KOMPAS.com - Universitas Indonesia akan mempertimbangkan percampuran sistem pembelajaran yaitu daring dan tatap muka (blended learning) di masa New Normal.
Hal itu dikatakan oleh Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro saat menjadi pembicara dalam Webinar “Kampus Merdeka di Era dan Pasca COVID-19” yang dilakukan secara daring pada Jumat (29/5).
“UI mungkin akan menggunakan sistem campuran/blended learning, yaitu penerapan sistem daring dan tatap muka. Dengan adanya protokol kesehatan, maka kelas tidak akan mungkin terisi kapasitas 100 persen oleh mahasiswa," kata Prof. Ari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Menurutnya, nantinya setengah mahasiswa belajar di kelas, setengahnya lagi belajar berkelompok secara daring di rumah secara bergantian.
Ia menambahkan, dosen tak harus selalu mengajar di dalam kelas.
"Bisa juga mengajar dari kantornya ataupun dari rumah, khususnya bagi mereka yang sudah sepuh,” kata Prof. Ari menjelaskan tentang pembelajaran di UI ketika kampus sudah diperbolehkan dibuka.
Prof. Ari menambahkan, “Demikian pula pelaksanaan konferensi ilmiah juga akan dilakukan melalui sistem daring dan penyediaan e-certificate."
Dalam kegiatan belajar mengajar nantinya, dimungkinkan juga akan dilakukan sistem graduate assitant.
"Dalam sistem ini, para asisten dosen akan direkrut dari lulusan/alumni, untuk membantu dosen senior melaksanakan perkuliahan dengan sistem daring,” katanya.
Pendidikan Tinggi Silaturahmi Budaya
Dalam paparan lainnya, Prof. Ari mengatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan konektivitas budaya atau silaturahmi budaya.
“Para akademisi harus mengenal dunianya, tidak hanya berada di laboratorium atau kamar kerjanya saja untuk menulis artikel ilmiah, melainkan juga harus mampu berinteraksi dengan sekelilingnya, seperti memberikan advis kepada industri/swasta, pemerintah," ujarnya.
Perguruan tinggi juga diharapkan dapat membangun engagement dengan pemerintah, industri, dan masyarakat atau dikenal dengan istilah triple helix, adalah satu hal terpenting.
"Hal tersebut tampak dari sistem perankingan perguruan tinggi dunia yang memberikan bobot 40 persen pada indikator reputasi. Melalui aktivitas triple helix engagement, maka dapat meningkatkan reputasi baik dari sebuah perguruan tinggi,” ujar Prof. Ari.
Prof.Ari mengungkapkan, COVID-19 membuka kesempatan bagi UI untuk mengoptimalkan kerja sama triple helix.
“Sisi positifnya, pandemik ini menjadi katalisator bagi terbentuknya kerja sama antara UI, pemerintah dan swasta, terutama dalam bidang social engagement health service, dan hilirisasi alat kesehatan hasil inovasi UI,” kata Prof. Ari.
Semasa pandemik COVID-19, UI terlibat lebih dalam lagi di dalam melakukan engagement dengan lingkungannya, salah satunya dengan membangun social engagement health service bagi masyarakat.
UI menyediakan Klinik Satelit Makara UI; Rumah Sakit UI (RSUI) sebagai rumah sakit yang didedikasikan untuk penanganan COVID-19 di Kota Depok; Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI sebagai Lab Pemeriksa COVID-19; para Guru Besar dan Akademisi UI yang terlibat aktif di dalam Satuan Tugas COVID-19; serta merealokasi anggaran UI untuk mendukung RSUI di tengah pandemik ini.
Lebih lanjut, dengan mengadopsi semangat “Kampus Merdeka” yang diusung pemerintah, UI menciptakan social engagement volunteers.
Prof Ari menuturkan, “Dengan adanya COVID-19 ini menyadarkan bahwa ini adalah kesempatan UI untuk mendukung pemerintah."
Salah satunya, UI mempelopori program relawan mahasiswa semester 7 untuk terjun langsung membantu tenaga medis di RSUI dalam penanganan COVID-19, dan para mahasiswa relawan akan memperoleh 3 SKS setelah menyelesaikan aktivitasnya dan membuat laporan.
Program ini membuka nuansa baru karena peminatnya kini tidak hanya datang dari mahasiswa rumpun ilmu kesehatan, melainkan juga menarik minat mahasiswa dari rumpun ilmu sosial.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Nizam mengapresiasi implementasi kampus merdeka di masa pandemik yang telah dilakukan UI, yaitu membuat modul bagi para mahasiswa relawan.
“Menjadi relawan menunjukkan praktik nyata atas kampus merdeka. Antusiasme mahasiswa sangat tinggi untuk menjadi relawan, tercatat dalam kurun waktu tiga hari, 15ribu mahasiswa mendaftarkan diri menjadi relawan. Semangat merah putih para mahasiswa sangat tinggi, dan aksi ini mampu membangun empati dan jiwa kemanusiaan. Kami mengapresiasi UI yang juga menjadikan SKS bagi para mahasiswa yang menjadi relawan,” ujar Prof. Nizam.
Turut hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D, Praktisi Pendidikan, Prof. Dr. M. Arief, dan Rektor Universitas Esa Unggul, Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/02/080000971/new-normal-ui-pertimbangkan-sistem-kuliah-blended-learning