KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menilai pembelajaran di luar program studi Sarjana Satu (S-1) selama tiga semester akan mendorong mahasiswa lebih adaptif untuk menghadapi masa depan.
Nadiem mengibaratkan tujuan perubahan program pembelajaran S-1 seperti menyiapkan perenang di laut lepas.
"Bayangkan semua mahasiswa S1 kita, itu suatu hari harus berenang ke suatu pulau di laut terbuka. Pada saat ini semua perenang-perenang kita itu hanya dilatih satu gaya saja, gaya bebas misalnya dan di kolam renang," kata Nadiem dalam peluncuran program Kampus Merdeka di Gedung D kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Menurut Nadiem, satu gaya yang dimaksud adalah pembelajaran di program studi yang diambil oleh mahasiswa. Sementara, tempat pembelajaran yang dimaksud yaitu kolam renang adalah kampus.
"Saat ini semua mahasiswa kita hanya belajar satu disiplin, lalu dia latihan berenang yang nantinya akan berenang di laut tapi cuma (berenang) di kolam renang yang aman, ada berbagai macam ada alat-alat keamanan, tak ada ombak, tak ada arus, tak ada (perubahan) cuaca," ujar Nadiem.
Nadiem membayangkan lulusan mahasiswa dengan pembelajaran hanya di prodi ketika menghadapi dunia nyata. Perumpangannya, menurut Nadiem, "Jadi bagaimana nanti saat dia nyebur di laut terbuka dia bisa survive."
"Kami ingin mengubah program S1 itu adalah untuk dia belajar berbagai macam gaya berenang, dia belajar gaya katak, dia belajar haya ngapung, dia belajar berbagai macam ilmu berenang," tambah Nadiem.
Ia mengimbau gaya pembelajaran mahasiswa di kampus tak hanya seperti berenang di kolam renang karena melihat kondisi laut itu sangat bervariatif.
"Sehinga kenapa kita tak juga sekali-sekali melatih dia (mahasiswa) di dalam laut yang bebas. Di mana banyak sekali variability, banyak sekali kondisi untuk melatih kemampuan adaptif dia," ujar Nadiem.
Nadiem juga beralasan profesi saat ini tak hanya menuntut kemampuan satu kompetensi. Saat ini lanjutnya, membutuhkan kombinasi dari beberapa disiplin ilmu.
"Inilah sebenarnya tujuan dari tiga semester di luar prodi ini untuk mengubah kepada sistem S-1 yang bisa benar-benar mempersiapkan mahasiswa kita untuk berenang di laut terbuka yaitu dunia nyata," tambahnya.
Dalam kebijakan Kampus Merdeka, mahasiswa diberikan hak belajar tiga semester di luar prodi. Penyetaraan kegiatan pembelajaran di luar program studi nantinya selama tiga semester atau setara 60 sks.
"Perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela, jadi mahasiswa boleh mengambil ataupun tidak SKS di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara dengan 40 SKS," ujar Nadiem.
Ia melanjutkan, "Ditambah, mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh. Ini tidak berlaku untuk prodi kesehatan."
Nadiem menilai saat ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat kecil dan tidak mendorong mahasiswa untuk mencari pengalaman baru, terlebih di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru menunda kelulusan mahasiswa.
Lebih lanjut, Nadiem menjelaskan terdapat perubahan pengertian mengenai SKS. Setiap SKS diartikan sebagai 'jam kegiatan', bukan lagi 'jam belajar'.
Kegiatan di sini berarti belajar di kelas, magang atau praktik kerja di industri atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil.
"Setiap kegiatan yang dipilih mahasiswa harus dibimbing oleh seorang dosen yang ditentukan kampusnya. Daftar kegiatan yang dapat diambil oleh mahasiswa dapat dipilih dari program yang ditentukan pemerintah dan/atau program yang disetujui oleh rektornya," katanya.
Pembebasan kegiatan pembelajaran mahasiswa di luar prodi bersifat pilihan. Bila tak ingin mengambil pembelajaran di luar prodi, mahasiswa juga bisa belajar hanya di prodi yang diambil.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/25/21363611/kampus-merdeka-nadiem-ibaratkan-belajar-di-luar-prodi-seperti-belajar-di-laut