Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar IPB: 55,5 Persen Keluarga di Indonesia Turun Penghasilan Selama Pandemi

KOMPAS.com - Sebanyak 55,5 persen keluarga di Indonesia mengalami penurunan pendapatan selama pandemi Covid-19.

Hal tersebut diungkapkan Pakar Ekonomi Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), IPB University Dr Istiqlaliyah Muflikhati dalam web seminar “Family Talk Series” yang diadakan oleh Departemen IKK, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB.

“Sebanyak 55.5 persen keluarga di Indonesia mengalami penurunan pendapatan. Hal ini juga mengakibatkan sebanyak 63 persen masyarakat mengalami kekhawatiran akan kondisi perekonomian keluarga yang semakin buruk. Keluarga harus bisa bertahan dengan melakukan coping strategy,” papar Istiqlaliyah Kamis (18/6/2020), seperti dilansir dari laman IPB University.

Keluarga, kata dia, merupakan pertahanan pertama dalam menangani pandemi virus Covid-19. Di sisi lain, keluarga juga menjadi unit sosial pertama yang akan merasakan dampak dari pandemi.

Dampak yang paling dirasakan adalah terjadinya penurunan pendapatan keluarga secara nasional. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan selama masa pandemi.

Sehingga, keluarga perlu segera membuat strategi agar ketahanan ekonomi keluarga tetap terjaga.

Ragam kiat menjaga ekonomi keluarga selama pandemi

Karena itulah, Istiqlaliyah berpendapat, keluarga harus berupaya untuk memecahkan masalah dengan mengubah perilaku, lingkungan serta pengendalian emosi.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh keluarga adalah dengan mengurangi jajan, mengurangi jenis lauk, bahkan bisa dengan mengurangi frekuensi makan.

Di kesempatan yang sama, Dr lilik Noor Yuliati yang juga merupakan Pakar Ekonomi Keluarga dari Departemen IKK IPB University menambahkan, pandemi akan mengubah aspek sumber daya keluarga.

Alokasi waktu di rumah yang lebih banyak, kata dia, dapat menimbulkan masalah bila tidak dikelola dengan baik.

Selain itu, beban ibu rumah tangga juga meningkat, sehingga ibu rawan mengalami stres.

“Solusinya adalah keluarga harus menjadi produsen tidak hanya konsumen. Keluarga bisa menerapkan strategi profesi ganda selama pandemi. Seorang profesional bisa nyambi bisnis pribadi. Tren ini terus meningkat, banyak keluarga yang memulai bisnis online. Ke depannya akan banyak kelas menengah yang akan menekuni peran ganda sebagai profesional dan rumah tangga,” tambah Dr Lilik.

Dr Tin Herawati sebagai Ketua Departemen IKK juga berkesempatan untuk memberikan masukan. Menurutnya, masa pandemi bukan hanya masalah kesehatan tapi juga tantangan bagaimana keluarga Indonesia ini bisa tangguh, bisa bahagia dan bisa bertahan dalam menghadapi pandemi.

“Keluarga harus tetap tangguh karena keluarga institusi pertama dan utama untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dalam roda pembangunan bangsa,” ujarnya.

Tingkatkan pendapatan dengan bisnis keluarga

Seminar online IPB University ini juga dihadiri oleh pasangan muda yang aktif dalam usaha ekonomi keluarga di bidang online Hendra Etri Gunawan dan Evita Junada.

Menurut Hendra, keluarga perlu upaya untuk memperluas pendapatan.

Setiap keluarga, kata dia, harus mempunyai nilai yang akan menjadi acuan dalam mengambil keputusan.

Nilai tersebut adalah hasil kesepakatan dari anggota keluarga, khususnya suami dan istri selama proses pernikahan.

“Penting bagi keluarga untuk memiliki aset digital. Sumber pendapatan keluarga perlu ditambah. Bukan hanya satu, tapi bisa tiga, empat dan seterusnya. Pun kami memulai bisnis keluarga agar pendapatan bertambah. Tentunya dengan mempertimbangkan dengan nilai yang dianut oleh keluarga kami,” ujar Hendra.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/20/192719171/pakar-ipb-555-persen-keluarga-di-indonesia-turun-penghasilan-selama-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke