Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Singapura Lewati Gelombang 2 Covid Klaster Sekolah dan Universitas

Oleh: Lydia Helena Wong dan Andrivo Rusydi*

KOMPAS.com - Perhari ini, 25 September 2020, jumlah penyebaran Covid-19 di Singapura adalah sebanyak 57.665 kasus, dengan 57.333 sembuh dan 27 kematian, di mana tidak ada penambahan kematian semenjak 16 Juli.

Dengan demikian Singapura menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian Covid-19 terendah di dunia (0.05 persen).

Semenjak 21 September 2020, jumlah kasus perhari di bawah 20 orang dengan jumlah total tes Covid-19 mencapai di atas dua juta.

Dalam tulisan ini kami ingin berbagi kiat-kiat dilakukan pemerintah dan warga Singapura dalam menanggulangi wabah Covid-19 dengan menerapkan the new normal setelah melewati beberapa fase 1, 2, dan 3.

Gelombang pertama

Gelombang pertama Covid 19 di Singapura tercatat mulai melanda di bulan Februari 2020 dan peningkatan pasien di bulan Maret didominasi oleh kasus pendatang yang kebanyakan adalah mereka yang kembali dari negara2 di Eropa dan Amerika.

Mereka yang baru dari bepergian ke luar negeri harus menjalani karantina selama 14 hari untuk mencegah penularan ke masyarakat.

Namun pada akhir Maret, kasus lokal Covid-19 yang tidak ada hubungan dengan kasus impor ataupun kasus Covid yang lain mulai meningkat. Pada tanggal 7 April, pemerintah Singapura mulai memasuki masa “Circuit Breaker”selama 4 minggu.

Selama masa Circuit Breaker ini, semua sekolah, kegiatan bisnis yang tidak esensial diharuskan tutup.

Semua karyawan harus bekerja dari rumah dan proses belajar-mengajar baik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi di lakukan secara online dari rumah masing-masing.

Sejak pertengahan April, gelombang kedua COVID di Singapura mendadak meningkat karena adanya outbreak di asrama pekerja asing yang biasanya berasal dari India, Bangladesh, Srilanka dan China.

Karena itu, masa Circuit Breaker diperpanjang selama 4 minggu sampai tanggal 1 Juni 2020.

Era "Normal Baru" Singapura

Program Circuit Breaker yang dijalankan oleh pemerintah dan warga Singapura berdampak positif dan efektif.

Pada tanggal 1 Juni 2020, kurva pasien baru covid-19 menurun dan dalam seminggu terakhir, kasus2 penularan di luar asrama pekerja menurun drastis menjadi kurang dari 5 orang per hari.

Karena kasus penyebaran bisa ditekan dan angkanya konstan kurang dari 5-10 orang per hari, pada tanggal 2 Juni 2020, dimulailah masa “New Normal” fasa 1 di Singapura. Fase 2 dan 3, di mana lebih banyak bisnis dan kegiatan akan dibuka, akan diterapkan jika laju infeksi Covid di fasa 1 berhasil diperlambat.

Adapun peraturan2 dalam fase-1 dan 2 kami rangkum sebagai berikut:

Klaster sekolah

Pada bulan Juni di awal fase 1, semua pelajar masuk secara bertahap dan bergantian sehingga jumlah orang di sekolah tetap bisa dibatasi untuk menerapkan safe distancing (menjaga jarak minimal 1.5 – 2 meter).

Contohnya, anak SD masuk secara bergantian, di mana anak kelas 4-6 masuk pada minggu ke 1 dan 3, sementara anak kelas 1-3 masuk pada minggu ke 2 dan 4.

Selebihnya pelajar yang sedang tidak giliran masuk ke sekolah akan belajar di rumah dengan belajar online dan kombinasi dengan live session bersama guru melalu aplikasi video conferencing seperti Zoom, Google Meet, dan lainnya.

Saat mereka masuk sekolah, anak-anak diharuskan menerapkan praktik-praktik kebersihan dan safe distancing yang dirangkum dalam gambar berikut ini.

Pada bulan Juli saat fase 2 dimulai, sekolah berjalan seperti biasa, tetapi tidak ada acara sekolah seperti upacara, pesta atau perayaan hari besar.

Dengan disiplin kebersihan dan penggunaan masker, sampai saat ini tidak ada klaster covid-19 di sekolah.

Klaster universitas

Bagi kampus yang sedang masa belajar, semua kuliah dilakukan secara online dan hanya praktikum atau kerja praktek yang harus dilakukan di laboratorium dapat dilakukan di kampus.

Pada fase 1, jumlah kelas tatap muka dibatasi maksimum 30 orang per kelas dengan menerapkan physical distancing sekitar 1 meter, sehingga dibutuhkan ruang kuliah yang lebih besar dari biasa.

Pada fase 2, jumlah siswa kelas tatap muka dibatasi maksimum 50 orang per kelas. Praktik ini akan dilanjutkan paling tidak sampai akhir tahun 2020.

Peran teknologi digital

Adapun salah satu kunci dari keberhasilan strategi pemerintah Singapura dalam menekan laju infeksi covid-19 dan membuka kegiatan ekonomi kembali banyak bergantung pada kerjasama pemerintah dan kesadaran individu warga dan, tidak kalah pentingnya, peran kemajuan teknologi digital di Singapura.

1. Safe Entry: Sejak Mei 2020, semua supermarket, mall dan pasar tradisional dilengkapi dengan fasilitas Safe Entry barcode di mana semua pengunjung diwajibkan untuk memasukan data secara digital sebelum masuk.

Data pengunjung ini akan sangat berguna saat diperlukan untuk contact tracing seandainya ada pengunjung yang terjangkit Covid-19.

2. Trace Together: semua penduduk dianjurkan untuk menyalakan aplikasi Trace Together yang bisa mencatat posisi pengguna telepon genggam saat ada di luar rumah.

3. Wearable Tracking Device: saat ini pemerintah sedang mendesain wearable tracking device yang bisa digunakan oleh orang yang tidak memiliki handphone seperti anak kecil dan manula. Alat ini akan dibagikan secara bertahap dalam 1-2 bulan ke depan.

4. Situs online learning: situs online learning untuk semua jenjang pendidikan sudah berjalan lancar karena sudah tersedia paling tidak 10 tahun yang lalu.

Di sekolah dasar, situs SLS (Student Learning Space) yang dimiliki oleh Kementrian Pendidikan sudah sering digunakan oleh siswa dan guru. Berkaca dari pengalaman semasa SARS, Kementrian Pendidikan Singapura telah menekankan pentingnya akses untuk belajar online.

Sebelum Covid-19, paling tidak ada 5 hari dalam setahun di mana siswa diwajibkan untuk belajar dari rumah dan menggunakan SLS sehingga siswa sangat terbiasa dengan situs ini.

Di Universitas, online platform rutin digunakan untuk diseminasi bahan mata kuliah maupun rekaman video kuliah. Lebih dari 70 persen mata kuliah di NTU and NUS sudah punya konten online sebelum COVID sehingga lebih mudah untuk digunakan saat dibutuhkan.

Rangkuman

Dalam waktu 4 bulan sejak keluar dari Circuit Breaker (lockdown), Singapura berhasil menurunkan jumlah positif Covid dari rata-rata 2000/hari menjadi 20/hari.

Sebagian besar dari kasus positif ini adalah pekerja di asrama pekerja, sementara kasus di komunitas berkisar antara 1-3 orang per hari dalam.

Tanggung jawab dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah dalam menerapkan safe distancing dan kebiasaan hidup higienis di setiap sektor menjadi kunci keberhasilan Singapura mengalahkan Covid-19.

Artikel ini merupakan rangkaian kurasi tulisan ilmuwan diaspora Indonesia yang tergabung dalam I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dan dikumpulkan oleh Dr. Sastia Prama Putri, Sekjen I-4.

Seri tulisan " New Normal" dari berbagai perspektif ilmuwan diaspora beberapa negara ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat memasuki masa "kenormalan baru" di Indonesia.

*Lydia H.Wong adalah Associate Professor di Departemen Materials Science, Nanyang Technological University (NTU)

*Andrivo Rusydi adalah adalah pengajar dan peneliti di National University of Singapore (NUS), Guest Professor di Center For Free Electron Laser, University of Hamburg (Jerman).

https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/01/154840071/cara-singapura-lewati-gelombang-2-covid-klaster-sekolah-dan-universitas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke