Salin Artikel

Ketika Siswa SDN Wonogiri Belajar jadi Youtuber di "TV Pemberani"

KOMPAS.com - Menghadapi era digital di abad 21 ini, selain kemampuan berkolaborasi, berplkir krititis dan kreatif, sekolah diharapkan mampu melahirkan lulusan dengan kemampuan komunikasi mumpuni.

Banyak profi yang dulu ada, kini mulai terhapus digantikan oleh mesin dan teknologi.

Namun di sisi lain, peluang pekerjaan baru yang sebelumnya tidak terpikirkan mulai bermunculan; youtuber, blogger, data analyst, food traveler dan masih banyak lagi.

Suasana pembelajaran yang mendorong siswa mengasah kemampuan berkomunikasi inilah yang coba dibangun di SDN 2 Pokoh Kidul, Wonogiri Jawa Tengah.

Ada suasana riuh rendah dan gelak tawa terdengar di dalam kelas V SDN 2 Pokoh Kidul, Wonogiri, Jawa Tengah. Tampak siswa berkerumun dan sesekali bertepuk tangan. Mereka saling berebut untuk memberikan tanggapan.

Ada sesuatu unik membuat suasana pembelajaran menjadi hidup. Para siswa terlihat sedang melakukan satu “show” kecil di TV dipandu presenter cilik mewawancarai narasumber.

Ini bukan TV sesungguhnya. TV ini merupakan replika yang digunakan guru untuk menumbuhkan keberanian siswa mengungkapkan gagasan, hasil diskusi, atau laporan pengamatan yang sudah dilakukan.

Membuat siswa nyaman

“Selama ini siswa selalu saling tunjuk temannya kalau diminta presentasi. Apalagi jika diminta menceritakan kembali isi buku yang sudah di baca, mereka sering menghindar untuk tampil. Saat tampil di depan pun sering tertunduk menatap lantai,” kata Anys Susilo Nugroho, guru kelas V SDN 2 Pokoh Kidul menceritakan kondisi awal siswanya.

Dengan replika TV yang dia beri nama TV Pemberani, Anys berhasil memancing keberanian siswa dalam berkomunikasi di depan kelas.

Anys menjelaskan bahwa TV Pemberani ini merupakan media pembelajaran yang dia buat menyerupai televisi. Melalui media TV Pemberani ini dia melatih siswa untuk terbiasa berpresentasi, menceritakan isi buku yang dibaca, sampai bermain peran.

Media tersebut ternyata membuat siswa menjadi lebih nyaman tampil di depan kelas. Mereka terlihat asyik menikmati penampilannya di media TV Pemberani walaupun dilihat oleh teman-teman sekelasnya.

Replika TV dan media sosial

Replika TV tersebut berukuran panjang 120cm dan lebar 60cm. Rangka kotak pada TV Pemberani dibuat dengan bambu sebagai penopangnya. Dinding televisi dibuat dari kardus bekas.

Kardus tersebut diberi garis lurus pada kedua sisinya dan dipotong dengan lebar 7cm. Potongan kardus tersebut ditempel pada bingkai bambu dengan menggunakan isolatif.

Setelah kardus sudah tertempel rapi maka kardus tersebut ditempel lakban untuk merapikan kardus yang bergelombang dan membuat kesan seakan akan meyerupai bingkai TV LCD.

Agar lebih menarik, bingkai replika TV tersebut diberi aksesoris seperti merk TV, dan logo media sosial.

Pada lomba inovasi pembelajaran yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dia mendaftarkan media TV Pemberani buatannya.

“Ternyata saya bisa masuk 10 besar terbaik lomba inovasi pembelajaran nasional. TV Pemberani dinilai juri cukup efektif membuat siswa percaya diri tampil di depan kelas,” katanya.

Ide pembuatan TV pemberani ini, menurut Anys dia dapatkan setelah mendapat pelatihan pembelajaran MIKiR (mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi) dari Program PINTAR Tanoto Foundation.

“Dalam pembelajaran MIKiR siswa selalu difasilitasi untuk mengkomunikasikan hasil karyanya melalui presentasi, kunjung karya, atau berbagi ide dengan teman-temannya. Hal itulah yang membuat saya terinspirasi membuat media TV Pemberani,” kata Anys.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/04/14334331/ketika-siswa-sdn-wonogiri-belajar-jadi-youtuber-di-tv-pemberani

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke