KOMPAS.com - Guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan memetakan cetak biru dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia Kawasan Amerika-Eropa (PPIDK Amerop) menggelar Simposium Amerika Eropa (SAE) Istanbul Daring 2020 pada 26 – 28 Juni 2020.
Simposium ini dihadiri lebih dari 70 orang perwakilan mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di kawasan Amerika dan Eropa.
Mengangkat tema “Achieving the Sustainable Development Goals: Contriving The Blueprint to Face Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0" webinar ini dibuka oleh Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal ditayangkan secara live di kanal youtube PPIDK Amerop dan kanal youtube PPI Turki.
SAE Istanbul Daring 2020 dibagi dalam 5 subtema, yakni Ekonomi, Sektor Publik, Agrikultur, Pendidikan dan Seni Budaya.
Sub tema pertama bertemakan Ekonomi dengan judul “Digitalisasi Ekonomi untuk Pembangunan Indonesia” yang disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia Prof. Bambang Brodjonegoro.
Menristek menyampaikan bahwa pentingnya riset di masa sekarang dan ke depannya untuk kemajuan ekonomi negara Indonesia.
“Pentingnya menguasai ICT/ Teknologi Informasi Komunikasi dalam bidang ekonomi karena sudah menjadi tren dunia,” ujar Menristek seperti dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Webinar yang dipandu oleh moderator Mochamad Nur Ramadhani itu juga menyoroti beberapa poin yang menjadi sorotan dari tema Ekonomi.
Salah satunya ekonomi dibangun berbasis inovasi iptek dan berdasarkan konsep triple helix. Lalu, pendidikan menjadi sektor dalam riset yang kemudian hasilnya dikomersialisasi dan pemerintah menjadi fasilitatornya. Termasuk infrastruktur yang mendukung digitalisasi menjadi prioritas.
Dalam sub tema kedua, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Model Statistik BPS Indonesia Setia Pramana Ph.D. dan Komisioner Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Viryan Azis hadir sebagai pembicara.
Webinar kedua ini bertemakan Sektor Publik dengan judul “Implementasi Big Data dalam Pelayanan Publik”.
Setia Pramana menyampaikan bahwa setiap kegiatan di penggunaan Big Data butuh kontribusi dari stakeholders.
“Karena kita bukan hanya menghasilkan data tapi menggunakan data dari stakeholders baik masyarakat, pelaku bisnis, akademisi, pemerintah itu dibutuhkan karena semua tanpa kontribusi dan kolaborasi antara stakeholders ini tidak akan bisa digunakan dengan maksimum,” ujar Setia Pramana.
Viryan Azis dalam paparannya menyatakan bahwa proses pemungutan suara di Indonesia semakin menjadi rujukan dari banyak pihak.
“Beberapa lembaga pegiat pemilu dan demokrasi internasional, bahkan ada salah satu NGO internasional, mengatakan, praktek pemungutan dan penghitungan suara di Indonesia itu salah satu yang terbaik di dunia” kata Viryan.
Di webinar ketiga diangkat tema Agrikultur dengan judul “Peran Digitalisasi dalam Bidang Pertanian, dan Perikanan di Indonesia” yang disampaikan oleh Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria dan CEO Ternaknesia.com Dalu Nuzlul Kirom.
Sedangkan webinar keempat bertemakan Pendidikan dengan judul “Academic Impact on Digital Education” dan disampaikan oleh Rektor Universitas Istanbul Sabahattin zaim Prof. Dr. Mehmet Bulut.
Mehmet Bulut menyebutkan bahwa di tahun 2030 atau 2050 Indonesia dan Turki akan menjadi negara dengan ekonomi yang kuat di dunia, memiliki generasi muda yang berpendidikan yang akan berperan penting dalam pembangunan negara.
Sedang di webinar kelima juga ditayangkan di channel youtube PPIDK Amerop bertemakan Seni dan Budaya dengan judul “Pengaruh Digitalisasi terhadap Seni dan Budaya di Indonesia”.
Webinar di sesi terakhir ini disampaikan oleh Peneliti di USI UNESCO chair. Puspita Ayu Permatasari dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/29/174500271/pelajar-indonesia-di-amerika-eropa-sukses-gelar-simposium-istanbul-daring