KOMPAS.com - Sampai saat ini, bullying atau perundungan masih marak terjadi. Khususnya di kalangan anak remaja malah sering ditemukan kasus tersebut.
Apalagi dengan hadirnya media sosial, perundungan semakin merajalela. Tak heran jika bullying menyebabkan remaja depresi, mentalnya terganggu hingga berujung tindakan bunuh diri.
Oleh karena itu, sering kali remaja membutuhkan seseorang yang tepat untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah. Terlebih jika mengalami kasus perundungan.
Terkait hal itu, tim pengabdian masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) menggelar pelatihan konselor sebaya melalui aplikasi zoom meeting bersama SMAN 1 Tanggul Jember beberapa hari yang lalu.
Kegiatan itu menghadirkan 25 murid perwakilan kelas dan OSIS SMAN 1 Tanggul. Tujuannya untuk melatih remaja supaya memiliki skill menjadi konselor bagi sebayanya.
Sehingga harapannya membantu pervensi dan kurasi bullying di kalangan remaja. Dalam dunia remaja, konselor sebaya dapat dikatakan efektif untuk membantu remaja lainnya dalam menyelesaikan masalah.
"Kegiatan ini kita desain menyenangkan. Juga mempelajari tentang bagaimana sih menjadi konselor sebaya," ujar Herdina Indrijati, M.Psi., Psikolog., Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi Unair seperti dikutip dari laman Unair, Jumat (4/9/2020).
Menurut Herdina, remaja dapat menjadi pertolongan pertama bagi teman sebayanya. Karena itu, ada 6 poin dasar konseling yang harus diperhatikan remaja:
1. Komunikasi
Dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal, seorang konseli harus bisa memikirkan cara penyampaian yang mudah dimengerti.
2. Mendengar secara efektif
Konselor harus bisa memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan dapat menciptakan atensi. Selain itu, pemahaman perasaan menjadi sangat penting untuk bisa mengidentifikasi perasaan lawan bicara.
"Menatap dengan penuh perhatian dan fokus saat melakukan konseling sangat perlu, untuk menciptakan atensi," tegasnya.
3. Empati
Dalam setiap hubungan antar seseorang, tentu membutuhkan empati. Empati menjadi kunci penting ketika konselor sedang berhubungan dengan konselinya.
"Empati dari konselor akan membuat konseli menjadi punya kawan. Jangan jatuh simpati, tapi empati, merasakan apa yang dia rasakan," ujarnya.
4. Memberi umpan balik
Umpan balik bertujuan untuk memberikan feedback kepada konseli. Ketika memberikan umpan balik, maka seorang konselor harus tau masalah dan informasi yang banyak.
Hal itu bertujuan supaya alternatif solusi yang diberikan positif dan tidak subjektif.
5. Membangun kepercayaan
Sedangkan membangun kepercayaan sebagai konselor juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan. Salah satunya, dengan menjaga rahasia dan kepercayaan dari konseli.
6. Menjaga etika sebagai konselor
Ini juga sama membangun kepercayaan, yakni konselor harus menjaga etika.
"Konseling ini tidak hanya bisa diterapkan untuk kasus perundungan atau bullying, namun juga bisa pada masalah-masalah lain," jelas Herdina.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/08/092208271/cegah-bullying-remaja-ini-6-poin-dasar-konseling-dari-akademisi-unair