Salin Artikel

Proyek Akhir Tahun Sekolah Cikal, Ujian Tulis Tak Melulu Jadi Patokan

KOMPAS.com – Untuk meniti masa depan yang cerah, siswa “zaman now” tak hanya dituntut pintar menguasai mata pelajaran, namun juga memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sosial.

Kemampuan itulah yang membuat seorang anak bisa “bertahan hidup” di tengah perubahan zaman yang cepat. Sebab, gabungan antara ilmu dan keterampilan sosial akan membuat anak terus menggali potensi beradaptasi dan berkontribusi.

Untuk “melahirkan” siswa dengan beragam jenis kompetensi, baik kemampuan akademik maupun sosial, Sekolah Cikal Serpong mengadakan Culminating Project (CP) untuk siswa Kelas 9 sebagai salah satu syarat kelulusan.

Acara yang mengangkat tema The Power of Personal Identity ini membuka ruang bagi siswa Kelas 9 untuk membuat sebuah proyek pembelajaran sesuai dengan passion dan karakter diri, yang nantinya dapat memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar.

“Mengingat pemilihan isu atau topik setiap murid dibebaskan kepada murid-murid, antusiasme dan komitmen mereka terjaga selama proses CP ini dan mereka juga memberikan usahanya agar aksi mereka bisa berguna untuk komunitas,” tutur Koordinator Pelaksana Culminating Project Exhibition Kelas 9 Puti Hamid, di Sekolah Cikal Serpong, Kamis (23/1/2020).

CP yang prosesnya berlangsung selama sekitar 6 bulan ini menjadi tugas akhir Kelas 9 yang menjadi salah satu penilaian kelulusan, tak sekadar mengacu pada ujian sekolah yang berorientasi pada akademik semata.

Deterjen lingkungan hingga kamus obat-obatan

Bicara soal tugas akhir sebagian orang mungkin berpikir kalau tugas sekolah umumnya berbentuk makalah. Namun, siswa Kelas 9 di Cikal Serpong justru harus harus mewujudkannya dalam sebuah pameran yang bisa dinikmati oleh banyak orang.

Para siswa diminta untuk mengenalkan proyek dalam sebuah booth yang mereka rancang sendiri, mulai dari desain, alat peraga, bahkan membuat buku, banner, hingga flyer yang mampu mengenalkan konsep yang mereka hadirkan kepada pengunjung.


Salah satu proyek yang menarik perhatian ialah deterjen ramah lingkungan Foam Away karya siswa bernama Kenzie. Kepedulian Kenzie terhadap pencemaran air laut akibat banyaknya busa kimia dari deterjen membuatnya tertantang untuk membuat deterjen ramah lingkungan.

Selama 6 bulan, Kenzie melakukan riset tentang pembuatan deterjen ramah lingkungan dan mulai membuat uji coba. Deterjen yang ia buat ialah deterjen yang tanpa busa, namun efektif untuk menghilangkan noda.

Menurutnya, busa deterjen menjadi salah satu pencetus pencemaran air akibat bahan kimia, yang berpotensi merusak ekosistem laut bila terus dibiarkan.

Agar semakin banyak orang yang menggunakan deterjen Foam Away, Kenzie juga memasarkannya secara daring melalui YouTube, Instagram, dan sosial media lainnya.

Berbeda dengan Abhyan, salah satu siswa yang juga duduk di Kelas 9 membuat aplikasi kamus obat-obatan bernama Addicine yang bisa diunduh melalui Google Play Store.

Abhyan berharap, kehadiran aplikasi ini semakin memudahkan masyarakat untuk mengetahui jenis obat sekaligus mengetahui efek sampingnya bagi tubuh.


Sedangkan Arsatya membuat website Kata Kiting dan membuat sepatu hasil kolaborasi dengan brand lokal lalu menjualnya di website tersebut. Tema yang serupa dilakukan Keval yang juga menjual produk t-shirt hasil kolaborasi dengan brand lokal melalui website.

“Saya kagum melihat ide dan komitmen murid-murid dalam mengerjakan proyek ini. Bagi saya, pembelajaran berbasis karakter sangat memberikan dampak untuk sekitar mengingat murid-murid mengembangkan setiap potensi dalam diri mereka,” imbuh Puti.

Culminating Project seakan menjadi pengingat orangtua dan guru bahwa potensi anak bisa sangat berkembang saat anak tak hanya diberikan ruang untuk belajar, namun juga diberi “panggung” untuk memperlihatkan ide serta karya-karya mereka.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/23/21174691/proyek-akhir-tahun-sekolah-cikal-ujian-tulis-tak-melulu-jadi-patokan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke