Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Belajar Perkuat Kepemimpinan Perempuan Masuk "Society 5.0"

KOMPAS.com - Upaya mewujudkan "Generasi Emas" tahun 2045 Indonesia khususnya bagi perempuan, makin menemukan tantangan seiring dengan merebaknya pandemi global covid-19 dan masuk dalam "Society 5.0".

Persoalan ini mengemuka dalam webinar digelar Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock dan Korps Wanita Indonesia (Kowani) pada 4 Juli 2020 mengangkat tema "Emansipasi Wanita di Era Masyarakat 5.0".

Webinar menghadirkan beberapa pembicara utama, yakni; Giwo Rubianto (Ketua Kowani), Titi Savitri Prihatiningsih (FK Universitas Gadjah Mada) dan Evi Hasnita (Rektor Universitas Fort De Kock).

Isu strategi belajar dan kepemimpinan perempuan menjadi sentral pembahasan guna mendorong peranan perempuan sebagai "Ibu Bangsa" di saat ibu memegang peran utama dalam masa bekerja dan belajar dari rumah.

Peran "Ibu Bangsa" 

Ketua Kowani Giwo Rubianto, peran kepemimpinan perempuan menjadi isu penting selama masa bekerja dan belajar dari mana, di mana ibu memegang beragam pekerjaan (multi tasking) mulai dari sebagai pengasuh, pekerja hingga pendidik.

"Kewajiban utama wanita Indonesia ialah menjadi Ibu Bangsa yang berarti berusaha menumbuhkan generasi baru yang sadar akan kebangsaannya," tegas Giwo.

Oleh karenanya, Giwo mendorong perempuan juga memiliki beberapa kompetensi kepemimpinan.

"Pemimpin (perempuan) harus memiliki setidaknya beberapa kompetensi penting di antaranya; kemampuan komunikasi efektif, keterampilan tim dan kepemimpinan, kompetensi manajerial hingga kemampuan mengembangkan jati diri, karakter dan kepribadian," ujarnya.

Ia menggambar beberapa sosok pemimpin perempuan besar seperti Ibu Teresa yang memiliki kelembutan hati dan juga Margaret Thatcher dengan ketegasan dalam kepemimpinan.

Selain kompetensi kepemimpinan, tambah Giwo, kepemimpinan perempuan juga perlu ditopang 6 karakter penting. Keenam karakter tersebut yakni;kejujuran, tanggung jawab, keadilan, kewarganegaraan, rasa hormat, kepedulian dan kejujuran.

Mencapai tujuan itu, Giwo menyampaikan perlunya penguatan pendidikan holistik sehingga perempuan tidak hanya cerdas secara akademik namun juga memiliki kecerdasan kodrati, tradisi, sosial dan juga profesi.

Titi Savitri Prihatiningsih dari FK UGM menjelaskan Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 ditandai dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI), mahadata (big data), dan jaringan 5G dan segalanya sesuatu masuk dalam aspek kehidupan berbasis internet atau yang disebut IoT.

Lebih jauh Titi menjelaskan strategi belajar menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan Generasi Emas memasuki Masyarakat 5.0.

"Strategi belajar yang penting salah satunya adalah kemampuan self regulation atau kemampuan disiplin, kemampuan mengendalikan emosional," ujar Titi.

Titi melanjutkan, "ada beberapa kompenen di dalamnya; kemampuan mengolah informasi yang masuk, meta kognitif untuk merencanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar, dan motivasi secara internal."

Titi menjelaskan manusia produktif adalah manusia yang proaktif. "Salah satunya adalah manusia yang bertangung jawab pada diri sendiri. Manusia produktif tidak menyalahkan situasi maupun keadaan dan memusatkan pada hal-hal yang dapat diperbaiki," jelasnya.

"Selain itu manusia produktif selalu mengutamakan win-win, kerja sama dan sikap kolaboratif. Tidak hanya memikirkan diri senidiri namun juga melakukan penyelesaian optimal untuk banyak pihak," ujarnya.

Membangun sukses sejak dini 

Dalam kesempatan sama, Evi Hasnita, Rektor Universitas Fort De Kock menjelaskan pentingnya membangun kesuksesan sejak dini.

Evi menyampaikan, "anak muda memiliki pola pikir out of the box dan karakter pantang menyerah." Menurutnya, anak muda juga dapat bekerja lebih fleksibel, memiliki fokus tinggi dan mudah beradaptasi.

Ia menjelaskan memulai belajar bisnis dan kepemimpinan sejak muda dapat memberikan kesempatan untuk membangun jaringan. Tidak hanya, keuntungan lain dapat diperoleh yakni; dapat belajar dari kesalahan, kesempatan lebih banyak menjadi profesional sekaligus dapat menjadi jaminan hari tua.

"Jika seseorang memiliki jiwa entrepreneur, maka ia akan memiliki perilaku kreatif, inovatif dan menyukai perubahan," jelas Evi.

Untuk itu, Evi mengimbau orang muda menguasai beberapa soft skill yang dibutuhkan; keterampilan komunikasi, sikap tanggung jawab, pekerja keras, taat beribadah, berani bekerja keras, mampu berkolaborasi dan memiliki visi jauh ke depan.  

https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/06/221231271/strategi-belajar-perkuat-kepemimpinan-perempuan-masuk-society-50

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke