KOMPAS.com - Sejak ada virus corona atau Covid-19 di dunia, kehidupan menjadi berubah. Pasalnya, sampai saat ini virus tak kasat mata itu telah menjangkiti lebih dari 3 juta orang positif di seluruh dunia.
Bahkan di Indonesia, angka kematian infeksi Covid-19 relatif tinggi. Ada lebih dari 12.000 kasus positif dan lebih dari 900 orang meninggal dunia.
Segala upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan dan memutus rantai penyebaran virus corona, yakni dengan menerapkan social distancing dan physical distancing.
Hanya saja, semua dibutuhkan peran serta seluruh elemen. Mulai dari tingkat keluarga hingga pemerintah dan ini membuat banyak pihak melakukan penyesuaian diri.
"Apabila menilik dari status pandemi yang ditetapkan WHO pada Covid-19 ini kita dapat membayangkan betapa pada kehidupan kita sebelum ini merupakan kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran dan perkembangbiakan virus," ujar Prof. Apt, Edy Meiyanto, M.Si., PhD, Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi UGM, seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (8/5/2020).
Rajin cuci tangan
Dengan adanya wabah virus corona ini, tentu menghadirkan perilaku baru di tengah masyarakat, seperti tindakan sederhana mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker.
Kedua tindakan tersebut mungkin dianggap sebagai sesuatu yang asing di masa lalu. Tetapi saat ini adalah suatu keharusan.
Seolah-olah, kebiasaan mencuci tangan menjadi suatu terobosan mutakhir yang terasa mewah. Hal ini menunjukkan betapa masyarakat di masa lalu tidak terbiasa berperilaku dengan gaya hidup bersih dan sehat.
"Sebelum Covid-19, orang tidak akan ambil pusing ketika harus bepergian atau berinteraksi dengan orang lain. Mungkin dianggap tidak umum melakukan cuci tangan selepas menggunakan atau menyentuh fasilitas umum," katanya.
Etika batuk dan bersin
Tak hanya itu saja, kini soal etika batuk dan bersin yang benar juga menjadi perhatian. Hal ini mungkin dianggap berlebihan jika harus menggunakan masker di tempat-tempat umum.
Tapi hal tersebut kini menjadi hal biasa yang dilakukan dari tukang sapu, tukang becak, pedagang asongan, sampai para pejabat negara.
Kini, masyarakat juga mulai ramai-ramai mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi fenomena yang sama sekali baru bagi penduduk dunia pada abad ini.
Memasak sendiri
Bagaimana memasak makanan sendiri menjadi lumrah. Menggunakan masker menjadi umum. Mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan.
Orang menjadi lebih sadar untuk menjaga makanan dan memilah jenis makanan yang baik bagi kesehatan tubuh. Mereka bahkan secara sukarela menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga dan beristirahat cukup demi meningkatkan sistem pertahanan tubuh alami.
Seolah-olah dengan adanya pandemi ini masyarakat justru menjadi lebih mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang sebelumnya seringkali terabaikan, dianggap remeh, atau justru menjadi momok.
Harus ada konsistensi
Pada dasarnya bakteri dan virus, materi-materi mikron dan nano tak kasat mata tersebut sudah ada dari sejak dulu kala, dan akan terus ada sepanjang kehidupan alam semesta.
Hanya karena ukurannya yang super kecil dan tidak tampak oleh penglihatan manusia bukan berarti ia lantas tidak ada.
Karena itu diperlukan kesadaran bahwa kita tidak pernah aman dari risiko paparan infeksi virus maupun bakteri selama masih bersama hidup saling berdampingan di alam jagad raya yang sama.
Konsistensi menjadi kunci sehingga diperlukan komitmen untuk menjaga keberlangsungan hidup yang lebih baik bersama-sama.
Semua unsur masyarakat yang kini juga telah melakukan adaptasi hidup bersih dan sehat perlu terus mengembangkannya dengan berbagai program dan kegiatan yang berkelanjutan.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/08/162340271/akademisi-ugm-ini-bentuk-perilaku-baru-karena-wabah-corona