Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

RPP 1 Halaman Bisakah Hadirkan Merdeka Belajar? Bisa, Ini Caranya...

Oleh: Prof. Sri Minda Murni

KOMPAS.com - Salah satu hal yang paling banyak menarik perhatian guru dari konsep Merdeka Belajar adalah pernyataan Mendikbud Nadiem Makariem tentang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) 1 lembar.

Dari sejumlah percakapan dengan pengawas, kepala sekolah, dan guru dalam berbagai kesempatan, banyak permintaan pelatihan tentang bagaimana membuat RPP 1 lembar itu.

Sampai-sampai ada lembaga pelatihan yang khusus ingin menyelenggarakan pelatihan tentang pembuatan RPP 1 lembar bagi guru-guru tanpa merasa perlu mendalami apa masalahnya, dan apa yang sebenarnya akan dituju dengan kebijakan tersebut.

Banyak kepala sekolah tidak pernah membaca apalagi mensupervisi gurunya tentang pembuatan RPP yang dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Banyak pengawas yang tidak pernah mencari tahu bagian mana dari RPP yang paling menyulitkan bagi guru merancang dan melakoninya.

Dengan kata lain selama ini penyiapan dan pendokumentasian RPP hanya sebatas pemenuhan administrasi semata.

Dua Esensi RPP 1 Lembar

Ketertarikan para guru, kepala sekolah, dan pengawas tentang kebijakan RPP 1 lembar menunjukkan bias yang sangat besar mengenai esensi penyederhanaan RPP tersebut.

Paling tidak ada 2 hal yang sangat substantif yang tidak mampu ditangkap dalam pembuatan dan penggunaan RPP 1 lembar tersebut;

Pertama, RPP seharusnya merupakan sebuah dokumen yang dirancang dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian apa yang tertulis pada RPP benar-benar akan dilakoni di dalam proses pembelajaran.

Dengan tujuan yang jelas dan terukur, guru akan mampu melihat apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh semua siswa, sebagian besar siswa, hanya oleh sebagian kecil siswa, atau sama sekali tidak tercapai.

Pengalaman menunjukkan banyak guru tidak siap menjawab ketika ditanya apa yang menjadi tujuan pembelajarannya dalam 2 x 35 menit pertemuan. Maka tidak heran bila guru hanya berpedoman kepada kegiatan-kegiatan pada buku teks.

Kedua, RPP seharusnya dapat digunakan sebagai bahan refleksi.

Guru yang baik, yang telah menetapkan tujuan pembelajaran secara terukur dan telah memikirkan sejumlah kegiatan belajar mengajar untuk mencapainya, akan mengetahui efektifitas rancangan skenario pembelajaran yang dibuatnya: sangat efektif, sebagian efektif, tidak efektif sama sekali.

Merdekanya di mana?

Dengan menemukan ini, maka guru tahu bagaimana cara memperbaikinya ke depan. Dengan cara ini guru secara terus menerus melakukan refleksi terhadap rancangan dan cara-cara mengajarnya. Guru seperti ini dapat dipastikan semakin berkembang dalam cara mengajarnya.

Merdekanya Dimana?

Pertanyaan berikutnya mungkin adalah lantas merdekanya dimana? Kalau hanya 1 lembar dan berisi komponen tujuan, skenario, dan penilaian, itu hanya sekedar penyederhanaan, belum menyiratkan kemerdekaan.

Lantas bagaimana RPP 1 lembar ini dapat memerdekakan? Siapa yang dimerdekakan?

Guru adalah salah satu yang dimerdekakan.

Setelah membaca KD guru secara merdeka menetapkan tujuan pembelajarannya sesuai konteks siswa yang dihadapinya. Guru berbeda dapat merumuskan tujuan berbeda bahkan guru yang sama dapat merumuskan tujuan berbeda untuk kelas yang berbeda.

Target pembelajaran dapat dinaikkan dan diturunkan sesuai konteks riil siswa. Yang penting rujukannya adalah kurikulum khusus KDnya. Begitu juga guru dapat secara merdeka menentukan skenario pembelajaran yang menurutnya lebih efektif.

Guru berbeda dapat menerapkan skenario berbeda untuk tujuan yang sama, guru yang sama dapat merancang skenario berbeda untuk kelas yang berbeda. Dalam hal lembar kerja (LK) dan media pembelajaran guru juga merdeka menentukannya.

Memerdekakan siswa

Yang penting semua rancangan sesuai konteks rill siswa yang dihadapinya dan menuju Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan pemerintah.

Siswa juga benar-benar dimerdekakan. Mengapa? Karena pembelajaran benar-benar mendongkrak kompetensi mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah di luar kelas.

LK yang dibuat guru bukan lagi terkait soal-soal hafalan dan fakta semata. LK berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka, imajinatif, dan produktif.

Pertanyaan terbuka bermakna menuntut tidak hanya 1 jawaban benar; Pertanyaan imajinatif memberi keleluasaan bagi siswa untuk merespons tugas dengan imajinasinya sendiri yang berbeda dengan imajinasi teman-temannya.

Pertanyaan produktif terkait dengan pertanyaan yang memerlukan siswa melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum memberi respons secara benar.

Siswa menjadi merdeka mengembangkan potensi penalaran, literasi, numerasi, imajinasi, dan minatnya sesuai arah, gaya belajar, dan kecepatan yang dibutuhkannya.

Dengan pemahaman yang baik mereka akan dapat melakoni tugas dan tanggungjawabnya dengan benar.

Apabila ada bias maka dalam pelaksanaannya akan muncul kebingungan yang akan berakhir pada keputusasaan, kebosanan, dan pesimisme.

Apalagi bila kebingungan ini berakhir pada pemberlakuan praktik-praktik yang lama, yakni pembelajaran yang tidak memerdekakan.

Siswa kembali belajar tanpa antusiasme karena pembelajaran tidak dapat memicu kompetensi penalaran, litarasi, numerasi, imajinasi, dan minatnya.

Guru akan tetap mengunduh RPP 1 lembar yang ditawarkan baik di dunia maya maupun oleh instansi pendidikan terkait dengan biaya.

Bila yang demikian yang terjadi, maka seluruh wacana menarik ini dipastikan akan menjadi sia-sia sebagaimana banyaknya wacana-wacana menarik yang sia-sia karena baik pengawas, kepala sekolah, dan guru tak faham sehingga tak mampu menerapkannya sesuai semangatnya.

Penulis: Prof. Sri Minda Murni, Koordinator Pengembangan LPTK Program PINTAR Tanoto Foundation.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/08/14550121/rpp-1-halaman-bisakah-hadirkan-merdeka-belajar-bisa-ini-caranya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke