KOMPAS.com - Dapat bergabung dalam universitas terbaik dunia adalah impian banyak siswa. Namun dengan merebaknya wabah Covid-19, proses perjuangan mendapatkan universitas idaman ini menjadi lebih menantang.
"Siswa dan orangtua dihadapkan dengan masalah baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya, dan tanpa adanya bimbingan ataupun informasi yang cukup, besar kemungkinan terjadi kebingungan yang membuat kita mengambil keputusan gegabah yang kurang tepat," jelas Grace Paramitha, Humas Sekolah Sinarmas World Academy (SWA) melalui rilis resmi (21/4/2020).
Menghadapi tantangan mempersiapkan proses masuk universitas terbaik di tengah wabah Corona, Sinarmas World Academy melalui Stanislav Sousek, Konselor Universitas dan Karir, membagikan beberapa strategi yang perlu diperhatikan.
Berikut merupakan tips sebagai bekal siswa untuk masuk ke universitas terbaik dunia:
1. Kenali potensi sedini mungkin
Tidak ada kata terlalu dini dalam persiapan. Sebaiknya anak sudah diajak berdiskusi soal masa depan dari kelas 6.
"Orangtua dapat berdiskusi dengan guru untuk mendapatkan informasi lengkap tentang perkembangan pembelajaran anak selama di sekolah. Dengan informasi yang menyeluruh, orangtua dapat mendapat gambaran tentang minat dan bakat anak," jelas Stanislav.
Ia menambahkan, "Luangkan waktu untuk mencari tahu apa yang menjadi passion anak, dan apa yang paling disukai dalam kegiatan bersekolah."
Saat anak kelas 6, besar kemungkinannya mereka belum ada bayangan tentang masa depan mereka, di sinilah orangtua dan sekolah harus bekerja sama dalam membimbing dan bukan mendikte.
Bimbing anak untuk dapat menggali potensi diri mereka, dan analisa bersama di manakah kekuatan mereka sebagai seorang individu.
"Sewaktu anak sudah di kelas 8, mereka sudah lebih matang dengan pilihan mereka, dan pemilihan jurusan sudah dapat difokuskan. Pada saat inilah orangtua dan sekolah bisa membantu mereka dalam membangun portofolio 4-tahun mereka," terang Stanislav.
2. Capaian akademik dan nonakademik
Pencapaian akademik tidak lagi cukup untuk masuk ke universitas prestisius di dunia.
"Sebagai gambaran, universitas prestisius di dunia memiliki nilai penerimaan murid dibawah 15 persen yang berarti dari 1.000 aplikasi yang masuk hanya 150 murid yang berhasil diterima," terang Stanislav.
Stanislav menyarankan, "Portofolio yang menarik tidak hanya menonjolkan kebolehan nilai akademis, namun juga harus memperlihatkan kegiatan non-akademik mereka."
Menurutnya, dibutuhkan seni tersendiri untuk dapat membuat murid menyadari bagaimana kegiatan non-akademik ini dapat terkait dan menjadi penunjang bagi akademis mereka. Di sinilah diperlukan peran guru untuk membantu dan mendampingi murid-muridnya.
"Hal lain yang menjadi pertimbangan dari Universitas prestisius adalah mempedulikan nilai kemanusiaan dan dampak sosial yang dilakukan," tegasnya.
Vijjasena, siswa SWA yang berhasil diterima dan mendapatkan beasiswa di beberapa universitas Ivy League Amerika: Princeton, Columbia, Yale dan Dartmouth, bukan hanya fokus mengejar nilai akademik, tapi juga menginisiasi banyak kegiatan non-akademik yang mempunyai nilai sosial tinggi.
Salah satu kegiatan yang dibuat adalah "Letus-Club", di mana dia dan teman-teman menggalang dana untuk membantu panti jompo mengadaptasi teknologi pencahayaan tenaga surya.
Vijjasena membangun portofolionya berbasiskan kesimbangan antara prestasinya secara akademik di bidang sains dan kegiatan sosial yang mengadopsi energi terbarukan.
Demikian pula dengan Howard, siswa SWA berhasil diterima di 3 dari daftar universitas terbaik dunia (Imperial College, UCL,Tsinghua University).
Selain berprestasi dalam akademik, dia juga aktif menjadi presiden dari klub sekolah United We Ball" yang merupakan klub basket berfokus mengajarkan olahraga basket ke warga sekitar yang kurang mampu dan tidak memiliki fasilitas bermain basket.
3. Konsistensi portofolio
Hampir semua sekolah dan kurikulum mengharuskan murid membuat proyek di setiap mata pelajaran. Tapi bagaimana cara agar proyek-proyek ini dapat berkontribusi ke dalam portofolio anak?
SWA sendiri memastikan pada saat anak mencapai kelas 8, setiap proyek yang dilakukan memiliki benang merah dan konsistensi yang jelas dalam pembentukan portofolio akhir mereka.
Penting agar anak terus mendapatkan bimbingan, melalui orangtua maupun sekolah, dalam pembuatan portofolio mereka yang seiring waktu akan bertambah.
Peran orangtua dan sekolah sangat penting dalam perencanaan portofolio, karena anak akan banyak fokus dalam pembuatan proyek dan tidak sulit untuk kehilangan gambaran besar dari portofolio mereka.
Sebagai pengamat dan pembimbing, orangtua dapat selalu bertanya kembali kepada anak, bagaimana proyek mereka dapat merealisasikan tujuan akhir mereka.
4. Perencanaan keuangan
Tidak dipungkiri, pendidikan tinggi di universitas terbaik dunia memerlukan biaya tidak sedikit. Hal ini membuat perencanaan sedini mungkin lebih penting lagi untuk orangtua mempersiapkan dana pendidikan.
Sebagai gambaran, biaya kuliah di universitas Ivy League bisa mencapai 1 milyar rupiah per tahunnya. Namun, jangan biarkan keterbatasan finansial menghalangi potensi anak.
Sekolah dapat mengajak orangtua berdiskusi perihal kesiapan finansial dalam memilih universitas anak, dan menyiapkan beberapa skenario terbaik dan terburuk.
Sekolah dapat mengambil peran dalam menyiapkan anak mengejar beasiswa, dan meringankan beban finansial orangtua. Beberapa sekolah, termasuk SWA, menawarkan beasiswa penuh untuk anak berprestasi yang mempunyai mimpi besar.
"Strategi ini diharapkan dapat membantu anak dan orangtua dalam mempersiapkan diri ke universitas terbaik yang ada," harap Grace.
Ia menginformasikan, Vijjasena dan Howard akan membagikan lebih banyak informasi melalui Webinar yang akan diadakan 29 April 2020.
"Webinar ini gratis dan merupakan bentuk kepedulian mereka untuk menginspirasi dan membantu generasi muda lainnya yang mempunyai impian yang besar, dimulai dengan mempersiapkan diri masuk ke universitas terbaik dunia," tutupnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/21/093418671/5-strategi-masuk-universitas-terbaik-dunia-di-tengah-wabah-covid-19