KOMPAS.com - Era normal baru memaksa pendidikan tinggi lebih tangkas dalam menghadapi gerakan perubahan lewat beragam inovasi, termasuk dalam pembelajaran.
"Pembelajaran online menjadi keniscayaan dan pilihan strategis di masa depan," tegas Rektor Universitas Prof. Ojat Darojat dalam sambutan pembukaan Dies Natalis UT ke-36 yang digelar secara daring, Rabu, 16 Juni 2020.
Prof. Ojat Darojat menambahkan, "hikmah dari covid membuat pembelajaran dalam jaringan ini menjadi lebih masif di segala kalangan, baik di kalangan jenjang pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar.
Hal ini, menurutnya, membuat UT yang merupakan perintis pembelajaran jarak jauh (PJJ) harus terus melakukan inovasi. "Harapan kita semua UT menjadi universitas unggul dalam pendidikan jarak jauh melalui pengalaman selama 35 tahun," ujarmya.
Salah kaprah e-learning
Prof. Mohamad Nasir, Menristekdikti periode 2014-2019, yang hadir sebagai pembicara utama dalam pembukaan Dies Natalis UT menyampaikan salah satu permasalahan dalam pendidikan tinggi saat ini adalah terjadinya salah kaprah dalam memahami konsep e-learning.
"Seolah jika sudah menggunakan macam-macam tools seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Team yang hanya digunakan untuk komunikasi tetapi sudah dianggap menggunakan e-learning. Ini yang terjadi di universitas negeri maupun swasta," ujar Prof. Nasir.
Namun pada pelaksanaanya, lanjut Prof. Nasir, dosen masih terikat waktu, mahasiswa terikat waktu, dan materi pembelajarannya tidak siap.
Selain itu, Prof. Nasir menyampaikan saat ini pendidik masih dihadapkan pada permasalahan memindahkan konten pembelajaran dari offline ke online.
"Apakah memindahkan Power Point saja? Akhirnya mahasiswa tidak mendapat apa-apa, hanya mendapat Power Point saja," ujarnya,
Masalah lain, ungkap Prof. Nasir, muncul dari sebaran infrastruktur IT (informasi teknologi) yang belum merata.
"Ini problem yang harus kita hadapi. Ketika covid-19 terjadi, semua bingung bagaimana menghadapi. Kompleksitasnya menjadi lebih banyak, bagaimana mengintegrasikannya," katanya.
Terkait hal ini, ia mendorong UT yang diamanatkan menjadi univesitas pembelajaran jarak jauh untuk terus melakukan inovasi dan membantu universitas lain yang sedang beradaptasi terhadap perubahan era normal baru pendidikan.
"UT tinggal move on saja, yang lain baru tahap memahami. Masih terjadi ada para dosen yang masih beralih dari metode lama ke metode baru. Padahal covid sudah berjalan 4 bulan," ungkapnya.
Faktor biaya dan sistem belum terintegrasi menjadi permasalahan lain. "Akibatnya, tidak tercapainya learning outcome dan membuat orang frustasi. Bukan hanya dosen, mahasiswa juga. Interaksi hanya terjadi saat video conferance saja," jelasnya,
Akibatnya, mahasiswa merasa tidak mendapat manfaat yang penuh dari pembelajaran yang memadai sehingga ada yang menuntut pengurangan biaya.
Lebih jauh Prof. Nasir juga menyinggung soal Kampus Merdeka yang menurutnya harus diarahkan pada kemandirian kampus, dalam proses pembelajaran dan mahasiswa.
"Pengelolaan dan perlu dikawal dengan baik lewat regulasi. Kalau dibiarkan begitu saja yang terjadi kebigungan," tegasnya.
Integrasi sistem pembelajaran
Prof. Nasir selanjutnya menyampaikan solusi permasalahan dalam optimalisasi e-learning adalah dengan melakukan manajemen sistem pembelajaran terpadu atau integrated learning management system (LMS).
"Semua harus terintegrasi jadi satu. (LMS) yang menyatukan dosen dan mahasiswa dalam satu platfom, tidak lagi menggunakan platform-platform yang berbeda," ujarnya.
Ia menjelaskan, LMS yang benar akan memberikan interaksi baik antar mahasiswa dengan majasiswa maupun mahasiswa dengan dosen, baik secara sinkronus maupun asinkronus.
Dalam pembukaan Dies Natalis UT tersebut, Prof. Nasir mengharapkan UT yang menjadi pelopor PJJ dapat terus melakukan inovasi pembelajaran berbasis teknologi untuk kemudian membagikan "ilmu" tersebut kepada universitas lain yang sedang berproses ke arah ini.
Terkait dies natalis, Prof. Ojat mengungkapkan tantangan UT ke depan adalah mengembangkan manusia berkelanjutan dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
"Proses pendidikan berbasis teknologi ini harus memungkinkan melahirkan lulusan dengan 6 karakter dasar yakni kritis, mandiri, kreatif, gotong royong, kebhinnekaan global dan berakhlak mulia," tutup Prof. Ojat.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/16/093849071/dies-natalis-36-tahun-ut-move-on-lewat-inovasi-pembelajaran-jarak-jauh