KOMPAS.com - Untuk meminimalisir penyebaran virus corona atau Covid-19, salah satu mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini menciptakan suatu alat yang menarik.
Yakni membuat padasan atau alat cuci tangan. Jika biasanya untuk membuka kran pakai tangan, maka Desi Nugraheni, mahasiswi Prodi Arsitektur Fakultas Teknik (FT) UNS menggunakan sistem berbeda, yaitu sistem injak.
Alat yang dibuat Desi ini saat dia mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Penanganan Covid-19 UNS batch 1. Selama sebulan Ia mengabdikan diri untuk penanganan Covid-19 di Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung, Grobogan, Jawa Tengah.
Menurutnya, ide pembuatan padasan itu berawal dari tugas mata kuliah Kampung Kota. Kemudian dia muncul ide untuk membuat padasan yang dapat meminimalisir sentuhan dalam penggunaannya.
"Mulailah saya mengotak-atik desain di sketchup, lalu dosen saya menyarankan agar direalisasikan sebagai kegiatan KKN," ujar Desi seperti dikutip dari laman resmi UNS, Kamis (18/6/2020).
"Saya juga melihat di sekitar tempat tinggal belum ada tempat cuci tangan dengan sistem tanpa sentuh, saya pikir sepertinya akan menarik jika bisa dibuat," jelasnya.
Berbahan kayu bekas
Adapun cara pembuatan padasan tersebut sama seperti pengerjaan furnitur berbahan kayu. Dia memanfaatkan material kayu bekas yang ada di rumah.
Kemudian ditambah ember kecil untuk buangan air, selang, ember bekas cat beserta keran yang mudah ditekan. Lalu Ia merangkainya sesuai desain yang telah dibuat.
Untuk menyambungkan batang penekan dengan meja kayu, pada batang penekan dilubangi, kemudian ditahan dengan paku sehingga bisa naik turun sesuai dengan injakan dan per.
"Saya memanfaatkan beberapa material yang ada di rumah. Dalam pembuatannya, saya dibantu oleh tukang untuk memotong kayu," katanya.
Padasan buatan Desi itu secara umum dibuat dengan biaya kisaran hanya Rp 57.000 saja. Tentu karena memanfaatkan bahan bekas.
Cara kerja diinjak
Cara kerja dari padasan itu ialah dengan menginjak pijakan pada bagian bawah menggunakan kaki, sehingga air akan mengalir tanpa harus menyentuh gagang keran.
Sistemnya yaitu terdapat batang kayu yang diposisikan di atas kran secara horizontal, kemudian disambung dengan batang kayu vertikal panjang yang menghubungkan ke pijakan pada bagian bawah.
Saat pijakan tersebut diinjak, maka kayu yang terhubung ke atas kran akan menekan keran ke bawah dan airpun bisa mengalir.
Sedangkan untuk menutup kran, terdapat per yang disambungkan antarbadan meja kayu dengan batang kayu penekan.
"Sistem ini juga saya aplikasikan pada sabun cair," ujarnya.
Dalam proses sosialisasi pada masyarakat, Desi akan mengunggah foto maupun video padasan tersebut melalui akun instagram.
Alat yang sudah dibuat saat itu juga diserahkan ke balai desa agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/18/174253371/tak-perlu-disentuh-padasan-karya-mahasiswi-uns-pakai-sistem-ini