Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Cara Tingkatkan Kemampuan "Storytelling" Anak, Kompetensi Era Digital

KOMPAS.com - Sejak masuk pendidikan usia dini, kegiatan storytelling atau berdongeng kini tak lagi berupa kegiatan mendengarkan dongeng yang dibacakan guru di dalam kelas.

Rata-rata anak usia TK, kini mulai dilatih untuk mampu menjadi seorang storyteller atau pendongeng. Anak diminta untuk menceritakan tentang hobi, mainan, atau apapun yang disukai olehnya, di depan guru maupun teman-temannya.

Storytelling tengah berkembang menjadi salah satu kompetensi yang perlu dikuasai anak di era digital. Pasalnya, lewat kegiatan tersebut, anak mulai dilatih kemampuan komunikasi (communication skills) di depan banyak orang.

Anak juga dilatih untuk kreatif (creativity skill) dalam memilih tema, menjawab pertanyaan dari guru dan teman seputar cerita yang ia bawakan (critical thinking and problem solving skill) hingga didorong untuk menjadi pendengar yang baik saat teman-temannya bergantian bercerita (ability to work collaboratively).

Kemampuan (skill) tersebut, diharapkan membuat anak memiliki daya saing tinggi di era digital yang terus berkembang pesat.

Untuk itu, orangtua perlu mendukung anak demi mengusai kemampuan berdongeng sejak usia dini agar kemampuan tadi bisa terus berkembang hingga ia dewasa.

Merangkum Bobo.id, berikut beberapa tips untuk melatih anak menjadi pendongeng yang baik.

1. Kenalkan dengan banyak buku dongeng

Hal pertama yang perlu dilakukan orangtua jika ingin anak menjadi pendongeng yang baik adalah banyak menyediakan buku-buku dongeng.

Bila anak belum bisa membaca, orangtua bisa membacakan dongeng kepada anak minimal 1 (satu) cerita setiap hari.

Ada banyak buku dongeng yang bisa disesuaikan dengan usia anak, mulai dari dongeng klasik, cerita rakyat, hingga dongeng modern.

Dengan membacakan banyak dongeng, anak akan belajar bagaimana berekspresi, termasuk mengetahui banyak cerita yang bisa ia jadikan inspirasi saat mendongeng di kelas nanti.

2. Pilih gaya mendongeng

Ada orang yang lebih suka mendongeng menggunakan buku cerita. Ada juga orang yang memilih untuk menggunakan boneka. Ada pendongeng yang lebih suka menggunakan iringan musik ataupun sambil bermain musik sendiri.

Nah, orangtua bisa memilih gaya dongeng yang paling disukai saat mendongeng. Atau mengombinasikan gaya dongeng sesuai dengan tema cerita.

Bila ini dilakukan, maka imajinasi dan inspirasi anak untuk mendongeng di kelas akan semakin kaya.

3. Menirukan suara dan menggunakan gestur tubuh

Kisah dongeng biasanya melibatkan beberapa tokoh. Orangtua dapat membacakan dongeng dengan suara yang berbeda untuk setiap tokoh. Lalu, minta anak untuk mengikutinya juga.

Misalnya, untuk menggambarkan tokoh raksasa, orangtua dan anak bisa mengubah suara menjadi lebih berat. Saat menggambarkan tokoh semut, bisa mengubah suara menjadi lebih melengking.

Selain itu, gerakan atau gestur tubuh juga perlu dilatih. Ajak anak menggerakkan tubuh untuk menggambarkan hal-hal yang sedang diceritakan.

Contohnya, saat menggambarkan burung yang sedang terbang, minta anak untuk merentangkan tangan lalu mengayunkannya ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang.

Dengan begitu anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih komunikatif dan ekspresif. Kemampuan yang akan sangat berguna saat ia menjajaki pendidikan yang lebih tinggi dan mengharuskan ia presentasi di depan kelas atau forum.

Artikel ini telah muncul di Bobo.id dengan judul "Ingin Jadi Pendongeng tapi Bingung Caranya? Yuk, Ikuti 5 Tips Ini!"

Artikel ini sekaligus menjadi kampanye kolaborasi bersama #MendongenguntukCerdas antara Bobo dan Kompas.com untuk penguatan literasi anak/ siswa Indonesia.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/180000671/5-cara-tingkatkan-kemampuan-storytelling-anak-kompetensi-era-digital

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke