KOMPAS.com - Indonesia masih mengalami masalah stunting serius. Menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2018, sekitar 1 dari 4 anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.
Stunting tidak hanya memengaruhi kesehatan anak dan membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, tetapi juga mengganggu perkembangan mental dan fisik mereka.
Stunting dapat berdampak pada masa depan karena kecerdasan anak dan prestasi sekolah rendah sehingga meningkatkan risiko kemiskinan seiring bertambahnya usia mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 2017, Pemerintah Indonesia meluncurkan "Gerakan Pengurangan Stunting Nasional" yang bersifat multisektoral, menjadikan penanganan stunting selama 1.000 hari pertama kehidupan menjadi prioritas nasional.
Kerjasama ini dipandang penting dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia.
Kolaborasi Tanoto Foundation memberikan grant kepada Alive & Thrive untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah melalui studi “Eksplorasi Praktik Nutrisi Ibu, Bayi, dan Anak (MIYCN) & Pengembangan Anak Usia Dini (ECD) di Indonesia” tahun 2019.
Penelitian tersebut bertujuan menemukan rekomendasi praktis terkait dengan komunikasi untuk perubahan perilaku tentang pemberian makanan bagi bayi dan anak.
Studi tersebut dilaksanakan di enam kabupaten di Indonesia yang berada di Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sumatera Barat, dan Jawa Barat.
Studi ini memberi rekomendasi kepada Pemerintah dalam menyusun strategi komunikasi untuk perubahan sosial dan perilaku terkait menyusui, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), nutrisi ibu dan pengembangan anak usia dini.
Studi ini menggunakan pendekatan immersion/live-in serta untuk memperdalam pemahaman mengenai perilaku dan praktik yang dijalankan masyarakat serta mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi solusi dan menyusun rekomendasi untuk memperbaikinya.
Kolaborasi kurangi stanting
Di sisi lain Alive & Thrive memberikan bantuan teknis kepada pemerintah dalam mengembangkan materi kampanye komunikasi perubahan perilaku (KPP) yang telah menjadi bagian integral dari upaya pemerintah untuk mengurangi stunting.
“Kami sangat senang melanjutkan kolaborasi ini dengan Alive & Thrive sebagai bagian dari kontribusi kami membantu pemerintah Republik Indonesia mencapai target untuk mengurangi angka prevalensi stunting menajdi kurang dari 20 persen di tahun 2024,” ujar Eddy Henry, Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation.
“Melalui studi tentang perilaku gizi ibu, bayi dan anak usia dini, serta praktek pengembangan anak usia dini, kami mendapatkan banyak temuan penting. Temuan ini menjadi dasar untuk membuat solusi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) berbasis masyarakat yang dipakai untuk menangani masalah nutrisi yang dihadapi komunitas tersebut,” tambah Eddy.
Hal senada disampaikan Roger Mathisen, Direktur Program Alive & Thrive Asia Tenggara.
Roger Mathinsen menjelaskan, “Melalui kolaborasi yang kami lakukan dalam studi yang mengembangkan dan menguji solusi berbasis masyarakat, Alive & Thrive dan Tanoto Foundation berupaya mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nutrisi ibu, bayi dan anak serta praktik pengembangan anak usia dini (ECD) melalui penerapan perubahan perilaku."
"Kami berharap studi ini dapat menjadi dasar untuk mengambil langkah yang tepat dalam mengurangi beban akibat stunting, dan memastikan anak-anak Indonesia dapat menjalani hidup yang sehat dan produktif,” tutup Roger
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/18/134558371/kolaborasi-mendukung-strategi-pengurangan-stunting-indonesia