Salin Artikel

Kisah Perjuangan Farrel, Tunanetra Raih Nilai 100 UNBK dan Masuk UGM

Lulusan SMAN 3 Yogyakarta ini bahkan punya segudang prestasi. Salah satunya ialah meraih nilai 100 mata pelajaran Matematika pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2019.

Disamping itu, Farrel juga berhasil menduduki peringkat ketiga peraih total nilai tertinggi pada jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolahnya.

Ini dicapai Farrel di sekolah biasa (inklusif). Atau dia mampu bersaing dengan teman-teman yang bukan penyandang disabilitas, yakni di SMAN 3 Yogya yang termasuk salah satu sekolah favorit.

Dirangkum dari Harian Kompas edisi Selasa, 21 Mei 2019, inilah kisah perjuangan hidup Farrel yang punya keterbatasan fisik tetapi berprestasi.

"Saya ingin membuktikan, meski ada kekurangan, kita tetap bisa punya kelebihan di hal lain. Saya berharap dengan hal ini teman-teman penyandang disabilitas lain termotivasi," kata Farrel di rumahnya di Gayamprit, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (15/5/2019).

Punya kemauan keras

Wali kelas Farrel, Padmana (56), mengenal muridnya itu sebagai sosok yang mau berusaha keras. Semangat belajarnya tinggi.

"Farrel cukup lancar mengikuti pelajaran dan bisa menerima dengan cepat. Saya mengajar mata pelajaran sejarah. Saat minta presentasi, dia bisa mempresentasikan dengan baik," ujarnya.

Ternyata, kemauan keras Farrel terlihat sejak awal menempuh pendidikan di sekolah itu. Ini bisa dilihat ketika semester pertama di kelas X, dia diantar orangtua dari Klaten ke Yogya berjarak 28 kilometer.

Namun mulai semester kedua hingga selesai sekolah, Farrel pilih indekos di Yogyakarta. Untuk mobilitas, termasuk ke sekolah, dia mengandalkan ojek daring.

Kehilangan mata sejak usia 5 tahun

Ibunda Farrel, Emil Tri Ratnasari (45) mengatakan, putra sulungnya kehilangan penglihatan akibat tumor mata. Farrel didiagnosis kena tumor mata di usia 16 bulan.

"Waktu itu mata kirinya kena 80 persen, sedang sebelah kanan masih bisa untuk melihat sampai usia 5 tahun. Namun, karena pertumbuhan tumornya ke belakang dan dikhawatirkan menyerang otak, jadi harus diangkat," kata Emil.

Saat diangkat kedua matanya, Farrel mengaku tak ingat bagaimana dia tidak bisa melihat. Namun yang jelas dia merasa bisa menerima semua itu.

Tak ada kekecewaan yang mendalam. Tetapi kedua orangtuanya selalu menyemangati bahwa kehilangan penglihatan itu bukan akhir dari segalanya.

"Saya diyakinkan bahwa selalu bisa lebih baik. Jadi, saya tabah. Orangtua, guru, dan teman-teman selama saya sekolah juga selalu mendukung. Saya termotivasi untuk bisa lebih baik karena lingkungan," tutur Farrel.

Mampu pecahkan rekor Muri

Ketika masih berusia 7 tahun, Farrel mampu memecahkan rekor Muri sebagai tunanetra anak pertama yang menguasai 14 program komputer.

Di tahun 2011, ia meraih juara pertama dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) kategori Matematika dan IPA (MIPA) di tingkat SD luar biasa dan SD inklusif.

Prestasi serupa diulang pada 2015. Ia menjadi juara pertama OSN tingkat SMP untuk cabang Matematika di seluruh jenis sekolah, luar biasa ataupun inklusif.

Saat duduk di banku SMA, Farrel jago main gitar. Dengan keahlian itu dia terpilih masuk kelompok orkestra SMAN 3 Yogyakarta.

Pada 2018, ia bersama kelompok itu manggung bersama grup musik Kahitna dalam acara yang digelar alumni sekolahnya di Balai Sarbini, Jakarta. Pengalaman itu menjadi salah satu momen yang tak terlupakan bagi Farrel.

"Keterbatasan tidak menghambat siapa pun untuk berprestasi. Kelebihan juga tak harus di akademik, tetapi bisa di bidang lain, seperti seni atau olahraga. Itu semua bisa dicapai asalkan ada niat dan mau berjuang," kata Farrel.

Farrel saat ini telah diterima di Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Belajar di fakultas hukum menjadi cita-citanya sejak masuk jurusan IPS.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/04/13034921/kisah-perjuangan-farrel-tunanetra-raih-nilai-100-unbk-dan-masuk-ugm

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke