Salin Artikel

Lulusan Vokasi Semestinya Banyak Isi Proporsi SDM Unggul, Tetapi...

KOMPAS.com - Rektor Universitas Pertamina, Prof. Akhmaloka, PH.d mengatakan lulusan program studi (prodi) vokasi yang berkualifikasi siap bekerja dan berkontribusi di tengah masyarakat semestinya banyak mengisi proporsi sumber daya manusia (SDM) Unggul yang akan menjadi bonus demografi.  

Ia menilai revitalisasi pendidikan vokasi perlu menjadi arus utama pendidikan tinggi.

"Namun, tentu tidak berarti meniadakan SDM unggul dari kalangan akademisi dan peneliti," kata Prof. Akhmaloka dalam pidato acara Dies Natalis Universitas Pertamina ke-4 di Gedung Patra Wanita, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Menurutnya, kebutuhan pekerja terampil yang pada tahun 2030 diprediksi akan menjadi jumlah mayoritas penduduk Indonesia. Namun tentu harus ada pula kalangan yang memiliki kemampuan akademik untuk melakukan penelitian dan inovasi teknologi baru.

"Oleh sebab itu, SDM unggul yang memiliki keterampilan siap kerja dihasilkan melalui pendidikan vokasi," tambahnya.

Ia menyebutkan, "Arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan patut kita apresiasi." Saat ini, Kemendikbud memiliki dua Direktorat Jenderal (Ditjen) yang fokus di pendidikan tinggi, yaitu Ditjen DIKTI dan Ditjen Vokasi.

"Ditjen Vokasi akan fokus menangani program studi dalam bidang vokasi (kejuruan), baik SMK maupun perguruan tinggi," tambah Prof. Akhmaloka.

Ia mengatakan Indonesia membutuhkan sumber daya manusia (SDM) terampil dengan kompetensi di bidang engineering dan natural science.

Hasil riset World Economic Forum tahun 2016, menyebutkan jumlah lulusan program studi STEM (science, technology, engineering, and mathematics) dari Indonesia terpaut jauh dengan China dan India karena perguruan tinggi di Indonesia masih didominasi oleh prodi-prodi non-STEM.

"Tentu, hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan institusi pendidikan untuk meningkatkan jumlah SDM yang memiliki keterampilan di tengah derasnya harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan potensi bonus demografi dan anugerah sumber daya alam," kata Prof. Akhmaloka.


Menjadi bencana demografi

Indonesia sedang menyongsong bonus demografi. Beberapa lembaga survei asing, kata Prof. Akhmaloka memprediksi Indonesia akan sejajar dengan Cina dan Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2045.

Ia mengatakan bonus demografi tak akan datang dengan sendirinya. Prof. Akhmaloka menekankan SDM unggul perlu direncanakan dan dikembangkan mulai saat ini.

"Di tahun keempat ini, Insya Allah, semangat yang melandasi kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di Universitas Pertamina masih tetap sama dengan semangat pada saat universitas ini diresmikan yaitu semangat membangun SDM yang berkualitas dan berkontribusi membangun ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki dampak besar bagi kemajuan bangsa dan negara," tambah Prof. Akhmaloka.

Ia mengatakan jika pengelolaan program studi STEM tidak berjalan dengan baik, maka bonus demografi pada tahun 2030 justru akan menimbulkan malapetaka (demographic dissaster).

https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/04/15485391/lulusan-vokasi-semestinya-banyak-isi-proporsi-sdm-unggul-tetapi

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke