Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rangkuman Siulan Bambu Toraja “Cerita Sabtu Pagi” Belajar dari TVRI

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan "Cerita Sabtu Pagi", Episode:” Toraja & Marauke” untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan SD Kelas 1 – 3 sederajat. yang tayang pada Sabtu, 16 Mei 2020.

Belajar dari Rumah adalah program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.

Dalam tayangan tersebut diceritakan beragam keunikan budaya Toraja. Alam yang indah dan subur mendukung kehidupan dan aktifitas masyarakat yang dekat pada aneka pemanfaatan bambu. Berikut adalah rangkumannya.

Pompang

Pa’pompang atau Pa’bas. Musik ini digunakan dengan cara ditiup hingga mengeluarkan bunyi. Sehingga bunyi yang terdengar layaknya seperti suara bas.

Alatnya terbuat dari bambu yang dipotong dengan ukuran kecil dan besar yang dilubangi kemudian dirangkai. Dari perbedaan ukuran ini akan menghasilkan bunyi nada yang berbeda ketika ditiup.

Ukuran yang besar menghasilkan nada rendah, sedangkan ukuran kecil untuk nada yang tinggi.

Bahan-bahan bambu yang dipilih pun memiliki kriteria seperti tipis dengan ruas yang panjang, berusia tua, serta permukaannya mesti mulus dan lurus. Agar bunyi yang dihasilkan nanti terdengar bagus dan tidak cempreng.

Untuk pemain, musik bambu ini terdiri dari sekelompok orang yang berjumlah antara 25 atau 35 orang, termasuk peniup suling. Usia pemainnya beragam dari barbagai kalangan, mulai dari anak sekolah dasar hingga orang dewasa.

Biasanya, Pa’pompang dipentaskan pada acara-acara khusus di Toraja seperti acara pernikahan atau syukuran.

Namun pada umumnya, sekarang telah banyak ditampilkan di berbagai macam festival, baik itu di daerah Toraja sendiri maupun dalam acara-acara di luar propinsi Sulawesi Selatan.

Tongkonan

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng).

Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama).

Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial Masyarakat Toraja).

Di depan Tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga). Saat ini sebagian sudah dicor.

Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

Perang Ma Randing

Ma’randing adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dipentaskan pada pemakaman besar (biasanya orang dengan kasta tinggi). Para penari menggunakan pakaian perang tradisional dan senjata.Tari ini secara mendasar adalah sebuah tari partriotik atau tari perang.

Kata Ma’randing sendiri berasal dari kata randing yang berarti “mulia ketika melewatkan”. Tari ini menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional Sulawesi Selatan dan menunjukkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang meninggal selama hidupnya.

Tarian Ma’randing dibawakan oleh beberapa orang yang setiap orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah ornamen. S

etiap objek menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau (bulalang) menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang (doke, la’bo’ bulange, la’bo’ pinai, la’bo’ todolo) menunjukkan kesiapa untuk perang, yang menyimbolkan keberanian.

Tari ini dilakukan dengan 4 prinsip gerakan, yaitu :

  1. Komanda menginspeksi tiap orang dan senjatanya, menyimbolkan disiplin.
  2. Senjata diulur dan perisai ditarik kebelakang, menyimbolkan kesigapan.
  3. Salah satu kaki diangkat sementara itu yang lain di tanah, menyimbolkan keteguhan hati.
  4. Para menari mundur kebelakang, sementara itu satu penari bergerak ke kanan dan yang lain ke kiri, menyimbolkan kesigapan.

Selama tarian, para penari berteriak untuk menyemangati satu sama lain selama pertempuran. Penonton akan turut serta berteriak. Teriakan ini (peongli) terkadang bervariasi diberbagai tempat.

Makna yang terkandung dari tarian Ma’randing ini adalah untuk menjaga desa dan melindungi para gadis muda dari penculikan desa tetangga.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/16/133651371/rangkuman-siulan-bambu-toraja-cerita-sabtu-pagi-belajar-dari-tvri

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke