KOMPAS.com - Wabah Covid-19 telah mendorong masyarakat untuk mengonsumsi suplemen dengan harapan dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus. Sampai-sampai, stok sejumlah suplemen menjadi langka di pasaran.
Dosen Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Murti Andayani dan Retno Murwanti mengatakan, masyarakat sebaiknya bijak dalam memilih dan menggunakan suplemen.
“Vitamin berasal dari makanan dan buah-buahan yang bersifat organik dan suplemen umumnya diproduksi secara mekanik," ujar Tri, seperti dilansir laman UGM, Senin (11/5/2020).
Itulah mengapa, beberapa suplemen bisa mengandung bahan aktif yang memiliki efek biologis dalam tubuh sehingga dapat membahayakan jika tidak digunakan secara tepat.
Selain itu, suplemen yang mengandung vitamin larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K, dalam dosis tinggi juga harus berhati-hati karena dapat terakumulasi dalam tubuh.
Gizi makanan lebih berperan tingkatkan imun
Kandungan gizi dari makanan, seperti protein serat, vitamin atau mineral memiliki peran lebih besar dalam mendukung sistem imun dibandingkan suplemen yang dijual di apotek atau toko kesehatan.
Saat ini, lanjut Tri, banyak sekali jenis suplemen yang beredar di pasaran, seperti multivitamin yang mengandung tiga atau lebih vitamin dan mineral, seperti vitamin C, B, A, D3, E, K, tembaga, seng besi, kalsium, magnesium, dan lain-lain.
Lalu, ada pula suplemen nonvitamin nonmineral, seperti minyak ikan, probiotik, echinacea, suplemen bawang putih, dan lain-lain.
Padahal, kata dia, sistem imun dapat ditingkatkan oleh nutrisi yang mendukung dari aneka makanan, sayur atau buah-buahan.
Misalnya, sumber dari vitamin B terdapat di beberapa makanan, buah-buahan maupun sayuran seperti ragi, beras, pisang, alpukat, telur, keju, ikan, daging sapi, sayuran, kacang dan lain-lain.
Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Sumber vitamin C alami dapat diperoleh dari buah-buahan yang kaya vitamin C seperti stroberi, kiwi dan buah-buahan sitrus.
Lalu, sumber dari vitamin A dapat diperoleh antara lain dari minyak ikan, wortel, brokoli, telur, dan susu.
Vitamin D penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dengan membantu absorbsi kalsium di usus. Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari, dapat juga diperoleh dari makanan seperti ikan salmon, telur, keju dan produk susu olahan.
"Sedangkan, sumber vitamin E di antaranya dari buah kiwi, kacang almond, alpukat, telur, susu, dan kacang dan sumber dari vitamin K umumnya berasal dari sayuran hijau seperti seledri, alpukat dan buah kiwi," terangnya.
Intinya, suplemen bukan pengganti makanan sepenuhnya, karena tubuh tetap perlu mengonsumsi berbagai macam makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga daya tahan tubuh optimal.
Suplemen juga bukan pengganti obat
Selain bukan pengganti makanan sehat, suplemen juga tak bisa dijadikan sebagai obat, misalnya untuk menyembuhkan flu.
Retno Murwanti menambahkan, penelitian yang dilakukan pada 35.533 pria yang berisiko mengalami kanker prostat di United States, Canada dan Puerto Rico menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi vitamin E memiliki risiko untuk mengalami kanker prostat lebih tinggi dibandingkan placebo.
Sedangkan vitamin C yang diketahui memiliki beberapa fungsi fisiologi seperti antioksidan hingga meningkatkan sistem imun, pada penelitian menunjukkan mengonsumsi vitamin C tidak memberikan manfaat yang signifikan dalam mencegah kanker, menurunkan mortalitas, mencegah gangguan jantung dan menurunkan kejadian common cold (flu).
“Hal lain yang harus dipastikan juga adalah apakah suplemen tersebut sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, untuk memastikan tidak mengandung bahan yang membahayakan kesehatan," ujar Retno.
“Dengan mengonsumsi makanan sehat, melakukan olah raga secara teratur, menjaga berat badan, menghindari stres dan tidur yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Jika kebutuhan nutrisi harian tidak dapat dipenuhi, dapat mengonsumsi suplemen dan vitamin untuk mendapatkan asupan nutrisi tambahan, namun perlu bijak dalam memilih dan menggunakannya," tuturnya.
Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan suplemen untuk memastikan kandungan suplemen sesuai yang diperlukan karena setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/12/083112671/pakar-ugm-gizi-makanan-lebih-berperan-tingkatkan-imun-ketimbang-suplemen