Salin Artikel

Kisah Perjuangan Husein dari UGM, Berprestasi dari Kursi Roda

KOMPAS.com - Masuk kuliah di kampus ternama pasti jadi impian banyak mahasiswa. Namun, bagaimana bagi mahasiswa yang memiliki keterbatasan fisik? Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa penyandang disabilitas.

Seperti kisah inspiratif ini. Dikutip dari  Harian Kompas, 4 Desember 2019, salah satu alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) penyandang disabilitas ini menceritakan pengalaman semasa kuliah.

Bagi mahasiswa difabel, kuliah bukanlah hal yang mudah. Selain harus mampu mengatasi rasa minder dengan teman, mereka juga harus menyiasati fasilitas kampus yang belum ramah pada mereka.

Muhammad Fahmi Husein (22) adalah lulusan dari Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta, dan telah diwisuda 20 November 2019 lalu.

Naik tangga digendong teman

Saat datang ke kampus untuk sebuah urusan, Rabu (27/11/2019), ia bercerita mengenai perjuangannya untuk kuliah jauh lebih berat daripada mahasiswa lain pada umumnya.

Setiap hari, anak sulung dari empat bersaudara pasangan Murtandlo dan Anik Marwati itu diantar dengan mobil ke kampusnya.

Ketika mobil tiba di tempat parkir, teman-teman kuliahnya yang sangat baik siap membantu menggendong Fahmi turun dari mobil dan mendudukkannya di atas kursi roda.

Teman-temannya lantas mendorong kursi roda Fahmi melintasi jalan di Departemen Teknik Elektro dan Informatika Sekolah Vokasi UGM.

Setiba di gedung jurusan kuliah, Fahmi menemui kendala. Sebab, kuliahnya diadakan di lantai dua dan tiga. Tetapi teman-temannya ternyata siap menggotongnya dari lantai satu.

"Kami selalu melewati 32 anak tangga untuk satu lantai. Memang gedung di Sekolah Vokasi belum punya fasilitas memadai untuk pengguna kursi roda," ucap Fahmi.

"Tidak ada lift untuk ke lantai atas. Katanya karena gedung ini gedung tua dan cagar budaya, sulit untuk diubah," imbuh Fahmi.

Tak bisa berjalan sejak kelas 4 SD

Akan tetapi, fasilitas kampus yang belum ramah pada difabel itu hanya satu halangan. Sebab, Fahmi juga harus bergulat mengatasi rasa minder yang menghampirinya sejak ia terkena penyakit yang membuat otot kakinya melemah saat lulus SD.

Alumnus D3 Prodi Komputer dan Sistem Informasi Sekolah Vokasi ini mengidap Duchne Muscular Distropy (DMD) yang membuatnya tak mampu berjalan sejak kelas 4 SD.

"Aku sempat enggak mau sekolah. Terus ayah dan ibu mendorong aku untuk tetap melakukan hal yang aku suka, yakni mendesain mobil," cerita Fahmi.

Banyak prestasi

Urusan desain-mendesain, Fahmi sama saja dengan orang yang fisiknya normal. Bahkan yang membanggakan, ia mampu mencatat banyak prestasi meski dengan keterbatasan itu.

Fahmi pernah memenangkan beragam kompetisi, baik tingkat nasional atau internasional. Ia juga mendapat medali perak dalam ajang Seoul International Invention Fair 2018.

Karyanya ialah sepatu yang bisa membuat kaum difabel menjalani terapi independen yang dikontrol lewat telepon pintar.

Bersama dua mahasiswa UGM lainnya, ia juga memenangi dua medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2018.

Beberapa prestasi yang sempat diperoleh Fahmi antara lain Special Mention 'Indonesia ICT Award 2013' dan Medali Perak OSN Karya Ilmiah Inklusi 2015.

Adapula meraih Medali Emas 'Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-31' kategori Presentasi dan Poster 2018, juga Delegasi Sekolah Vokasi dalam 'The Internasional Seminar of Technology Sustainbility 2018'.

Fahmi juga meraih Medali Perak 'Seoul Internasional Invention Fair 2018', dan Special Award dari King Abdul Aziz University dalam 'Seoul Internasional Invention Fair 2018'.

"Dari situlah saya semakin percaya diri dan bertekad untuk kuliah. Bahkan, saya ingin bisa mendesain mobil listrik," tutur Fahmi yang baru saja terpilih menjadi Pemuda Difabel Berprestasi 2019.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/26/15053011/kisah-perjuangan-husein-dari-ugm-berprestasi-dari-kursi-roda

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke