KOMPAS.com - Untuk "melahirkan" murid yang mampu menjadi pembelajar seumur hidup, Sekolah Cikal percaya bahwa tak hanya kemampuan akademis yang dibutuhkan siswa, melainkan juga penguasaan kompetensi.
Bagi Sekolah Cikal, kompetensi siswa perlu digali melalui inovasi, tindakan, hingga kontribusi nyata untuk masyarakat. Tak semata nilai di selembar kertas.
Karena itulah, Sekolah Cikal menghadirkan ujian sekolah dengan cara berbeda, yakni tak hanya berbentuk lembaran soal, melainkan juga melalui pameran Personal Project (PP) yang baru saja dilaksanakan oleh Kelas 10 Sekolah Cikal Setu secara daring (online).
Koordinator IB Middle Year Program (MYP) Sekolah Cikal Setu Siti Fatimah menjelaskan, PP Exhibition ini menjadi kesempatan yang sangat baik untuk murid-murid untuk belajar menemukan minat maupun bakat mereka.
Setelah itu, melalui bimbingan guru dan orangtua, siswa juga mewujudkannya dalam sebuah karya yang mampu menginspirasi orang lain.
"Tidak hanya menunjukkan keberhasilan belajar mereka atau kompetensi mereka, tapi juga bertujuan menginspirasi orang lain,” imbuh Siti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dalam konferensi video, Kamis (30/4/2020), Siti juga menjelaskan bahwa proyek ini menjadi cara untuk mengasah kemampuan literasi siswa. Kemampuan literasi sendiri sangat memengaruhi penalaran dan kompetensi. Bekal siswa untuk bisa kompeten di kemudian hari.
Masyarakat bisa melihat dan menikmati
Siswa kelas 10 Sekolah Cikal Setu mendemonstrasikan karyanya secara daring melalui sosial media instagram @cikalppx2020 dan Youtube Sekolah Cikal Official.
Koordinator pelaksana pameran Personal project kelas 10 Sekolah Cikal Setu Anggi Puspita Swardhani mengatakan, "Murid-murid juga menyambut dengan antusias. Kita juga menggunakan sosial media yang banyak digunakan orang-orang. Jadi, kita tentunya bisa menjangkau komunitas yang lebih luas lagi."
Salah satu karya unik yang lahir dari murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu dalam pameran tersebut ialah Kampanye Sosial ‘628’ oleh Najya.
Menurut Najya, keinginannya membuat kampanye sosial “628” dilatarbelakangi oleh penerapan “gadget free” dalam keluarganya dimulai pukul 6 sore hingga 8 malam untuk meningkatkan kebersamaan dengan keluarga.
Selain Najya, ada juga karya Ainaa berupa album musik mengenai keragaman budaya Indonesia bertajuk "Jelajah Nusantara".
Ia menyatakan bahwa album yang terdiri atas 4 lagu, yaitu Yogyakarta, Nusantara, Labuan Bajo, and Toba, diharapkan dapat mewakilkan dan mempromosikan budaya Indonesia, mencakup etnis, dan tradisi yang ada.
Lalu, ada Kundera yang menawarkan gagasan pembuatan rumah mungil “eco-friendly tiny house-Design for an eco-friendly house” sebagai alternatif gaya hidup dalam kehidupan
bermasyarakat demi menjaga kelestarian lingkungan.
“Target dari proyek saya adalah untuk generasi yang berusia 17 hingga 24 tahun. Tiny House ini harapannya bisa dijadikan sebagai opsi yang tepat bagi generasi muda di masa mendatang untuk menjaga lingkungan,” imbuh Kundera
Menurut Anggi, karya yang ditampilkan oleh setiap murid sangat jelas mewakili apa yang mereka sukai, dan dekat dengan keseharian mereka.
Sebut saja, Ainaa yang senang dengan musik, Kundera dengan kompetensinya di sains dan lingkungan, dan Najya yang erat dengan kegiatan sosial.
“Tidak pernah terpikir sama sekali anak usia 15 tahun bisa mengambil tema yg begitu dalam dan sangat mempunyai pengaruh besar. Mereka membuat karya yang tidak hanya berfokus pada diri mereka sendiri, tapi juga menunjukkan kepedulian mereka tentang sesuatu hal sesuai dengan keahlian dan minat mereka,” tutup Anggi.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/03/190000771/-personal-project-sekolah-cikal--saat-materi-ujian-sesuai-minat-bakat-siswa