KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan Keluarga Indonesia episode: Mengelola Sumber Daya Keluarga yang tayang pada pukul 10.30 - 11.00 WIB untuk Orangtua atau Guru pada 29 Mei 2020.
Belajar dari Rumah adalah Program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.
Berikut adalah rangkuman tayangan Keluarga Indonesia episode: Mengelola Sumber Daya Keluarga.
Orangtua adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Pendidikan di dalam keluarga sangat penting untuk tumbuh kembang anak.
Dalam tayangan Keluarga Indonesia, Najelaa shihab (Founder Kelurgakita.com) memberikan beberapa cara agar anak dapat belajar efektif dan mandiri.
Perlu latihan bertahap
Najelaa menyampaikan, "orangtua bingung cara mendampingi anak belajar di rumah karena memang proses belajar efektif itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Itu kebiasaan yang sebetulnya perlu dibangun dari mulai anak sangat kecil."
"Kita sering kali memang tidak mengajarkan itu dan tidak membangun kebiasaan dan rutinitas itu. Padahal dari anak mulai sekolah sebetulnya dia butuh latihan-latihan, dari sudut waktu misalnya," jelasnya.
Menurut Najelaa semua butuh proses. "Ada proses untuk kemudian dia bisa menggerjakan PR atau melakukan tugas mandiri dalam jangka waktu yang lama. Tidak bisa anak kelas 5 SD mengerjakan PR satu jam," tambahnya.
"Jadi memang mulainya itu dari mulai baca sama-sama setiap hari, 5 menit, 10 menit.
Mengerjakan tugas sendiri 10 menit, 20 menit, 30 menit. Itu tahapan yang harus dilalui," jelasnya.
Ia menambahkan, "tapi tidak semua orangtua membuat struktur dan rutinitas seperti itu." Ucap Najelaa.
Agar anak belajar mandiri
"Anak butuh tempat yang nyaman, situasi yang mendukung, nah tidak semua orangtua menyediakan itu," ujar Najelaa.
Menurut Najelaa, "Orangtua perlu perhatikan adalah sebenarnya tujuan belajar di rumah itu apa, tujuannya sebenarnya agar anak bisa mandiri."
Ia melanjutkan, "Bedanya belajar di sekolah adanya pengawasan guru, ada teman-teman lain,
kalau di rumah tujuannya mandiri."
Najelaa mengingatkan sering kali orangtua justru belajar di rumah bukan jadi kesempatan anak belajar mandiri. Orangtua "lebih panik" dari pada anaknya, merasa PR-nya itu adalah orang tuanya.
"Sehingga sering kali mengambil alih. Salah satu resikonya anak mengerjakan 'salah' orangtua tidak kasih kesempatan anaknya buat salah dan mengambil alih PR anaknya," jelasnya.
Pengalaman "salah"
"Anaknya butuh pengalaman mengerjakan tugas 'salah', salahnya kenapa, proses berpikirnya atau apa jelasin sampai muncul kesimpulan seperti itu, ternyata lama ya, ternyata tidak selesai-selesai," ujarnya.
Najelaa melanjutkan, "Anak harus berhadapan dengan kenyataan itu. Ternyata tugasku ga selesai. Yang dipikir selesai 30 menit ternyata 1 jam. Itulah proses belajar dan memang itu tujuan belajar mandiri."
Jika orangtua mengejar nilai sempurna pada akhirnya justru tujuan belajar mandiri di rumah tidak tercapai.
"Jadi kadang-kadang intensi kita adalah intensi membantu, tapi sebetulnya bantuan itu tidak membantu anak mencapai tujuannya," ujarnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/29/162133171/najelaa-shihab-orang-tua-tidak-memberi-anaknya-kesempatan-salah