KOMPAS.com - Kombinasi tanaman obat sidaguri, seledri dan tempuyung dapat menjadi harapan baru bagi pengobatan antigout atau penurun asam urat secara herbal.
Peneliti sekaligus Dosen IPB University dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Prof. Dyah Iswantini mengatakan, penelitian menemukan formula ekstrak terstandar yang mempunyai khasiat sebagai antigout, yaitu mampu menurunkan kadar asam urat dan antiperadangan.
Tanaman obat sidaguri, seledri dan tempuyung, lanjut dia, dapat digunakan sebagai formula obat herbal penurun asam urat dengan mekanisme inhibisi (pencegahan) terhadap enzim xantin oksidase (XO). Enzim XO merupakan enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi xantin menjadi asam urat.
"Sidaguri merupakan tumbuhan liar yang perlu dibudidayakan dan Seledri merupakan tanaman yang sehari-hari digunakan sebagai sayuran. Sedangkan tempuyung termasuk tanaman yang digunakan sebagai sayur. Jadi semua tanaman penyusun obat herbal antigout atau penurun asam urat ini mudah ditemukan di sekitar kita," ujarnya seperti dikutip dari laman IPB University.
Penemuan ekstrak terstandar antigout sebagai bahan fitofarmaka itu dicapai melalui serangkaian penelitian dari hulu sampai hilir mulai tahun 2003 sampai 2011.
Hasil penelitian ini juga sudah dipatenkan dan saat ini sudah dinyatakan granted dengan nomor ID P 0025311 tahun 2010. Sebagian dari hasil penelitian ini sudah dikomersialkan dengan nama Nuric.
Penemuan formula antigout telah mendapat penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi RI bekerja sama dengan Business Innovation Center (BIC) sebagai salah satu dari 100 Inovasi Paling Prospektif Indonesia pada tahun 2008.
Tidak hanya itu, inovasi tersebut telah memperoleh penghargaan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Pemerintah Indonesia tahun 2009, memperoleh Anugerah IPTEK Widyasilpawijana Duta IPTEK dari Menteri Riset dan Teknologi RI tahun 2011, serta menjadi salah satu “Best Research” dari Ristek Kalbe Science Awards 2012.
"Berdasarkan analisis finansial menunjukkan bahwa produk anti gout ini sangat berpotensi untuk dikomersialkan," katanya.
Prof Dyah menjelaskan, target dari penelitian pada dua tahun ke depan dapat dihasilkan produk obat herbal terstandar penurun asam urat yang telah didaftarkan ke BPOM dan siap dikomersialkan.
Saat ini sedang dilakukan penelitian untuk mencapai target komersialisasi bekerja sama dengan PT BLST dan PT Biolife Indonesia.
Produk komersial penurun asam urat ini diharapkan diminati oleh masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat berkontribusi dalam usaha meningkatkan nilai tambah biodiversitas Indonesia.
Selain itu, dengan membiasakan diri mengonsumsi obat herbal yang berbasis tanaman obat asli Indonesia, lanjut dia, dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia sebagai penghasil obat herbal di dunia.
Termasuk meningkatkan nilai tambah tanaman obat Indonesia menjadi produk yang lebih bermanfaat bagi kesehatan manusia.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/16/135129371/peneliti-ipb-temukan-obat-herbal-penurun-asam-urat