Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Angka Perceraian Meningkat Akibat Covid-19, Ini Saran Akademisi IPB

KOMPAS.com - Menghabiskan waktu sepanjang hari bersama pasangan selama masa karantina Covid-19 nyatanya tak selalu berujung harmonis.

Di China, angka perceraian dilaporkan meningkat seiring dengan bertambahnya wabah, disinyalir akibat pasangan "menghabiskan waktu bersama terlalu lama selama masa karantina virus corona".

Melansir Kompas.com, Lu Shijun, manajer pencatatan pernikahan di Dazhou, Provinsi Sichuan, menceritakan ada 300 pasangan yang hendak bercerai sejak 24 Februari. Otoritas meyakini, meningkatnya perceraian di China bisa jadi disebabkan fakta mereka terlalu lama bersama selama karantina virus corona.

Ketua Divisi Ilmu Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University Dr Herien Puspitawati turut menyoroti hal ini.

Ia mengatakan, keharmonisan pasangan suami istri tidak akan datang begitu saja, terlebih di tengah bencana Covid-19. Sehingga harus diwujudkan melalui perjuangan, pengorbanan, upaya dan doa, selama masa karantina.

Pasalnya, pasangan yang tadinya hanya berjumpa beberapa jam karena aktivitas pekerjaan, kini harus bertemu 24 jam dan mengetahui "keburukan" satu sama lain. Belum lagi ditambah dengan meningkatkan stres selama pandemi. 

Agar kondisi di China tak terjadi pada keluarga Indonesia, Herien memberikan sejumlah tips untuk menjaga keharmonisan perkawinan di tengah pandemi Covid-19.

1. Komitmen terima kekurangan

Saran pertama yang diberikan ialah pasangan harus memantapkan komitmen pernikahan. Di masa bencana seperti ini, komitmen perkawinan sedang diuji kekuatannya. Oleh karena itu, suami istri harus benar-benar menjaga dan melaksanakan komitmen yang diucapkan di depan Tuhan.

“Sehati-Sepikiran, We are One. Suami dan istri harus kompak dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan bencana. Sehati dalam menjalani hidup sehari-hari dan sepikiran dalam bertindak. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing," kata Herien dalam laman resmi IPB, Rabu (8/4/2020).

2. Jadi mitra bisnis yang seimbang

Tips selanjutnya adalah kemitraan yang seimbang. Perkawinan bisa diibaratkan semacam bisnis, sehingga suami istri adalah mitra dalam bisnis yang mempunyai hak dan kewajiban seimbang.

Saat work from home misalnya, Herien menyarankan suami dan istri saling membagi waktu dan aktivitas dengan cara mendukung atau membantu pekerjaan rumah tangga, termasuk dalam mendampingi anak-anak yang juga study from home.

3. Terbuka

Selain itu, perlu adanya keterbukaan dalam berkomunikasi. Keterbukaan dalam berkomunikasi merupakan cara yang cepat untuk mewujudkan tujuan bersama keluarga.

Keterbukaan baiknya dilakukan dalam beragam aspek, mulai dari keterbukaan tentang kecemasan, rasa lelah, hingga urusan keuangan keluarga.

"Kita ambil istilah ‘Tiada dusta di antara kita’, dilakukan melalui komunikasi yang terbuka untuk menjaga keutuhan perkawinan," kata Herien

4. Puji pasangan

Tips terakhir yang dianggap penting oleh Herien adalah sering-seringlah memuji dan menenangkan pasangan.

Saat work from home, suami istri tinggal terus menerus sepanjang hari selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hal ini memungkinkan perilaku positif maupun negatif muncul.

"Perbanyak saling memuji dan menenangkan pasangan. Perbanyak ucapan sayang dan segera minta maaf apabila pasangan kurang berkenan," sarannya.

Kesabaran sangat dibutuhkan dalam melanggengkan keharmonisan perkawinan di saat bencana Covid-19. Jangan sampai bencana COVID-19 berlalu, bencana perkawinan menunggu.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/14/113637371/angka-perceraian-meningkat-akibat-covid-19-ini-saran-akademisi-ipb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke