KOMPAS.com - Mengajarkan kemandirian pada anak nyatanya perlu dilakukan sejak usia dini agar sikap mandiri benar-benar tumbuh dalam diri.
Merangkum laman media sosial Sekolah.mu, sikap mandiri sebaiknya mulai diajarkan dan ditanamkan sejak anak berusia 2 hingga 5 tahun.
Pada usia tersebut, sikap anak anak terbentuk menjadi sebuah fondasi yang akan dibawanya hingga dewasa.
Ada sejumlah keuntungan mengajarkan anak sikap mandiri sejak dini, di antaranya:
1. Kebebasan. Anak bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak bergantung pada orang lain.
2. Progresif. Anak berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana dalam mewujudkan harapannya.
3. Inisiatif. Anak mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.
4. Kemantapan diri. Anak mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
5. Terkendali dari dalam diri. Anak mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Cara menumbuhkan sikap mandiri anak
Mengajarkan kemandirian pada anak membutuhkan proses yang tak sebentar. Bagi sebagian orangtua, proses ini bisa menciptakan tantangan.
Pasalnya, proses menumbuhkan sikap mandiri pada anak sejatinya dimulai dari diri orangtua, yakni memberikan anak kepercayaan untuk bisa melakukan aktivitasnya sendiri.
Berikut sejumlah tips untuk menumbuhkan kemandirian pada anak, merangkum Sekolah.mu:
1. Biarkan anak menentukan pilihan
Berikan anak kesempatan untuk melihat dan mengobservasi setiap pilihan yang ada. Dalam hal ini, orangtua menjadi teman diskusi anak dalam menentukan pilihannya.
Dalam diskusi, orangtua tak hanya memberikan pendapat atas setiap pilihan, namun juga membuka pikiran untuk menerima pendapat anak.
Diskusi dua arah akan membantu anak berpikir apa yang benar atau salah, sisi positif dan negatif, mengenal arti konsekuensi, untuk kemudian mengambil keputusan.
2. Alokasikan waktu
Berikan anak kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan aktivitasnya sendiri tanpa didampingi orangtua.
Mulailah dari aktivitas sederhana, seperti makan, memakai baju, merapikan mainan atau kamar tidur dan aktivitas harian lainnya.
Hindari menggunakan standar orang dewasa dalam menilai hasil kerja anak. Hargai usaha anak dan semangati dia sesuai dengan usianya.
3. Selesaikan masalah sendiri
Berikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Berikan ia kesempatan untuk mengenal konsekuensi atas pilihannya.
Temani anak dengan cara mendengar dan menerima perasaan yang sedang ia alami, tanpa menghakimi, tanpa perlu tergesa-gesa memberikannya solusi.
Biarkan anak memutuskan solusi atas masalahnya. Baik atau tidak penyelesaiannya yang ia buat, hal tersebut akan menjadi pengalaman berharga dalam proses belajar mandiri.
4. Hindari memaksa
Orangtua tentu ingin yang terbaik bagi anak. Namun, hindari untuk sering-sering memaksa anak melakukan sesuatu.
Bimbing anak untuk melakukan yang sebaiknya dilakukan, namun berikan ia pilihan kapan akan melakukannya.
Contoh kecilnya adalah makan. Hindari memaksa anak makan saat ia berkata belum merasa lapar. Biarkan ia mengalami konsekuensi logis atas pilihannya, yakni merasakan lapar karena tidak makan.
Saat anak mengenal rasa "butuh", maka ia akan inisiatif melakukannya.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/08/17/140912371/tips-mengajarkan-anak-kemandirian-sejak-dini-dan-manfaatnya