Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Sulit Belajar Online, Ini Dampak Bila Orangtua Gunakan Kekerasan

KOMPAS.com - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kerap menghadirkan sejumlah tantangan, terlebih bagi orangtua yang kini menjadi pendamping utama anak belajar dari rumah.

Kesulitan mengendalikan emosi mengajari anak belajar, bisa menjadi salah satu masalah yang dihadapi orangtua.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak berusia 8 tahun ketika mengalami kesulitan belajar jarak jauh secara daring (online).

Menurut keterangan KPAI, anak mendapatkan beberapa pukulan, di antaranya menggunakan gagang sapu, saat belajar online hingga meninggal dunia.

Pengaruhi semangat belajar hingga psikis

Kekerasan saat mendampingi anak belajar, baik itu secara verbal maupun fisik, tak hanya bisa membuat anak kehilangan semangat untuk belajar. 

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak dapat memengaruhi perkembangan regulasi emosi dan perilaku buruk anak di kemudian hari.

Seperti anak kehilangan kemampuan untuk menenangkan dirinya, menghindari kejadian-kejadian provokatif dan stimulus yang memicu perasaan sedih dan marah, dan menahan diri dari sikap kasar yang didorong oleh emosi yang tidak terkendali.

Sikap kasar dan ketidakmampuan mengendalikan emosi yang ditunjukkan oleh orangtua, jelas Retno, berpindah kepada anak melalui interaksi.

"Hal ini terjadi karena anak cenderung mengimitasi sikap orangtua yang mereka lihat. Orang dewasa yang pernah mengalami hukuman fisik berupa kekerasan ketika masih anak-anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan kekerasan terhadap pasangan atau anaknya sendiri, dan atau melakukan tindakan kriminal," paparnya.

Retno tak menampik bahwa orang dewasa yang telah menderita perlakuan buruk atau pelecehan di masa kecil cenderung akan melakukan kekerasan tersebut pada anak-anak mereka sendiri.

Masalah keuangan juga dengan mudah dapat membuat orangtua merasa bahwa anak-anak mereka membebani mereka.

"Hal-hal ini menciptakan ketegangan, kemarahan, dan frustrasi. Dalam fase ini, orangtua rentan untuk menyalahgunakan anak-anak mereka," imbuhnya.

Kesabaran orangtua dan guru penting selama PJJ

Retno mengatakan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) memang membutuhkan bimbingan dan bantuan orangtua di rumah, sehingga menjadi tugas ayah dan ibu untuk mendampingi anak belajar.

Kesabaran orangtua, jelas dia, menjadi modal utama agar anak tetap semangat belajar dan senang belajar.

"Yang utama adalah keteraturan belajar, tidak harus dituntut bisa semua mata pelajaran dan tugas untuk diselesaikan dengan benar atau sempurna," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (15/9/2020).

Saat anak tidak bisa mengerjakan tugas dan orangtua selalu membentak apalagi memukul, anak justru akan mengalami kesulitan memahami pelajaran.

KPAI juga mengingatkan para orangtua dan para guru untuk selalu membangun komunikasi yang baik selama PJJ.

Peran guru yang digantikan orangtua haruslah dilakukan dengan memperhatikan tumbuh kembang dan kemampuan anak.

"Guru juga jangan memberikan penugasan yang terlalu berat, apalagi pada anak SD kelas 1 – 3 yang mungkin saja baru belajar membaca dan belajar memahami bacaan," sarannya.

Retno juga mengimbau agar orangtua dan guru perlu memahami kondisi dan kesulitan yang dihadapi anak, karena setiap anak tidak sama.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/16/091854471/anak-sulit-belajar-online-ini-dampak-bila-orangtua-gunakan-kekerasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke