya adalah sarjana. Walaupun kita adalah tetap mengembangkan learning by enteprising," ujar Prof. Djisman.
Prof. Djisman menyebutkan akan memacu terus lulusan Universitas Prasetiya Mulya untuk terus mejjadi pengusaha lewat program universitas saat ini. Rencana politeknik akan direalisasikan pada tahun 2023.
"Kita juga berencana 2023 akan meluncurkan program politeknik, yang lebih teknikal daripada sarjana," tambah Prof. Djisman.
Menurut Prof. Djisman, rencana yang banyak disiapkan tak akan membuat Universitas Prasetiya Mulya menjadi universitas yang besar. Ia menegaskan Universitas Prasetiya Mulya akan tetap menjadi universitas yang berskala sedang.
"Kita mau tetap mau jadi universitas yang sedang. Target mahasiswanya 10.000 orang, sekarang mahasiswanya 5.000 orang," ujarnya.
Prof. Agus W. Soehadi selaku Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya menambahkan akan mengembangkan jurusan Teknik Industri (industrial engineering). Menurutnya, jurusan Teknik Industri berperan penting untuk mewujudkan efisiensi biaya logistik ekspor.
"Kalau berbicara logistic cost, itu 25 persen dari APBN. Negara tetangga itu kurang dari 20 persen. Itu biaya logistik begitu besar. Kalau kita bisa saving 1-2 persen saja, bagaimana integrasi antar moda yang efisien," jelas Agus.
Dari latar belakang tersebut, Universitas Prasmul akan menawarkan program studi Teknik Industri. Jurusan Teknik Industri nantinya akan membahas sejumlah materi seperti kajian integrasi antar moda dalam rangka efisiensi biaya logistik.
Prodi yang akan dibuka tahun depan di Sekolah Ekonomi dan Bisnis Prasmul adalah S3 Manajemen dan Kewirausahaan. Menurut Prof. Agus, Sekolah Ekonomi dan Bisnis Prasetiya Mulya yang pertama meluncurkan prodi S3 Manajemen dan Kewirausahaan sesuai dengan nomenklatur baru di Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Tetap ada kata wirausaha karena itu adalah kekuatan dari Prasetiya Mulya," tambah Prof. Agus.
Jembatan data science dan perusahaan
Prodi lainnya yang dibuka adalah Magister Manajemen Business Analytics. Pembukaan prodi tersebut lantaran kebutuhan sumber daya manusia di perusahaan untuk menjembatani divisi Data Analyst dan top manajemen.
"Jadi isu di perusahaan itu kadang-kadang ketika sekarang data begitu banyak di luar perusahaan seperti di media sosial. Itu membuat menjadi kompleks. Di top manajemen tim itu tak punya akses kepada informasi yang begitu besar," tambah Prof. Agus.
Sekolah Ekonomi dan Bisnis Prasmul melihat adanya jurang antara Data Analyst dan top manajemen. Menurut Prof. Agus, seorang Data Analyst tak selalu memiliki pemahaman proses bisnis di tempat ia bekerja.
"Apa yang diproses data analyst, karena dia tak punya understanding bussiness process, belum tentu dibutuhkan oleh pihak pimpinan perusahaan. makanya kita perkenalkan business analytics, brigding antara data scientist dan pimpinan perusahaan. itu akan kami luncurkan tahun depan," tambah Prof. Agus.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/13/18162241/universitas-prasetiya-mulya-siapkan-prodi-dan-politeknik-baru