KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikud) kini tengah menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian penumbuhan budi pekerti sekaligus menyiapkan generasi penerus yang mampu bersinergi dengan kebutuhan masa depan.
Fokus utama GLN meliputi literasi dasar yang terdiri atas enam aspek, yakni literasi baca-tulis, numerasi, sains, finansial, digital, serta budaya dan kewargaan.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Samto mengatakan, literasi menjadi salah satu keterampilan yang paling dibutuhkan pada abad ke-21.
Namun, kata dia, literasi bukan sekadar baca tulis, melainkan terkait dengan rangkaian panjang sehingga anak tidak sekadar bisa membaca teks, tetapi juga mampu memahami konteks.
"Hal ini harus dimulai sejak dini untuk mendukung hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencanangkan serangkaian program, seperti Gerakan Literasi Nasional, asesmen kompetensi minimum siswa untuk literasi dan numerasi, dan banyak lainnya," paparnya dalam webinar KompasTalks bersama Prudential Indonesia tentang “Literasi Anak Jadi Awal Kesejahteraan Indonesia”, Rabu (6/10/2020).
Butuh gotong-royong banyak pihak
Banyaknya keterampilan literasi yang harus diasah, ditambah dengan tersebarnya anak-anak Indonesia di banyak wilayah, tentu pemerintah tak bisa bekerja sendiri.
Kesuksesan penguatan literasi dinilai bisa terwujud melalui kerja sama banyak pihak. Seperti inisiatif Prudential Indonesia melalui rangkaian program penguatan literasi anak.
"Kami terus menguatkan literasi anak sejak dini melalui dua program besar, yaitu program dukungan pendidikan yang berkolaborasi dengan Unicef, serta program Cha-Ching bersama PJI. Keduanya juga merupakan bagian dari upaya kami membantu generasi penerus mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya kelak," papar Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia.
Sejak Agustus 2020, Prudential Indonesia berkolaborasi dengan Unicef dalam mendukung Kemendikbud dalam melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan anak-anak dan orangtua di berbagai wilayah Nusantara dapat menjalankan proses belajar mengajar secara aman, sehat, dan nyaman.
Di antaranya melalui online learning, home learning untuk anak di wilayah Indonesia Timur, serta pengembangan kapasitas untuk para pengajar agar mampu beradaptasi pada era new normal ini.
Hingga Januari 2021, program ini ditargetkan untuk menjangkau 69.000 siswa dan 3.750 guru dari berbagai wilayah di Indonesia.
Literasi keuangan, bekal menuju sukses finansial
Di samping literasi baca-tulis, literasi finansial atau keuangan menjadi salah satu yang tak boleh terlupakan.
Pasalnya, literasi keuangan bukan sekadar bagaimana cara menggunakan uang, melainkan mengajarkan anak kemampuan mengelola keuangan sehingga bisa memberi manfaat bagi diri dan orang lain.
Untuk meningkatkan literasi keuangan anak usia 7-12 tahun, Prudential Indonesia bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI) melaksanakan program Cha-Ching sejak 2012.
Program Cha-Ching mengajarkan pemahaman atas empat aspek utama pengelolaan keuangan melalui modul pembelajaran menarik, yaitu peroleh (earn), simpan (save), belanjakan (spend) dan sumbangkan (donate).
Hingga September 2020, program Cha-Ching telah diimplementasikan di 2.665 sekolah di Sidoarjo, Trenggalek, Blitar, Jakarta, dan menjangkau 4.820 guru dan 146.897 siswa Sekolah Dasar.
“Pengetahuan yang kami ajarkan melalui program Cha-Ching bukan sekadar mengenal nilai dan konsep uang, tetapi juga terkait pengelolaannya secara lebih menyeluruh. Sebagai contoh, kami mengajarkan anak menyadari hal-hal yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan," jelas Nini Sumohandoyo, Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia.
Prudential Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat akan terus memperluas jangkauan program Cha-Ching untuk mencapai target 1 juta penerima manfaat (siswa dan guru) pada 2024.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/07/104418571/menuju-sukses-masa-depan-kuatkan-literasi-anak-sejak-dini