KOMPAS.com – Setiap tahunnya, dunia memeringati Hari Guru Sedunia atau World Teacher's Day (WTD) setiap 5 Oktober. Dalam peringatan ini, pelajar maupun orangtua bisa mengungkapkan rasa terima kasih kepada pengajarnya.
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) memeringati WTD dengan tema Guru: Memimpin dalam krisis, membayangkan kembali masa depan.
Dalam situs resmi UNESCO, mereka menuliskan bahwa guru merupakan ‘jantung’ dari upaya untuk mencapai target pendidikan global tanpa meninggalkan siapa pun.
Hal tersebut sejalan dengan target dari rencana aksi global yang disepakati pemimpin dunia, termasuk Indonesia, untuk mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan bernama Sustainable Development Goals (SDGs).
Terutama dalam SGDs ke-4, yaitu mencapai pendidikan yang bermutu. Tujuannya agar memastikan terbentuknya pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua orang.
Tentunya, guru mengalami tambahan tantangan dalam sistem pendidikan semasa pandemi Covid-19.
Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk memberi ucapan terima kasih kepada mereka karena hal tersebut ternyata bermanfaat bagi kesehatan mental.
Manfaat berterima kasih
Berdasarkan penelitian dari Psychological Science bertajuk “Undervaluing Gratitude: Expressers Misunderstand the Consequences of Showing Appreciation”, beberapa orang masih meremehkan kekuatan dari mengucapkan rasa syukur atau terima kasih.
Mereka melihat betapa canggungnya keadaan tersebut sehingga mereka tidak melakukan praktik sederhana yang ternyata bisa meningkatkan kesehatan mental.
“Mengucapkan terima kasih dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang, dan itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain, bahkan lebih dari yang kita antisipasi, sebenarnya,” kata Amit Kumar selaku penulis dalam studi ini sekaligus asisten profesor pemasaran di Universitas Texas.
Maka dari itu, Amir memberikan pendapatnya bahwa tindakan mengungkapkan rasa terima kasih harus lebih sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari bila kedua belah pihak mendapatkan manfaat tersebut.
Dalam penelitiannya, Amir menemukan bahwa penerima surat ungkapan terima kasih melihat hal tersebut sebagai ekspresi seseorang yang tulus, hangat, dan ramah (reaksi positif).
Hal ini menunjukkan bahwa penulis seringkali salah menilai bagaimana surat mereka saat diterima oleh penerima. Mereka melebih-lebihkan rasa canggung dan meremehkan suasana hati penerima yang menerimanya.
Padahal penelitian juga menunjukkan bahwa dalam proses menulis rasa terima kasih kepada orang lain membuat mereka memiliki semangat yang lebih positif.
Toepfer, Cichy, dan Peters (2011) memperkuat hasil dari penelitian Amir karena mereka menemukan bahwa level kebahagiaan dan kepuasan hidup orang yang memberikan pesan terima kasih jadi meningkat hingga berminggu-minggu kemudian.
Pasalnya, mengucapkan terima kasih mengakibatkan efek jangka panjang dalam bentuk umpan balik positif di lingkungan sosial.
Walaupun saat ini hanya bisa mengucapkan terima kasih lewat pesan singkat atau secara virtual, tetapi efeknya tidak berbeda dengan tindankan tatap muka.
Amir pun menyampaikan, orang tidak boleh membiarkan kesadaran dirinya untuk menghalangi ucapan terima kasih secara tulis. Orang hanya membutuhkan beberapa menit untuk menulisnya.
“Pesan yang lebih luas adalah bahwa orang harus mengungkapkan rasa terima kasih lebih sering dan bagaimana cara Anda melakukannya mungkin tidak terlalu menjadi masalah,” tutup Amir.
Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi DKI Jakarta melalui akun Instagramnya pun mengucapkan terima kasih kepada guru dalam rangka WTD.
“Terimakasih Bapak Ibu Guru yang telah berbagi ilmu yang tak terhingga bagi penerus bangsa,” tulis Disdik pada Senin (5/10/2020).
Selamat Hari Guru Sedunia!
https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/05/121640371/hari-guru-sedunia-ini-manfaat-ucapkan-terima-kasih-untuk-guru