Salin Artikel

Profesi Pustakawan Jangan Diisi Orang Setengah Hati dan Tak Punya Passion

KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengatakan profesi pustakawan tak diisi oleh orang yang tak kompeten dalam mengelola perpustakaan. Pustakawan yang kompeten dinilai bisa mengembangkan kualitas perpustakaan yang maksimal.

Indonesia saat ini memiliki tidak kurang dari 164.610 perpustakaan. Namun, tidak sebanding dengan kuantitas pustakawan yang tersedia saat ini sebanyak 12.301 tenaga pustakawan di seluruh Indonesia.

Kekurangan jumlah tenaga pustakawan diharapkan Tito, jangan sampai diisi oleh orang-orang yang tidak mengerti tentang perpustakaan. Jika ditangani oleh orang yang tidak berkompeten, bagaimana untuk mengelola perpustakaannya.

"Jangan diisi orang yang setengah hati dan tidak mempunyai passion. Jika keinginan saja tidak ada, komitmen tidak ada, pasti hasilnya tidak maksimal," jelas Mendagri Tito.

Dari data Kemendagri, 34 provinsi sudah membentuk dinas perpustakaan meski ada yang masih digabung dengan dinas yang lain. Sementara, dari 514 Kabupaten/Kota, sudah 491 kabupaten/kota memiliki dinas kelembagaan.

Namun dari 491 kabupaten/kota, baru 33 yang memiliki kelembagaan perpustakaan sendiri. Sisanya, 458 kabupaten/kota memiliki dinas perpustakaan yang digabung dengan dinas lain.

Sementara itu di tingkat kecamatan, keberadaan perpustakaan masih minim. Butuh dorongan pemerintah dan pemda untuk membentuk perpustakaan. Dari 7.094 kecamatan, 1.685 atau 23 persen-nya sudah ada perpustakaan.

Artinya, masih banyak sekali yaitu lebih dari 5.000 kecamatan yang tidak memiliki tempat untuk membaca yang disediakan oleh pemerintah.

Untuk di tingkat desa, dari 83.481 desa, sudah 33.929 desa memiliki tempat untuk membaca. Sudah mencapai 44 persen, sisanya masih 56 persen yang belum.

"Baru kuantitas, belum kualitasnya ya. Inilah yang harus digerakkan dan didorong maksimal,” pungkas Tito.

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mengatakan perpustakaan memainkan peran besar dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, mandiri dan berdaya saing di era global.


Oleh karena itu, diperlukan ikhtiar kolektif agar pemanfaatan perpustakaan dan kegemaran membaca bisa menjadi gaya hidup masyarakat.

"Membaca merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya budaya literasi, inovasi dan kreativitas masyarakat," ucap Syarif Bando.

Hal ini mutlak mengingat peningkatan budaya literasi, inovasi dan kreativitas menjadi bagian dari Kegiatan Prioritas Nasional yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Rakornas Perpustakaan Nasional 2020 dihadiri lebih dari 1.500 peserta yang terdiri dari seluruh dinas perpustakaan daerah di tingkat provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia, para Bappeda, asosiasi penerbit dan pengusaha rekaman, pustakawan, forum perpustakaan perguruan tinggi, forum perpustakaan khusus, forum perpustakaan sekolah, para pegiat literasi dan mitra Perpusnas.

Rakornas Perpusnas selain dihadiri oleh Mendagri juga diisi sejumlah narasumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Kementerian Keuangan, ANRI, Ketua Komisi X DPR RI, kepala dinas perpustakaan, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), asosiasi perpustakaan, serta pegiat literasi.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/27/18323961/profesi-pustakawan-jangan-diisi-orang-setengah-hati-dan-tak-punya-passion

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke