KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran daring yang dilakukan sejak Maret 2020, salah satunya melalui survei.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam, pada acara temu media Bincang Sore secara virtual (24/6/2020).
“Pada bulan Maret, sebanyak delapan juta mahasiswa dan 300.000 dosen kita secara mendadak bertransformasi ke dalam pembelajaran daring," kata Nizam.
Ia melanjutkan "dari hasil survei tersebut, didapatkan 70 persen menyatakan pembelajaran daring dinilai baik bahkan sangat baik, 30 persen lainnya mengakui masih adanya kelemahan." ucap Nizam
Nizam menambahkan "Kendalanya seperti keterjangkauan dan stabilitas jaringan, kadang-kadang suara hilang di tengah-tengah kuliah atau putus koneksi.” tambah Nizam
Lakukan perbaikan
Berdasarkan catatan tersebut, Kemendikbud segera melakukan perbaikan agar pada pembukaan semester depan, pembelajaran melalui daring dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
“Saat ini kita berikan pelatihan untuk seluruh dosen akademik dan vokasi secara terbuka selama sebulan lebih, dari tanggal 18 Juni sampai akhir Juli." ungkap Nizam
Nizam mengatakan, "Tidak berbayar dan berisi tips dari para pakar dan praktisi dalam penggunaan teknologi pembelajaran daring, tentang pedagogik, perencanaan pembelajarannya, manajemen sistem, hingga cara memanfaatkan berbagai teknologi yang ada serta hemat pulsa.”
Pelatihan yang diberikan kepada peserta setiap sesinya dilakukan secara paralel. Para peserta yang menjalani pelatihan dengan tuntas akan mendapatkan sertifikat.
“Semangatnya adalah kita saling berbagi dan kita perkuat dengan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA). Ini adalah platform pembelajaran digital daring bersama-sama antar perguruan tinggi. Kita perkuat konten-konten, kita dorong perguruan tinggi untuk berbagi,” ucap Nizam optimis.
Kemendikbud juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk mengoptimalkan perluasan dan stabilitas jaringan.
“Menkominfo menugaskan dua dirjennya untuk mendukung. Kita sudah berkoordinasi erat dengan mereka dalam merangkul daerah-daerah 3T ( tertinggal, terluar, terbelakang) yang saat ini blank spot untuk bisa diupayakan terjangkau di semester depan karena mahasiswa saat ini sudah berada di kampung halamannya masing-masing,” ujar Nizam.
Sistem manajemen pembelajaran
Lebih lanjut, Nizam menyebutkan bahwa saat ini sudah banyak wadah pembelajaran yang diproduksi oleh anak negeri sebagai penyedia layanan internet diantaranya platform merah putih seperti You Need Me dan Cloud X.
“Sekarang kapasitasnya juga sudah bisa ditingkatkan jika sebelumnya 40 orang, dalam waktu dekat mereka menjanjikan itu bisa sampai 100 orang," kata Nizam.
"Biasanya paket merah putih itu sudah dipaketkan sehingga lebih hemat dari sisi biaya. Program semacam itu yang sedang kita siapkan dengan teman-teman penyedia internet,” lanjut Nizam.
Nizam juga menerangkan bahwa Kemendikbud telah menyiapkan learning management system (LMS) bagi perguruan tinggi yang belum memiliki platformnya.
“Kita sudah siapkan secara cuma-cuma, ada yang berbasis muddle dan ada yang berbasis google classroom dan itu gratis. Akses ke berbagai laman seperti di SPADA sudah dimasukkan dalam white list, artinya tidak berbayar." ungkap Nizam
Ia melanjutkan "Jadi kalau kita mengakses situs-situs pembelajaran di kampus-kampus yang sudah terdaftar URL-nya itu sudah tidak berbayar sudah di-white list-kan oleh internet provider,” tutur Nizam.
SPADA adalah layanan yang diberikan sebagai media berbagi konten-konten pembelajaran di berbagai bidang.
Perguruan tinggi dan mahasiswa dapat memanfaatkan konten belajar yang telah disediakan secara gratis oleh berbagai instansi pada laman https://spada.kemdikbud.go.id/.
Kemendikbud membuka ruang bagi dosen yang ingin berbagi materi terbuka melalui platform ini.
“Kita sedang memadu pembuatan 1000 materi pembelajaran praktek. Mudah-mudahan dalam waktu dua bulan ini dosen dapat mempersiapkan materi-materi pembelajaranya untuk dipraktekkan di multimedia dan divideokan,” ungkap Nizam.
Tantangan dunia pendidikan
Nizam meyakini pola pembelajaran kreatif dan kolaboratif ini dapat menjawab tantangan dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19.
Nizam mencontohkan model pembelajaran jarak jauh yang tidak harus dilakukan secara daring namun tetap sejalan dengan konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, misalnya menjadi relawan kesehatan seperti yang dilakukan mahasiswa kesehatan.
“Modul yang kita siapkan untuk mitigasi Covid-19 mendapatkan kompetensi tentang epidemologi, tentang screening, tentang komunikasi sosial dan sebagainya sehingga bisa mendapat SKS dari kegiatan tersebut sekaligus mereka memberi manfaat bagi masyarakat dalam upaya mitigasi pandemi ini." kata Nizam
Ia melanjutkan "untuk yang engineering membuat face shield, masker, ventilator, APD,” jelas Nizam.
Contoh lainnya, lanjut Nizam, mahasiswa bisa melakukan riset bersama dosen dan proyek-proyek mandiri. Banyak prestasi dari mahasiswa ternyata tidak berhenti di tengah pandemi Covid-19.
“Ada mahasiswa UGM menang Juara II Tingkat Internasional pembuatan satelit kaleng. Proyek-proyek mandiri di Kampus Merdeka itu di-SKS-kan. Jadi ini bentuk-bentuk pembelajaran kekinian yang sangat kita harapkan. Agar mahasiswa menjadi kreatif inovatif, bisa mewujudkan idenya dan mengikui semangatnya,” tutur Nizam.
Ditambahkan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, Kemendikbud sedang menyusun materi pembelajaran praktek berbasis video dan multimedia yang akan diunggah di SPADA.
Materi-materi tersebut dapat digunakan bersama oleh seluruh dosen untuk mengajarkan mata kuliah yang mereka ampu.
“Untuk industri yang slow down, bisa diganti dengan tugas mandiri yang sifatnya praktek atau proyek mandiri lintas disiplin, ini kami sarankan namun kami tidak atur secara detil. Kembali ke masing-masing perguruan tinggi,” tutup Wikan.
Menyikapi dunia industri yang lesu terdampak pandemi Covid-19, kedua pembicara kompak mengatakan bahwa dalam situasi seperti ini dibutuhkan kreativitas, semangat pantang menyerah, gotong-royong, dan jiwa yang adaptif.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/28/223126971/dirjen-dikti-70-persen-mahasiswa-dan-dosen-nilai-pembelajaran-daring-lebih