Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rangkuman "Menghindari Jadi Toxic Parents", Belajar dari TVRI 5 Juni 2020

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan “Keluarga Indonesia episode: menghindari jadi toxic parent” untuk pengasuh dan pendidik anak pada 5 Juni 2020.

Belajar dari Rumah adalah Program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.

Berikut adalah rangkuman tayangan Keluarga Indonesia "Menghindari Jadi Toxic Parent"

Dalam tayangan tersebut Monica sulistiawati, M.Psi Psikolog anak berbicara tentang bagaimana menjadi orang tua dan menghindari jadi toxic parent.

"Toxic parents ini mereka melakukan sesuatu atas nama cinta, tapi sebenarnya justru yang dilakukan adalah hal yang sangat keterbalikannya. Jadi justru sedikit demi sedikit malah menyakiti dan meracuni si anak," kata Monica.

Menurut Monica, "Misalnya orang tua yang toxic parents ini tidak bisa memiliki empati pada si anaknya, memiliki target dan memiliki cita-cita yang tinggi pada si anak tapi tidak diiringi dengan apresiasi."

Ia melanjutkan, "justru ketika si anak melakukan kesalahan sedikit saja marah-marah, membentak si anak, orang tua biasanya sangat perhitungan kepada si anak dengan mengungkit-ngungkit "mama tuh sudah memberikan kamu semuanya loh."

"Ketika si anak gagal melakukan sesuatu justru tidak di motivasi untuk memperbaiki kesalahannya "tuhkan mama juga bilang apa, kamu tuh emang bodoh, begini aja ga bisa kan," ujar Monica.

Orangtua yang toxic parents ini umumnya tidak menghargai privasi anak kalau mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan anak.

"Dia tidak akan berdiskusi dengan si anak melainkan langsung mengambil keputusan tanpa pertimbangkan apakah si anak menyukainya atau tidak," jelas Monica.

Menurut Monica "cerita toxic parents ini banyak sekali yang pasti adalah secara tidak langsung, sedikit demi sedikit orangtua yang toxic parents justru malah menjatuhkan si anak, merendahkan harga diri anak dan itu bisa berdampak jangka panjang."

Agar tidak jado toxic parents

Kata Monica, "refleksi diri sendiri kira-kira perilaku keliru apa yang pernah kita dapatkan, apakah perilaku keliru itu kita lakukan lagi di saat ini kemudian empati, kira-kira dampaknya apa ya kalau saya melakukan hal ini ke anak."

Ia melanjutkan, "misalnya tanpa sengaja kita memarahi si anak dan mengungkit-ngungkit kesalahannya coba refleksi ke dalam diri sendiri kalau saya melakukan kesalahan kemudian kesalahan saya diungkit-ungkit oleh orang lain."

"Ah kamu tuh emang dari dulu kayak gini nih, kerja ga pernah beres. Rasanya apa kalau kamu sendiri menemukan rasa tidak nyaman didalam diri kamu sedih, marah, kecewa, frustasi artinya itu juga yang dirasakan oleh anak kamu," tegasnya.

Menurut Monica, "Beranilah meminta maaf, beranilah untuk memperbaiki perilaku dengan cara kendalikan diri sebagai manusia dewasa, Kita di anugerahi kecerdasan dan akal budi untuk bisa mengontrol perilaku kita." 

"Kalau rasanya sulit, kita tetap berperilaku impulsif, tetap kontrol diri kita sulit artinya memang kita perlu bantuan dari orang lain untuk bisa belajar lebih mengendalikan diri kita," ujarnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/05/233559871/rangkuman-menghindari-jadi-toxic-parents-belajar-dari-tvri-5-juni-2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke