SURABAYA, KOMPAS.com – Saat ini, Indonesia dan seluruh negara lain di dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Era yang ditandai dengan pemanfaatan robot pada sektor industri.
Tak hanya itu, di era ini pun muncul Internet of Things (IoT), big data, artificial intelligence, dan berbagai teknologi lainnya.
Pada satu sisi perkembangan teknologi itu bermanfaat bagi keberlanjutan sektor industri. Sebaliknya, revolusi industri dapat menghilangkan banyak jenis pekerjaan.
Agar tidak terdampak tersebut, setiap individu, termasuk generasi muda, sebaiknya membekali diri mereka dengan future skill.
Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma menjelaskan, future skill adalah kemampuan untuk beradaptasi dan mencapai sebuah prestasi dalam situasi yang kompleks dan cepat berubah.
Adapun future skill terdiri dari dua jenis, yakni hard skill atau ilmu yag dipelajari lewat pendidikan formal. Selain itu, soft skill atau keterampilan lunak yang biasanya didapatkan di luar pendidikan formal.
Salah satu soft skill yang perlu dikembangkan sebagai bekal untuk menghadapi perubahan yang dibawa revolusi industri 4.0 adalah leadership atau kepemimpinan. Galuh mengatakan, leader adalah seseorang yang mampu membawa pengikutnya ke masa depan yang lebih baik.
Lalu, apa yang dibutuhkan dan harus dilakukan seorang leader untuk mencapai masa depan lebih baik?
Pentingnya visi
Menurut Galuh, di masa mendatang dibutuhkan pemimpin yang memiliki visi serta grit atau kegigihan untuk mewujudkan visinya tersebut.
Visi adalah deskripsi atau gambaran tentang masa depan lebih baik yang dimiliki oleh setiap leader atau pemimpin untuk kelompoknya. Dengan kata lain, visi merupakan sesuatu yang ingin dicapai dikemudian hari.
Galuh mengungkapkan, visi dapat diibaratkan sebagai penunjuk jalan untuk bisa sampai ketempat tujuan.
“Misalnya, ketika seseorang mendapat rintangan di tengah-tengah perjalanannya, visi dapat membimbingnya terus mencari jalan keluar untuk sampai ketujuan. Entah harus belok ke kiri, kanan, atau mengambil jalan berputar,” terang dia.
Namun demikian, merumuskan visi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Terdapat dua komponen yang harus seorang pemimpin miliki sebelum menciptakan visi yang baik.
“Komponen pertama itu ada core ideology yang terdiri dari core value dan core purpose. Lalu yang kedua itu visionary goal,” terang Galuh di acara Leadership Development Djarum Beasiswa Plus 2019/2020, di Hotel Harris Gubeng, Surabaya, Minggu (9/2/2020).
Ia menerangkan, core value merupakan prinsip hidup yang akan terus dipegang teguh oleh setiap pemimpin apapun yang terjadi. Prinsip ini bisa bermacam-macam. Contohnya, selalu berlaku jujur dalam segala situasi.
Kemudian, core purpose adalah tujuan inti atau alasan mengapa individu ada dan hidup di dunia.
Menurut Galuh, tujuan itu tidak mungkin bisa 100 persen diraih. Namun demikian, tujuan ini jugalah yang akan terus diperjuangkan dan membuat setiap pemimpin terus bergerak ke arah lebih baik.
Komponen terakhir adalah visionary goal. Menurut perempuan berusia 25 tahun itu, visionary goal merupakan tujuan apa yang ingin dicapai.
Tujuan itu, ia melanjutkan, dapat diimajinasikan oleh siapa saja, mudah dikomunikasikan, membutuhkan 10-15 tahun untuk dicapai, dan menantang.
“Menantang di sini maksudnya, hal yang menimbulkan rasa ragu apakah kita dapat menaklukannya atau tidak. Namun, di satu sisi, kita terus memacu diri untuk bisa menaklukan tantangan tersebut di masa mendatang,” kata dia.
Galuh melanjutnya, kemampuan untuk terus gigih berjuang mewujudkan visi itulah yang dinamakan grit. Bahkan, grit bisa menjadi indikator kesuksesan seseorang yang lebih baik dari talenta atau skill (kemampuan).
“Kita sering mendengar kalau talenta itu menjamin kesuksesan. Padahal, kesuksesan seseorang belum tentu berhubungan dengan talenta atau skill, melainkan pada usaha yang dilakukan,” terang perempuan berambut panjang itu.
Talenta dan skill yang ditambah dengan usaha serta kerja keras, niscaya akan menghasilkan kesuksesan. Tak hanya itu, grit juga datang dari passion dan tujuan untuk mencapai visionary goal.
Untuk memiliki grit memang tidak mudah, namun bisa dilatih. Caranya dengan terus melatih growth mindset atau keinginan untuk terus belajar.
Hal-hal itulah yang ingin Djarum Foundation tanamkan kepada para penerima beasiswa Djarum Beasiswa Plus, yang biasa disebut Beswan Djarum.
Dalam acara Leadership Development itu, para Beswan Djarum tampak sangat antusias mempelajari apa itu visi dan cara mewujudkannya. Bahkan, mereka dengan semangat mencoba merumuskan visi mereka sendiri sesuai dengan materi yang diberikan Galuh.
Salah satunya, Ni Putu Rila Aristariana (22), mahasiswi asal Universitas Warmadewa, Bali. Perempuan berkaca mata ini mengaku mendapat sudut pandang baru tentang apa itu visi.
“Awalnya saya tahu arti visi itu apa, tapi tidak pernah tahu ternyata visi yang benar itu seperti apa. Contohnya, saat membuat visionary goal itu kan kita harus tahu deadline-nya kapan. Harus punya imajinasi dan kemampuan yang mumpuni buat mencapai visinya itu,” ujar Rila.
Sebagai informasi, Djarum Beasiswa Plus merupakan wujud peran aktif Djarum Foundation dalam memajukan pendidikan Indonesia melalui program beasiswa prestasi.
Selain mendapatkan dana pendidikan selama satu tahun, para Beswan Djarum juga mendapatkan berbagai macam pelatihan soft skill atau keterampilan lunak.
Pelatihan tersebut meliputi, Character Building, Leadership Development Competition Challenges, International Exposure, serta Nation Building. Tujuan pelatihan itu, yakni menyerasikan hard skill dari perguruan tinggi dengan berbagai keterampilan lunak.
Dengan pelatihan tersebut, para Beswan Djarum diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depan bangsa yang cakap secara intelegensia maupun emosional.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/11/19030061/apa-yang-dibutuhkan-untuk-jadi-pemimpin-masa-depan-