Salin Artikel

Catatan Awal Tahun Tanoto Foundation: Dukung Merdeka Belajar dari Hulu ke Hilir (1)

Kompas.com – Kebijakan Merdeka Belajar diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim perlu didukung mulai dari hulu ke hilir, mulai dari siswa, guru, peran kepemimpinan kepala sekolah, orangtua, masyarakat hingga pendidikan tinggi yang melahirkan para calon guru.

Mahasiswa calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) juga perlu difasilitasi untuk dapat memberikan pendidikan berkualitas sesuai dengan semangat Merdeka Belajar.

“Kami melatih dan mendampingi para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah untuk bekerja sama dalam meningkatkan hasil belajar siswa," ujar CEO Global Tanoto Foundation, Satrijo Tanudjojo, Rabu melalui rilis resmi (1/1/2020). 

Satrijo menambahkan, "Di saat yang sama, kami juga memfasilitasi para dosen di LPTK untuk menerapkan perkuliahan yang menekankan pada praktik bagi mahasiswa calon guru. Agar saat menjadi guru, mereka mampu menerapkan pendidikan berkualitas.”

Menurut Satrijo, program peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan mulai hulu ke hilir. Para guru yang sudah mengajar dilatih dan didampingi dalam menerapkan pembelajaran aktif dan budaya baca.

Begitu juga dengan para calon guru di LPTK. Mereka harus disiapkan untuk menjadi guru yang mampu menerapkan pembelajaran aktif yang berkualitas.

Berikut adalah catatan setahun pelaksanaan Program Pintar dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.

1. Mendorong kepemimpinan pembelajaran

Kepala sekolah, menjadi kunci penting dalam memajukan sekolah. Untuk itulah kepala sekolah didorong untuk menerapkan kepemimpinan dalam mewujudnyatakan perubahan pembelajaran di sekolah.

Pendataan awal (baseline) 2018 dilakukan Tanoto Foundation pada sampel sekolah dan madrasah mitra, baru 32 persen kepala sekolah menerapkan kepemimpinan pembelajaran.

Tanpa dukungan kepala sekolah, guru akan kesulitan menerapkan pembelajaran aktif.

Tanoto Foundation melatih dan mendampingi para kepala sekolah dalam mendukung penerapan pembelajaran aktif, budaya baca, manajemen berbasis sekolah yang partisipatif, transparan dan akuntabel, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program peningkatan mutu pembelajaran.

Salah satu dampak yang terlihat, kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru-guru dalam menerapkan pembelajaran aktif dan mendorong budaya baca siswa seperti yang dilakukan oleh Bapak Agus Suparmanto, Kepala SMPN 4 Tenggarong, Kalimantan Timur. 

“Ternyata supervisi pembelajaran dengan pendampingan sangat efektif dalam membantu guru menerapkan pembelajaran aktif di kelas. Saya pun bisa tahu kebutuhan sarana pembelajaran yang perlu diberikan guru agar pembelajaran aktif bisa berhasil. Masyarakat juga saya libatkan dalam peningkatan mutu sekolah,” kata Agus.

Dukungan dari masyarakat terhadap sekolah juga sudah tampak nyata baik dalam perbaikan sarana prasarana maupun pembelajaran. Pengelolaan sekolah yang transparan dan akuntabel berhasil meyakinkan masyarakat untuk ikut membantu menyukseskan program sekolah.

“Kami membangun komunikasi dan keterbukaan dengan orangtua siswa untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam mendukung program sekolah. Kami juga membentuk paguyuban kelas dan memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk berkomunikasi secara intensif dengan orangtua siswa,” kata Murniati Nasution, Kepala SDN 122375 Siak Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Sebagai bentuk akuntabilitas sekolah, dia mendampingi para guru untuk menerapkan pembelajaran aktif. Kebutuhan ATK pembelajaran selalu dipenuhi sesuai permintaan guru.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, Murniati mulai mengundang orangtua siswa untuk melihat pembelajaran di kelas.

Karya siswa hasil pembelajaran dipajangkan dan orangtua diundang untuk melihatnya. Ternyata orang tua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya.

Jadi bukan hanya angka-angka yang dilaporkan tetapi hasil riil pembelajaran anak.

Salah satu implementasi pendidikan berkualitas dalam pembelajaran adalah mendorong siswa lebih banyak mengalami, seperti melakukan kegiatan percobaan atau memecahkan masalah.

Kegiatan tersebut membuat siswa belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skills).

Penelitian awal dilakukan Tanoto Foundation 2018, menunjukkan 22 persen guru pada sampel sekolah mitra yang menerapkan pembelajaran aktif.

Untuk itu para guru dilatih dan didampingi dalam menerapkan pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR atau Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi.

“MIKiR yang diterapkan bukan suatu urutan pembelajaran. Kegiatan dari setiap unsur juga dapat terjadi beberapa kali dalam satu proses pembelajaran,” kata Ujang Sukandi, Kepala Pelatihan Guru dan Sekolah Tanoto Foundation.

Ada kalanya beberapa unsur tersebut muncul bersamaan. Misalnya dalam melakukan percobaan secara berkelompok, siswa melakukan percobaan untuk mendapatkan data (mengalami).

Namun, di saat melakukan percobaan ada pertukaran ide (interaksi), menemukan gagasan baru (refleksi), dan menyampaikan pendapat (komunikasi).

Selain itu guru juga dilatih mengembangkan pembelajaran yang berfokus pada kekhasan karakter mata pelajaran (mapel). Pada modul pembelajaran, ada lima mapel yang dilatihkan, yaitu matematika, IPA, bahasa Indonesia, IPS, dan bahasa Inggris, serta pembelajaran literasi kelas awal khusus untuk SD dan MI.

Menurut Ujang setiap mapel memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa.

Misalnya, dalam pembelajaran matematika yang berciri melatihkan siswa keterampilan dan proses matematika seperti penalaran, penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah.

"Jadi dalam belajar matematika, siswa jangan hanya diberikan rumus, tetapi siswa perlu difasilitasi untuk menemukan rumus tersebut dan menghubungkannya pada kehidupan sehari-hari," kata Ujang.

Pembelajaran yang mengembangkan karakter mapel tersebut, menurut Ujang dapat mengembangkan potensi anak, yaitu rasa ingin tahu dan berimajinasi di mana kedua hal tersebut merupakan dasar bagi kreativitas.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sejak awal guru juga sudah difasilitasi mengembangkannya dalam satu halaman. Ternyata hal itu sekarang relevan dengan kebijakan Merdeka Belajar Mendikbud.

“Yang terpenting RRP tersebut memandu guru untuk memfasilitasi siswa untuk belajar aktif. Bukan hanya untuk memenuhi administrasi pembelajaran,” kata Ujang lagi.

Penyediaan buku-buku bacaan berkualitas di sekolah menjadi faktor penting untuk mendorong minat dan kemampuan membaca siswa.

Pada pemetaan awal 2018 ditemukan data hanya 38 persen sekolah yang memiliki inisiatif mengalokasikan dana peningkatan minat baca, dan hanya 34 persen sekolah yang menyediakan waktu khusus membaca.

Untuk itu sekolah dan madrasah difasilitasi mengembangkan beragam program budaya baca untuk menumbuhkan minat membaca siswa.

Dukungan sekolah pada program budaya baca difokuskan pada tiga aspek, yaitu keteladanan, pembiasaan, dan penyediaan buku-buku bacaan yang menarik secara berkelanjutan.

Tanoto Foundation memberikan hibah buku-buku bacaan untuk menarik minat baca anak. Sudah lebih dari 200.000 buku bacaan dihibahkan untuk 440 sekolah dan madrasah mitra tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.

Margaretha Ari Widowati, Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation mengatakan, hibah buku ini untuk memantik pengelola sekolah menciptakan ragam kegiatan untuk mendorong minat membaca siswa.

Program budaya baca dapat berhasil bila ada buku yang meningkatkan minat membaca siswa.

“Kami sudah melatih lebih dari 6.000 kepala sekolah, guru, pengawas, dan komite sekolah untuk berinisiatif mengembangkan ragam program budaya baca," ujar Ari Widowati.

"Mereka juga difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi buku, diantaranya melalui program pelatihan buku berjenjang yaitu program membaca terbimbing sesuai dengan kemampuan siswa,” jelasnya.

Menurut Ari, Tanoto Foundation hanya membangkitkan ide dan semangat para pengelola sekolah dalam mengupayakan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan dan mengelola buku-buku tersebut juga agar mudah diakses oleh siswa untuk membangkitkan ketertarikan membaca.

Sekolah dan madrasah mitra berupaya menambah koleksi bacaan melalui kerja sama dengan perpustakaan daerah, menggerakkan kontribusi orang tua dan alumni melalui jejaring komite sekolah ataupun paguyuban kelas.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/02/12462611/catatan-awal-tahun-tanoto-foundation-dukung-merdeka-belajar-dari-hulu-ke

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke