Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

TVRI dan Tantangan Program "Belajar dari Rumah" Kemendikbud

Oleh: Prof. Sri Minda Murni

KOMPAS.com - Muncul lagi gagasan bernas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggandeng TVRI dalam rangka mengoptimalkan implementasi kebijakan belajar dari rumah.

Kebijakan ini yang diambil di tengah mewabahnya Covid-19 dan mengharuskan seluruh sekolah ditutup sementara terasa sangat melegakan karena muncul di tengah kegalauan akibat ketidaksiapan berbagai fihak dalam implementasinya.

Kenyataannya tidak semua peserta didik maupun guru memiliki kemampuan mengakses platform pembelajaran online yang sesungguhnya telah banyak tersedia.

Sebagaimana informasi yang dilansir di media massa, Program Belajar dari Rumah akan ditayangkan selama 3 bulan di TVRI mulai hari Senin 13 April 2020 setiap hari Senin sampai Jumat sebanyak 3 kali.

Jadwal yang diberikan: pukul 08.00-08.30 WIB untuk materi pelajaran PAUD; 08.30-10.30 WIB materi pelajaran SD; dan 10.30-11.00 WIB materi pelajaran SMP dan; 14.00-14.30 materi pelajaran SMA.

Konten materi pembelajaran akan berfokus pada peningkatan kapasitas literasi, numerasi, serta penumbuhan karakter peserta didik.

Selain penyiapan materi bagi peserta didik, TVRI juga akan menayangkan materi bimbingan untuk para orang tua dan guru serta tayangan kebudayaan yang akan disiarkan pada akhir pekan.

TVRI dan Program "Belajar dari Rumah"

Jangkauan luas sampai ke pelosok tanah air membuat pilihan Kemendikbud untuk menggandeng TVRI merealisasi program belajar dari rumah sudah sangat tepat.

Komitmen dan dedikasi TVRI sejak berdirinya pada 24 Agustus 1962 dengan semboyan "Media Pemersatu Bangsa" telah teruji di bidang pendidikan selain tentunya jangkauannya yang luas sampai ke seluruh pelosok tanah air.

Ada tiga tantangan yang dihadapi terkait kebijakan ini:

1. Durasi terbatas

Pertama, program belajar dari rumah dengan durasi kurang dari 1 jam untuk setiap tingkatan sudah tentu tidak memadai.

Oleh karena itu bagi sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil mengembangkan pembelajaran berbasis online mengikuti jadual belajar yang telah disepakati bersama orangtua, mereka dapat menjadikan program ini sebagai program tambahan.

Program ini sebaiknya dapat diunduh secara gratis sehingga dapat dibuka kapan saja.

Sebaliknya. bagi sekolah-sekolah yang sampai saat ini belum mampu mengembangkan program belajar dari rumah baik karena alasan kapasitas SDM yang tidak tersedia, ekonomi maupun letak geografis, program ini dapat dijadikan sebagai program utama.

Guru kemudian merancang bentuk penugasan lain dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan melibatkan proses berfikir untuk mengembangkan gagasan-gagasan yang bersifat terbuka, imajinatif, dan produktif.

2. Model pembelajaran utuh

Kedua, program belajar dari rumah melalui TVRI ini sebaiknya dirancang untuk menjadi model pembelajaran bermakna.

Untuk itu perlu bagi perencana merujuk kompetensi-kompetensi dasar pada kurikulum untuk menghasilkan skenario pembelajaran aktif dan lembar-lembar kerja yang yang melibatkan proses berfikir tingkat tinggi.

Model pembelajaran sebaiknya tuntas diberikan dalam 1 tayangan sehingga penerimaan siswa utuh terhadap satu-satu tujuan pembelajaran sehingga mereka kemudian dapat mengembangkan gagasan-gagasan terbuka, imajinatif, dan produktif di bawah kawalan guru.

3. Monitoring dan evaluasi

Ketiga, monitoring dan evaluasi yang akan diberlakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentu akan melibatkan perangkat di bawahnya seperti Dinas Pendidikan, Pengawas, maupun Kepala Sekolah.

Ada baiknya hasil belajar siswa – yang menggambarkan hubungan unik dan personal antara siswa dengan pengetahuan yang diterimanya - juga dimanfaatkan sebagai bagian dari refleksi keberhasilan program.

Dengan cara itu, tim yang terlibat di dalam penyusunan skenario dan lembar kerja dapat terus meningkatkan mutu layanan mereka sehingga keterampilan literasi, numerasi, dan karakter siswa dapat tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

Pelibatan proses belajar bermakna

Pembelajaran bermakna dan pembelajaran yang bertujuan untuk sekedar memperoleh informasi berbeda dalam hal pelibatan proses berfikir tingkat tinggi. Pelibatan proses berpikir ini membedakan kedua jenis pembelajaran dalam hal berikut:

Pertama, bila pembelajaran dilihat dari pemerolehan sejumlah konsep baru misalnya maka pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang berisi kegiatan membangun "conceptual understanding in a meaningful way" sementara pembelajaran untuk sekedar memperoleh informasi berhenti pada saat informasi itu telah diperoleh, bermakna atau tidak.

Kedua, pembelajaran bermakna melibatkan proses yang mengembangkan hubungan unik dan personal antara individu siswa dengan ide dan informasi yang dipelajarinya.

Dalam pembelajaran untuk memperoleh informasi hubungan unik dan personal seperti ini tidak menjadi concern utama sebab tagihannya adalah ingatan akan sejumlah informasi yang telah diterima.

Ketiga, pembelajaran bermakna bersifat konstruktifis dan mengembangkan gagasan-gagasan yang bersifat terbuka, imajinatif, dan produktif.

Kekuatan pembelajaran bermakna terletak pada rancangan kegiatan belajar, diikuti dengan pengawalan atas proses, serta tindak lanjut hasil refleksi.

Ketiga hal ini tidak terlalu diutamakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

Pada yang pertama kegiatan siswa dirancang untuk memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki secara bebas dan ke arah yang dibutuhkan demi peningkatan kapasitas diri sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Pada yang terakhir informasi diterima dan disimpan dalam ingatan untuk kemudian ditagih pada saat-saat tertentu.

Penulis: Prof. Sri Minda Murni, Guru Besar Universitas Negeri Medan dan Koordinator LPTK Tanoto Foundation Provinsi Sumatera Utara

https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/13/092147771/tvri-dan-tantangan-program-belajar-dari-rumah-kemendikbud

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke