KOMPAS.com - Di kala banjir menimbulkan duka, genangan air akibat curah hujan tinggi itu justru menjadi taman bermain seru bagi sebagian anak.
Seperti anak-anak di Kampung Pulo misalnya, tak hanya anak rumahnya terdampak banjir, anak-anak dari wilayah sekitar juga turut menyaksikan, bahkan ikut berenang di keruhnya air banjir yang mengenangi wilayah tersebut sejak Rabu (1/6/2020).
Asyiknya bermain di air banjir bisa jadi tak hanya dilakukan anak-anak di Kampung Pulo. Walau anak-anak penuh kegembiraan dengan fenomena banjir, baiknya orangtua mulai memberi pemahaman pada anak bahwa banjir adalah bencana, di samping memahami potensi penyakit timbul bila anak terpapar air banjir.
Dokter spesialis anak Vicka Farah Diba mengatakan, penyakit paling umum terjadi bila anak terpapar air banjir ialah leptospirosis dan diare.
“Anak-anak enggak boleh main banjir. Hindari bermain di genangan air saat terjadi banjir, terutama bila sedang ada luka,” tutur Vicka saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (3/1/2020).
Ia melanjutkan, bila air banjir sampai tertelan saat anak berenang di dalamnya, maka anak sangat mungkin untuk terkena diare. Jangankan tertelan, bila anak tak membersihkan diri dari paparan air banjir lalu anak makan dengan tangan, tetap memiliki potensi terkena diare.
Bila anak juga memiliki luka terbuka pada kulit, dapat membuat bakteri menjadi lebih mudah masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi leptospirosis yang berkaitan dengan tikus.
Berikut penjelasan dan pencegahan penyakit yang paling sering timbul saat anak bermain air banjir.
1. Leptospirosis atau "kencing tikus"
Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan oleh tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Saat banjir, kotoran dan kencing tikus yang berada di saluran pembuangan (selokan) akan ikut tercampur dengan air banjir.
Bila kondisi anak sedang tidak fit terlebih memiliki luka terbuka pada kulit, maka air banjir yang terpapar bakteri leptospira dari kotoran dan kencing tikus dapat lebih mudah menginfeksi dan membuat anak sakit.
Gejala utamanya mirip dengan batuk pilek, leptospirosis juga menyebabkan anak merasakan nyeri otot dan juga sakit kepala, sehingga anak berpotensi tidak masuk sekolah. Bila ditangani dengan tepat melalui asupan obat, vitamin, dan cukup istirahat, anak bisa kembali fit dalam waktu 5-7 hari.
Walau begitu, leptospirosis bisa dicegah dengan sejumlah cara.
Cara pencegahan leptospirosis:
Saat berenang di air banjir, anak sangat mungkin menelan air banjir yang mengandung banyak bakteri. Jangankan meminum air banjir, Vicka mengatakan kurangnya ketersediaan air bersih di lingkungan yang terdampak banjir, juga berpotensi meningkatkan kasus diare.
“Penyakit diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu. Saat banjir, sumber air minum dari sumur dangkal bisa tercemar sehingga ketersediaan air bersih terbatas,” jelas Vicka.
Bila anak mengalami diare, ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua.
Pastikan anak mendapatkan cukup minum serta mengonsumsi makanan yang mudah dicerna. Bila BAB cair terjadi lebih dari tiga hari, anak terlihat lemas, enggan makan dan minum, seputar mata terlihat gelap dan cekung, serta kulit yang ketika dicubit tak lagi elastis, tandanya anak butuh perawatan medis.
Cara pencegahan diare:
Andaikan orangtua kecolongan anak bermain banjir, segera ajak anak mandi dengan sabun dan air bersih. Cairan antiseptik bisa digunakan bila anak memiliki kulit yang sensitif atau luka terbuka pada kulit untuk menghindari infeksi yang lebih parah.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/04/08410141/senin-masuk-sekolah-waspada-dua-penyakit-ini-bila-anak-main-banjir