Oleh: Titien Suprihatien | Guru SMP Negeri 11 Batanghari, Jambi
KOMPAS.com - Setelah guru tiada baru terasa. Kini banyak orangtua menyadari, bahwa mendidik anak tidak mudah. Enam bulan sudah berlalu, pembelajaran jarak jauh berjalan penuh lika-liku.
Banyak cerita, banyak suka duka, banyak tetes air mata, dan banyak pengaduan.
Setidaknya ada lebih dari 246 pengaduan soal pembelajaran daring hingga Agustus 2020, berdasar survei di 35 provinsi. Begitu yang disampaikan komisioner komisi perlindungan anak, Retno Listiyarti. Salah satu keluhan dari orangtua adalah banyaknya tugas yang harus dikerjakan siswa.
Tugas anak tidak beres, orangtua stres
Belajar dari rumah membuat orangtua berasa kembali menjadi siswa. Mereka harus mendampingi anak-anak belajar di rumah.
Tugas-tugas dari semua mata pelajaran, target waktu mengumpulkan, atau komentar dari para guru membuat orangtua terkadang menjadi stres dan galau dalam mendampingi anaknya.
Sebagian orangtua ingin anaknya menuntaskan tugas lebih awal. Kemudian mengirimkan tugas tersebut, mendapatkan nilai, pujian, dan komentar dari guru serta sesama orangtua.
Adalah suatu prestasi dan sudah menjadi gengsi sosial di masa pandemi ini, ketika orangtua memposting kegiatan belajar dan hasil belajar anaknya di rumah di media sosial. Hal ini kadang membuat orangtua melakukan pemaksaan kepada anaknya.
Anak tetaplah anak, kapasitas alaminya tidak lepas dari bermain dan bergembira. Kenyataan ini terkadang sulit untuk dimaklumi oleh orangtua. Banyak terdengar suara ibu yang menjerit, marah dan membentak anaknya karena tidak mau belajar.
Bahkan ada juga orangtua yang tanpa sadar menyakiti anaknya secara fisik karena bisa mengerjakan tugas dengan benar. Kekerasan tidak seharusnya terjadi. Apalagi dalam mendidik anak sendiri.
Kekerasan fisik dan mental akan merusak jiwa raga anak. Hatinya terluka dan akan tetap menggores hingga mereka dewasa.
Kerja sama guru dan orangtua
Pembelajaran jarak jauh tidak akan berhasil jika dilakukan sendiri-sendiri. Guru dan orangtua harus satu rasa dan satu karsa dalam menyukseskan kegiatan belajar dari rumah. Bekerja sama sesuai dengan peran masing-masing.
Peran guru
Pastikan pembelajaran jarak jauh disajikan guru secara mudah, bermanfaat, kontekstual dan menyenangkan. Guru harus merenovasi materi pembelajaran agar menjadi lebih menawan.
Merehab materi sulit menjadi mudah, menyulap tugas-tugas pelik menjadi tugas asyik. Guru harus memberikan waktu yang luas bagi siswa untuk memaknai materi pelajaran secara mandiri. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berkarya.
Guru harus menyadari bahwa mereka bukanlah debt collector tugas. Hindari menagih tugas secara berulang dan diketahui publik. Apalagi kepada orangtua siswa.
Guru harus belajar merangkai kata-kata indah dalam berkomunikasi. Agar menghasikan energi edukasi yang mampu membangun kerja sama dengan siswa dan orangtua.
Peran orangtua
Orangtua adalah pemeran pengganti guru. Orangtua yang bertugas membimbing dan mendampingi anak-anaknya dengan sepenuh hati.
Di sinilah kesabaran orangtua diuji, dalam mendidik anak sendiri. Butuh hati yang tenang, jiwa yang lapang dan kesabaran tingkat tinggi.
Orangtua harus memberikan perhatian khusus kepada anaknya. Meyakinkan anak bahwa mereka bisa belajar dari rumah. Orangtua tidak boleh memberikan target berat.
Yang harus diberikan adalah motivasi kepada mereka bahwa dengan belajar dan berdiskusi bersama, maka semua tugas akan bias diselesaikan dengan mudah.
Tentu tidak mudah memerankan fungsi ganda. Menjadi guru sekaligus orangtua. Apalagi di situasi pandemi. Hanya ada satu kata kunci yaitu sabar, agar orangtua tidak stres dan tidak terkena darah tinggi.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/23/152222571/baru-tahu-rasanya-jadi-guru