KOMPAS.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyadari, perubahan pengajaran di dunia pendidikan dari tradisional menjadi berbasis digital secara mendadak, dapat menimbulkan masalah.
“Pembelajaran online adalah sesuatu yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk beradaptasi,” ucap Nadiem saat merespons Global Education Monitoring Report pada Jumat (11/9/2020).
Lewat akun YouTube resmi Kemendikbud RI, Nadiem yakin bahwa pembelajaran online saat ini belum sebanding dengan tatap muka.
Terkait masalah psikologis, Nadiem mengatakan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) membuat pelajar merasa kesepian karena kurangnya interaktivitas.
Masalah serupa juga ditangkap oleh Vice President dan General Manager Asia Pasifik Zoho Corp Gibu Mathew.
“Guru dan murid di Indonesia sangat mirip dengan rekan-rekan di negara Asia Tenggara lainnya, di mana mereka sama-sama bergantung pada interaksi sosial untuk memaksimalkan manfaat pembelajaran akademik,” ungkap Gibu pada Jumat (11/9/2020).
Gibu mendapati, sektor pendidikan belum sepenuhnya melakukan digitalisasi sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Maka dari itu, perlu adanya sistem yang bisa membantu pemeran pendidikan mengejar ketinggalannya perihal menggunakan teknologi.
Alternatif solusi atas masalah
Sebagai alternatif atas masalah interaksi selama PJJ, Gibu menawarkan penggunaan aplikasi software atau perangkat lunak bernama Zoho Connect.
“Mulai dari pendistribusian tugas, diskusi, dan pengumuman secara privat atau di kanal sekolah, bahkan dapat secara langsung membuka pertemuan online dari forum diskusi,” jelas Gibu.
Dengan menggunakan Zoho, murid pun dapat menonton kembali kelas virtualnya sehingga membantu pelajar mencerna kembali informasi tersebut.
Guna agar meningkatkan metode belajar, Zoho memiliki teknologi yang membantu meningkatkan interaktivitas antara guru dan murid.
“Mereka dapat membuat polling, live quiz, membuat presentasi dengan animasi, kemungkinannya tidak terbatas saat kita menggunakan teknologi untuk meningkatkan metode mengajar,” kata Gibu.
Untuk membangun interaksi antara sekolah, orangtua, dan calon murid, Zoho juga merancang otomatisasi teknologi agar mengoptimalkan website sekolah dalam menjawab pertanyaan orangtua bersama calon murid.
“Bahkan saat staf frontdesk sedang cuti, otomasi sangat membantu agar dokumen pendukung diberikan segera ketika orangtua memasukkan kata kunci atau memasukkan request,” tulis Gibu kepada Kompas.com.
Zoho sendiri merupakan perusahaan perangkat lunak global dari Chennai, India yang berdiri sejak 1996 dan sudah mempunyai lebih dari 50 juta pengguna di seluruh dunia.
Pada akhirnya, Gibu mengakui sistem pendidikan tidak akan kembali seperti sebelumnya karena komponen pendidikan sudah memahami kenyaman dari teknologi.
“Ini (PJJ) juga memberikan manfaat dari meningkatnya ruang kelas yang kreatif dan inovatif di masa mendatang, pendidikan dapat digunakan untuk melatih dan melengkapi anak-anak dengan keterampilan sosial yang lebih baik jika dikelola dengan cermat,” pungkas Gibu untuk kondisi pendidikan di Indonesia.
Demi membantu berbagai industri atau perusahaan di dunia selama pandemi Covid-19, Zoho juga memberikan beberapa aplikasi secara gratis hingga akhir 2020.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/15/103330471/alternatif-solusi-masalah-kesenjangan-teknologi-dan-dunia-pendidikan