Oleh: Krista Adayu | Guru SDN Gumilir 06, Cilacap, Jawa Tengah
KOMPAS.com - Awalnya saya dan siswa mengalami kesulitan dengan pola belajar baru di masa pandemi. Siswa yang biasa di sekolah belajar didampingi guru, sekarang harus mandiri belajar dari rumah.
“Bu Guru saya kesulitan mempraktikkan percakapan ini. Untuk soal matematika ini saya juga bingung cara mengerjakannya. Haruskah ini dikerjakan sendiri Bu?” demikian beberapa pertanyaan dan keluhan disampaikan Aufa dan teman-temannya di kelas VI.
Masalah tersebut saya sampaikan kepada orangtua untuk mencari solusinya.
Kami membuat kesepakatan dalam mendampingi anak belajar dari rumah. Tidak berarti setiap waktu orangtua harus mendampingi anaknya belajar, tetapi ada kesepakatan kegiatan pendampingan atau pemantauan orangtua saat anak belajar di rumah.
Kesepakatannya yaitu:
Agar orangtua dan siswa bisa berkolaborasi saat belajar dari rumah, saya merancang beberapa kegiatan pembelajaran yang mendorong kolaborasi tersebut bisa terjadi.
Bagaimana bentuknya?
1. Melakukan percobaan di rumah
Kegiatan percobaan dirancang dengan menggunakan alat dan bahan yang ada di rumah. Pada kegiatan ini siswa yang melakukan percobaan, orangtua membantu menyediakan alat dan bahan, serta memvideokan kegiatan dan laporan percobaan siswa.
Misalnya saat melakukan percobaan uji amilum atau kandungan karbohidrat pada bahan bahan makanan di rumah, siswa dan orangtua berdiskusi alat dan bahan yang bisa dipakai. Ada yang menggunakan nasi, kentang, sayuran, sampai buah-buahan yang ada di rumahnya.
Saya membuat vlog untuk membantu siswa dan orangtua memahami kegiatan percobaan yang akan dilakukan. Linknya saya kirimkan melalui WhatsAppp paguyuban kelas. Kemudian anak-anak mempraktikkannya sesuai petunjuk di vlog tersebut.
Orangtua membantu merekam kegiatan dan presentasi laporan percobaan anaknya.
Mereka harus mengetahui harga kebutuhan bahan pokok seperti beras, cabai, bawang merah, lauk, dan lain sebagainya untuk membuat rencana belanja selama dua minggu.
Lewat kegiatan ini, siswa dilatih menerapkan matematika dan ilmu pengetahuan sosial dalam kehidupan. Hubungan dan kerja sama anak dan orangtua juga menjadi semakin kuat.
3. Praktik melakukan percakapan
Kegiatan ini saya buat agar anak dan orangtua berkolaborasi mempraktikkan dialog dalam percakapan menggunakan bahasa Jawa. Sebelumnya anak ditugaskan merancang dialog bersama orangtuanya dalam bahasa Jawa tentang cara mencuci tangan yang benar.
Kemudian percakapan tersebut dipraktikkan bersama. Terlihat dari video yang dihasilkan, anak-anak dan orang tua sangat antusias memerankan percakapan yang mereka buat. Timbul kreativitas yang menarik dari kegiatan tersebut.
4. Menjadi reporter cilik
Anak-anak ditugaskan menyimak berita di televisi tentang covid-19 dan menuliskan kembali menggunakan kata-kata mereka sendiri. Kemudian mereka mempraktikkannya seperti reporter yang ada di televisi.
Beberapa anak merasa malu berbicara di depan kamera. Di sini orang tua memberikan dukungan dan motivasi untuk anaknya. Dan hasilnya banyak muncul reporter-reporter cilik yang ahli berbicara di depan kamera.
5. Membuat puisi untuk orangtua
Biasanya anak-anak membuat puisi di kelas kemudian dibacakan di depan kelas. Kali ini berbeda, mereka membuat puisi di rumah tentang ibu mereka masing-masing. Mereka juga membacakan puisi buatannya di depan ibunya.
Mereka mengungkapkan kehebatan ibunya saat mendampingi dan membantu mereka belajar di rumah. Ternyata puisi buatan anak-anak bisa menunjukkan perasaan terdalam mereka kepada ibunya.
Bahkan ada orangtua yang sampai menangis haru mendengar puisi dari anaknya.
Bila kegiatan pembelajaran di atas diterapkan, semoga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan belajar dari rumah. Apalagi banyak sekolah yang masih harus melakukannya di masa pandemi yang belum selesai.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/17/204756871/5-langkah-kolaborasi-belajar-anak-dan-orangtua-menyenangkan-di-tahun-ajaran