KOMPAS.com - Anak usia dini harus mendapatkan nutrisi yang baik dan berimbang. Hingga nantinya bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat dan proporsional.
Namun jika tak tumbuh dengan baik, maka anak itu masuk dalam kegagalan pertumbuhan. Ini merupakan bentuk manifestasi kekurangan nutrisi.
Menurut Dr. Roedi Irawan, dr.,M.Kes.,Sp.A (K), dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) kekurangan nutrisi kronis atau terus menerus dalam jangka lama disebut stunting.
Stunting menandakan proses kekurangan nutrisi kumulatif dan kronis yang dimulai dari masa kehamilan (konsepsi) hingga usia dua tahun, periode khusus ketika perkembangan otak anak berlangsung secara intensif dan cepat.
"Stunting memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang terhadap perkembangan otak anak," ujar dr Roedi seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (26/9/2020).
Stunting didefinisikan sebagai panjang/tinggi badan yang rendah untuk anak sesuai usia rujukannya, menunjukkan pertumbuhan linier yang buruk.
WHO sendiri mendefinisikan stunting ketika Z-score tinggi/panjang badan anak < –2 standar tinggi badan normal pada usia tertentu.
Dijelaskan, orang tua sering abai dengan beranggapan bahwa pendek adalah hal yang biasa, selama anak sehat dan menjadikan faktor genetik sebagai penyebab pendek anak.
Dampak stunting
Dampak stunting tidak hanya pada manifestasi tinggi badan saja. Otak menjadi "korban pertama" kondisi malnutrisi yang terjadi secara kronis ini, sehingga sangat mempengaruhi kognitif anak.
Malnutrisi sendiri memiliki konsekuensi negatif dalam hal infeksi dan disabilitas, perkembangan otak, pencapaian pendidikan dan potensi pendapatan individu dan komunitas.
Nutrisi yang kuat merupakan faktor inklusif dalam pertumbuhan dan perkembangan normal. Defisiensi nutrisi merusak perkembangan neural anak dengan sangat serius, sehingga menurunkan IQ dan proses belajar.
Kualitas nutrisi yang rendah sangat merusak perkembangan kognitif seperti proses belajar, pemecahan masalah (problem solving) dan daya ingat.
"Malnutrisi di awal kehidupan mempengaruhi daya lihat, kemampuan motorik, kemampuan bahasa dan sosial serta sangat berpengaruh pada usia dewasa seseorang," terangnya.
Stunting berpengaruh banyak hal
Dalam segi akademik dan pendidikan, stunting mempengaruhi:
Keterlambatan dalam sekolah
Stunting yang terjadi selama masa kehamilan dan selama usia dua tahun berhubungan dengan keterlambatan anak dalam memasuki usia sekolah.
Anak stunting sangat sensitif terhadap penyakit dan infeksi, sehingga sering tidak masuk sekolah dan tertinggal pelajaran.
Rendahnya performa akademik
Stunting berhubungan dengan rendahnya perkembangan kognitif anak, sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam menerima pelajaran dari segi kemapuan literasi.
Anak stunting dengan kerusakan performa belajar mengalami kesulitan menyelesaikan pendidikannya. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan individu dan potensi produktivitas nasional.
Masalah perilaku
Kekurangan nutrisi mempengaruhi perilaku anak-anak SD. Ketika anak tidak sarapan, maka mempengaruhi perilaku dan performa akademis. Anak-anak yang kelaparan memiliki kesulitan dalam hal belajar.
"Untuk itulah penting bagi semua pihak terkait baik dokter, perawat, ahli gizi dan orang tua mencegah kejadian stunting agar tercipta generasi muda yang brilian, cerdas dan semangat sehingga mampu memajukan bangsa dan negara," harapnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/26/201834971/akademisi-unair-ini-dampak-stunting-bagi-perkembangan-anak