KOMPAS.com - Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, yang jatuh pada 23 Juli, mengangkat tema utama HAN 2020 “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan tagline Anak Indonesia Gembira di Rumah.
Peringatan Hari Anak Nasional 2020 menjadi sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pelaksanaan HAN tahun ini berada dalam kondisi pandemi global covid-19 yang berdampak pada masyarakat, termasuk anak-anak.
Dalam kebijakan physical distancing serta keharusan beraktivitas dan belajar di rumah, hal ini membawa dampak pada berubahnya pola belajar, pola bekerja dan pola hidup keluarga.
Bagi anak, keharusan beraktivitas di rumah menjadikan sangat kurangnya kesempatan mereka untuk bermain, belajar, dan berinteraksi dengan teman atau lingkungan grup sepermainan.
Di sisi lain, anak menjadi tersita waktunya untuk mengakses gawai dan media sosial, yang berpotensi menjadi celah bagi mereka untuk mengalami perundungan di media sosial tersebut.
Soal belajar daring dan stress orangtua
Lisda Sundari, Ketua Lentera Anak, mengungkapkan pihaknya selama masa pandemi banyak menerima informasi yang dihimpun dari masyarakat atau orangtua khususnya terkait kesulitan orangtua memfasilitasi anak belajar secara daring.
Apalagi bagi orangtua yang memiliki beberapa anak di usia sekolah, harus memfasilitasi sarana dan prasarana belajar daring untuk semua anaknya sementara anggaran keluarga sangat terbatas.
“Orangtua yang tidak memiliki kecakapan mengakses gawai dan media sosial cenderung menjadi stress karena kesulitan mendampingi anaknya belajar secara daring," ungkap Lisda.
Menurutnya, kurangnya pemahaman orangtua terhadap model belajar daring bisa menjadikan orangtua tidak peduli dan cenderung membiarkan anak mengakses gawai dan media sosial tanpa bimbingan.
"Kondisi tanpa pengawasan dan bimbingan juga berpotensi menjadikan anak stress belajar, dan dampak negatifnya menjadikan anak akan lebih banyak mengakses media sosial justru untuk tujuan hiburan seperti mencari teman baru, atau mengakses film dan video yang bukan ditujukan bagi anak,” tambahnya.
Ancaman lain, tambah Lisda, muncul dari kondisi stress orangtua yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi covid-19 ini.
"Ada orangtua yang mengalami stress akibat kehilangan pekerjaan atau penghasilan menjadi sangat berkurang karena terkena pemotongan, yang berdampak langsung pada kesejahteraan anak," ungkap Lisa.
Padahal kebijakan belajar di rumah mengharuskan orangtua menyiapkan sarana dan prasarana belajar mulai dari perangkat komputer atau laptop, dan kuota internet yang cukup.
Masalah pelik lainnya dihadapi anak selama beraktivitas di rumah adalah mereka sangat rentan terpapar asap rokok dari anggota keluarga dewasa yang merokok di rumah.
Padahal dampak kesehatan bagi anak-anak yang menjadi perokok pasif sangat besar. Paparan asap rokok yang terus menerus pada anak berpotensi menghambat hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat prevalensi merokok penduduk usia anak 10-18 tahun mencapai 9,1 persen pada 2018 sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar 2018.
Jika tidak ada upaya serius, lanjut Lisa, maka pada 2030 jumlah perokok anak akan mencapai 15,8 juta atau 15,91 persen (Proyeksi Bappenas, 2018).
Lebih jauh ia menyampaikan revalensi perokok elektronik penduduk usia 10-18 tahun mengalami kenaikan pesat, dari 1,2 persen pada 2016 (Sirkesnas 2016) menjadi 10,9 persen pada 2018 (Data Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2018).
Lentera Anak mendorong keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak. Semua anggota keluarga dewasa agar tidak merokok di rumah karena akan menjadi contoh buruk bagi anak untuk merokok.
Menurut Lisda Sundari, semua pihak harus berupaya secara optimal agar anak sebagai kelompok rentan tetap mendapatkan perlindungan selama Pandemi.
“Peringatan HAN di masa pandemi Covid-19 ini harus menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian semua pilar bangsa Indonesia terhadap pemenuhan hak dan perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia.” tutup Lisda.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/23/111042471/hari-anak-nasional-anak-indonesia-gembira-dan-waspada-di-tengah-pandemi