Oleh: Anwar Holil | Manajer Komunikasi Tanoto Foundation
Kompas.com – Tahun ajaran baru ini menjadi momentum pengelola sekolah dan orangtua untuk membantu siswa beradaptasi memasuki era "kenormalan baru" belajar di masa pandemi.
"Kenormalan baru" atau "new normal" ini bukan berarti siswa dipersiapkan kembali bersekolah, namun membantu menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dengan situasi belajar di tengah wabah Covid-19.
Lalu apa yang perlu kita bantu agar siswa lebih siap menghadapi tantangan yang mungkin ditimbulkan oleh kenormalan baru belajar ini?
Evaluasi belajar dari rumah
Sebelum dimulainya tahun ajaran baru, guru, kepala sekolah, orangtua, dan siswa perlu berdiskusi bersama untuk mengevaluasi pelaksanaan belajar dari rumah. Terutama untuk menentukan, hal-hal apa yang harus dilanjutkan, dan apa yang harus diubah.
Esensi belajar sesungguhnya memberi tantangan dan pengalaman pada anak. Hanya bila beban tantangan tugasnya hanya mencatat ulang buku paket atau menyelesaikan soal-soal, maka siswa hanya belajar pada level rendah.
Mereka hanya belajar untuk menghafal atau mengulang gagasan yang ada di buku.
Sekarang banyak guru yang mulai terbiasa memanfaatkan berbagai aplikasi untuk pembelajaran, seperti Google Classroom, Edmodo, Quizzes, Zoom, Webex, atau sejenisnya.
Yang terpenting dari belajar jarak jauh ini bukan hanya pada penggunaan teknologi. Jangan sampai penggunaan teknologi hanya menggantikan tempat ceramah guru dari ruang kelas berpindah tempat melalui teknologi virtual.
Banyak unsur yang lebih penting dalam menyiapkan proses belajar sekalipun dalam jarak jauh.
Yang terutama adalah upaya menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa lebih banyak mengalami (berbuat atau mengamati), melakukan interaksi, komunikasi, dan ada umpan balik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga siswa dapat belajar secara bermakna.
Belajar bermakna mengutip teori Ausubel (1963), berarti materi pembelajaran dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Di dalam pembelajaran, siswa mendapatkan materi-materi yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-harinya.
Tanyakan kepada mereka, apa yang membuatnya bersemangat belajar? Apa yang bermanfaat dan dapat dikembangkan dalam proses belajar mereka yang berubah?
Suara anak bisa menjadi bagian desain pembaruan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Siswalah yang menjadi muara dari keberhasilan pembelajaran. Karenanya, penting bagi guru melibatkan siswa dalam menyiapkan pembelajaran berikutnya.
Guru dan orangtua juga perlu menciptakan kesadaran dan pemahaman tentang arti dan implikasi belajar di masa pandemi bagi anak. Perkenalkan realitas baru yang terjadi dalam percakapan sehari-hari dengan anak.
Mereka harus menyadari bahaya dan resiko penularan virus sehingga membuat siswa lebih waspada.
Protokol pencegahan juga harus menjadi bagian dari pembiasaan sehari-hari yang dilakukan siswa. Mulai rutin mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik, menggunakan masker, sampai menjaga jarak.
Kemendikbud telah menegaskan pembukaan kembali sekolah akan diputuskan berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Prinsipnya, keselamatan dan kesehatan anak harus menjadi prioritas utama (Kompas, 27 Mei 2020).
Bila diputuskan siswa kembali bersekolah, sebaiknya tidak diberlakukan untuk semua sekolah. Hanya daerah zona hijau atau tanpa kasus baru Covid-19 yang diperkenankan membuka sekolah.
Kitapun harus belajar dari beberapa negara yang sudah membuka sekolah. Perancis dan Korea Selatan kembali menutup sekolah, setelah ditemukan kembali kasus baru Covid-19.
Pembukaan sekolah di Indonesia harus betul-betul mempertimbangkan keamanan siswa. Tatap muka di sekolah ini, misalnya diprioritaskan untuk siswa yang memerlukan.
Mungkin untuk memfasilitasi mereka yang tidak memiliki akses internet atau memerlukan pendampingan belajar khusus dari guru. Hanya perlu dipastikan guru, orangtua, dan siswa harus melaksanakan protokol pencegahan penularan virus.
Selain itu jumlah siswa perkelas juga dibatasi, maksimal 10 siswa dalam satu kelas. Jam tatap muka juga lebih menerapkan pertemuan berkualitas yang tidak lebih dari 2-3 jam perhari, dan tidak harus setiap hari. Sekolah membuat shift belajar di kelas yang diatur penjadwalannya.
Siswa yang menggunakan kendaraan umum tetap harus belajar dari rumah. Prinsipnya, semua aktivitas yang berpotensi terjadinya penularan virus harus dibatasi.
Terapkan pembelajaran bauran
Guru juga perlu dilatih merancang pembelajaran bauran (blended learning) yang mengkombinasikan tatap muka di kelas dan pembelajaran daring. Model pembelajaran bauran ini bisa menjadi bagian dari kenormalan baru belajar.
Siswa yang tidak bisa mengakses pembelajaran daring perlu dibantu. Apakah sekolah dapat meminjami fasilitas seperti gawai pintar atau tablet, dan menyediakan akses internet untuk siswa.
Anggaran sekolah perlu diatur ulang agar dapat membantu semua siswa bisa mengakses pembelajaran dengan segala keterbatasannya.
Guru yang belum terbiasa menggunakan teknologi, harus difasilitasi agar mereka bisa memanfaatkannya untuk pembelajaran.
Yang juga lebih penting, membantu guru untuk mampu menyediakan pembelajaran berkualitas yang bermakna untuk siswanya dalam kenormalan baru belajar.
Beberapa ahli pendidikan juga telah menyampaikan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mendefinisikan kenormalan baru dalam pembelajaran di masa pandemi. Apa saja?
1. Partisipasi aktif keluarga
Ketika pembelajaran berlangsung di rumah, maka anggota keluarga harus dilibatkan menjadi fasilitator pembelajaran.
Mereka dapat dilibatkan dalam memberikan bimbingan dan bantuan untuk membuat proses belajar menyenangkan bagi siswa. Tentunya hal ini perlu dukungan sekolah yang melatih peran keluarga dalam mendampingi anak belajar di rumah.
2. Pergeseran ruang belajar
Satu hal yang substansial dalam proses pembelajaran bukan terletak pada gedung sekolah atau ruang kelas.
Belajar sekarang terjadi di rumah, di dalam ruang pribadi anak. Pemanfaatan internet membuat ruang belajar dapat dilakukan melalui perangkat pribadi tanpa harus pergi ke suatu tempat secara fisik.
3. Pembelajaran individual dan berbeda
Individual dan berbeda berarti mengajar setiap siswa harus dilakukan secara unik. Tujuan pembelajaran mungkin tetap sama untuk sekelompok siswa tetapi siswa secara individu dapat berbeda.
Beberapa siswa mungkin belajar lebih baik melalui menonton video sementara beberapa perlu membaca buku bacaan. Aksesibilitas materi pembelajaran dan mendistribusikan sumber belajar dari rumah ke rumah dapat menjadi tantangan bagi guru.
4. Dari ujian ke penilaian formatif
Keempat aspek ini, bisa menjadi pertimbangan untuk membantu siswa memasuki era kenormalan baru belajar.
Perubahan ini pulalah yang semakin meneguhkan kita bahwa dalam belajar yang paling penting adalah pemberian pengalaman "PROSES" daripada penjejalan "KONTEN".
Siswa dibiasakan berproses mengambil keputusan sendiri. Mencoba cara sendiri dalam memecahkan masalah tanpa rasa takut salah.
Terbiasa mencari cara lain bila suatu cara yang dipilih dianggap kurang efektif, dan sebagainya. Sehingga mereka akan terbiasa dalam menghadapi perubahan dalam hidupnya.
Penulis: Anwar Holil, Manajer Komunikasi Tanoto Foundation untuk Program Pintar dan sedang menempuh S3 Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/31/172306571/menyiapkan-normal-baru-pembelajaran-yang-berpihak-pada-siswa-kita