Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mencari Solusi Pembelajaran Ideal di Masa "New Normal"

KOMPAS.com - Dunia pendidikan akan segera memasuki tahun ajaran baru, di tengah masa pandemi Covid-19 yang belum juga berlalu.

Di tengah tuntutan kurikulum, ada keselamatan peserta didik, guru dan pelaku pendidikan yang harus tetap diutamakan.

Untuk itu, semua pihak perlu duduk berdampingan meski tidak dalam satu ruangan, guna merumuskan solusi pendidikan ideal di era new normal dan mengajak semua elemen berkontribusi dalam memberikan solusi.

Sebagai upaya mencari solusi pembelajaran yang ideal di era new normal, Telset.id dan platform pendidikan Kelas Pintar mengadakan bincang daring "Sistem Pendidikan Ideal di Masa New Normal”, Kamis (25/6/2020).

Terkait dengan 94 persen peserta didik di zona merah, oranye dan kuning yang masih dilarang belajar di sekolah pada tahun ajaran baru, salah satu orangtua murid Febriati Nadia yang hadir dalam bincang tersebut mengatakan, salah satu tantangan belajar dari rumah adalah kedisiplinan.

"Pada saat kondisi work from home dan anak-anak belajar dari rumah, tantangannya adalah bagaimana memastikan anak-anak belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan sekolah," tutur Febri.

Pembelajaran yang cenderung menggunakan gadget, lanjut dia, juga bisa membuat anak terdistraksi untuk bermain game dan lainnya.

Sementara itu, tantangan selanjutnya yang cukup besar ialah bagaimana saat orangtua kembali bekerja dan anak-anak masih belajar di rumah.

"Harapan kita sebagai orangtua ada modul yang seimbang antara online dan offline [belajar di sekolah]. Ada yang missing seperti praktikum, pramuka olahraga, ada soft skill seperti leadership, kreativitas, yang kini sulit didapatkan secara online," imbuhnya.

Terkait dengan segala tantangan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Kepala Seksi Kesiswaan dan Sumber Belajar Dinas Pendidikan DKI Jakarta Momon Sulaeman mengatakan bahwa PJJ adalah pengalaman pertama bagi semua pihak, termasuk Disdik DKI.

"Banyak orangtua, siswa dan guru yang kaget," tuturnya.

"Ada juga yang tidak punya gadget seperti hp apalagi laptop. Ada juga alat namun dibawa orangtua bekerja, sehingga anak harus menunggu orangtua pulang. Dan ada pula yang tidak punya itu semua. Jangan dibayangkan Jakarta semua modern, di pelosok-pelosok kondisinya berbeda."

Untuk itu, kata dia, Disdik DKI telah bekerja sama dengan semua pihak seperti platform pendidikan dan telah memiliki tim untuk menyiapkan konten digital yang akan disalurkan untuk guru-guru.

Konten terebut bisa dimodifikasi oleh para guru guna menyesuaikannya dengan kondisi masing-masing murid di lapangan.

Adaptasi yang bertahap

Untuk tahun ajaran baru, Momon mengatakan akan tetap dimulai pada 13 Juli 2020. Namun, ia belum bisa memprediksikan kapan anak-anak bisa kembali belajar ke sekolah.

Meski begitu, pihaknya telah melakukan beragam asesmen untuk menilai kesiapan sekolah dan guru bila nanti sekolah boleh dibuka kembali.

Sebagai masa transisi bila sekolah mulai dibuka, lanjut dia, bisa dimungkinkan masuk secara bertahap.

"SD misalnya, dari jumlah 32 murid, hanya setengahnya yang masuk. Kami juga berkonsultasi dengan dinas kesehatan dan lembaga yang berwenang dalam pembukaan sekolah bertahap, protokol kesehatan, bahkan skema pembelajaran," imbuh dia.

Walau begitu, Momon mengatakan, pembukaan sekolah perlu izin orangtua. Pihaknya tidak akan memaksakan bila orangtua tidak mengizinkan anak ke sekolah. Bagi orangtua yang belum bisa mengizinkan anak ke sekolah, maka sekolah akan mengirimkan modul pembelajaran.

Terkait kemungkinan ada skema ganjil genap nomor absen untuk anak-anak saat kembali bersekolah, ia mengatakan mungkin saja dilakukan. Namun, tetap harus ada izin orangtua.

"Skema ganjil genap bisa saja dilakukan, namun kami juga memerlukan izin orangtua untuk kehadiran anaknya di sekolah," kata dia.

Untuk itu, ke depannya sekolah akan memberikan form terkait izin orangtua saat sekolah sudah mulai dibuka kembali.

PJJ dan peran guru yang tak tergantikan

Di era new normal, kata Momon, tak menutup kemungkinan PJJ akan terus dilanjutkan dan dikombinasikan dengan belajar tatap muka. Perpaduan itu dikenal dengan istilah blended learning.

Momon mengapresiasi guru-guru yang kini sudah mulai kreatif dalam menyuguhkan konten pembelajaran. Kreativitas tersebut diharapkan bisa menghasilkan konten belajar yang bermutu untuk anak-anak.

Meski begitu, Momon mengatakan, ada pendidikan karakter, pembiasaan baik, praktek, keterampilan, yang mungkin tidak akan ditemukan saat PJJ.

"Kondisi ini memberikan pembelajaran bahwa peran guru tak tergantikan," kata dia.

Kehadiran guru secara fisik dan kontak dengan siswa, lanjut dia, harus tetap ada untuk pembinaan karakter, kedisiplinan. Ada kebiasaan-kebiasaan baik yang tidak bisa dipisahkan dari kehadiran guru.

Kepala Sekolah SMPI AL Azhar 8 Kemang Pratama Kanya Muawanah berpendapat, untuk menyukseskan blended learning perlunya pelatihan di bidang IT untuk para guru.

Selain itu, kata dia, guru juga harus dilatih untuk mampu melakukan Pemetaan Kompetensi Dasar, yakni mana materi yang harus diberikan oleh guru secara langsung maupun online.

"Ini perlu kemampuan dari guru dalam melakukan pemetaan," kata dia.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/25/183000571/mencari-solusi-pembelajaran-ideal-di-masa-new-normal-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke