Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siswa, Ini Peluang Karier dan Gaji “Coder” di Masa Depan

KOMPAS.com – Pendiri Mari Kita Coding (Markoding) Amanda Simandjuntak mengatakan bahwa belajar coding menjadi hal yang penting saat ini karena teknologi telah mengambil alih 90 persen pekerjaan manusia.

“Jadi kita ngeliat sekarang semuanya kalau mau jualan di warteg aja sekarang pakai aplikasi. Terus mau jualan kopi aja sekarang pakai aplikasi. Jadi itu teknologi semuanya sudah ada di kehidupan manusia,” jelas Amanda mengenai data yang ia temukan dari Forbes pada Jumat (16/10/2020).

Dalam web seminar bertajuk “Meraih Sukses di Era Digital dengan Belajar Coding”, Amanda juga memaparkan hasil riset dari McKinsey Global Institute bahwa di masa depan, peran manusia akan menjadi semakin sedikit karena adanya automasi.

“Ada 800 juta kerjaan yang akan diautomasi pada 2030. Diautomasi artinya peran manusia sudah tidak diperlukan kalau pekerjaannya diautomasi. Jadi kerjaan itu sudah bisa dilakukan oleh mesin, oleh sistem,” ujarnya.

Maka dari itu, generasi muda harus bisa mengantisipasi karier mereka bila kebanyakan pekerjaan akan diautomasi.

Soalnya masih ada peluang 9 juta pekerjaan di Indonesia yang menurut hasil riset konsultan keuangan Inggris KPMG tidak bisa dipenuhi pada 2030 karena keterbatasan kemampuan.

“Jadi mengapa itu harus sekarang, mengapa perlu banget belajar coding, ya karena itu,” tegas Amanda.

Peluang karier coder

Coding merupakan kegiatan memberi instruksi pada komputer dengan bahasa yang dimengerti komputer, seperti HTML, CSS, dan Javascript. Sementara itu, orang yang melakukan coding bernama coder.

Selain berdasarkan data yang ada, Amanda mengutip pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa 5 hingga 10 tahun ke depan, masyarakat harus menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa coding.

Pendiri Perusahaan Apple Steve Jobs juga menjelaskan, semua orang harus belajar coding karena coding mengajarkan cara berpikir.

“Bukan cuman yang jadi programmer aja yang mesti belajar coding, tapi semuanya itu sebaiknya belajar coding karena itu mengajarkan logika berpikir,” tutur Amanda mengutip Steve.


Maka dari itu, menjadi coder atau programmer merupakan salah satu peluang karier untuk masa depan karena adanya pertumbuhan di dunia digital.

Amanda pun memaparkan tipe-tipe pengembang perangkat lunak (software developer) yang ada di masyarakat sebagai berikut. 

1. Web Apps (Full-stack Developer) yang biasa terbagi dua menjadi front end dan back end sebanyak 35 persen.
2. Mobile apps atau perancang aplikasi mobile (20 persen).
3. Desktop apps (12 persen).
4. DevOps (11 persen).
5. Video games (8 persen).
6. Data science (7 persen).
7. Operating systems (3 persen).
8. Embedded systems (3 persen).
9. Language atau compilers (1 persen).

“Kalau teman-teman mau jadi programmer, ini adalah estimasi gajinya. Kalau untuk freshgrade, ini orang baru mulai sekitar 5 hingga 9 juta,” kata Amanda.

Kemudian yang sudah berpengalaman sekitar 1 hingga 3 tahun biasanya mendapatkan gaji sekitar 10-19 juta.

Untuk programmer senior yang sudah melakukan coding selama 3 hingga 5 tahun mendapatkan gaji dengan kisaran 20 sampai 29 juta.

Kalau sudah bekerja di atas 5 tahun, coder bisa memeroleh 30 hingga 120 juta.

Hadir membawa solusi dan dampak

Meski penting dan memiliki peluang karier, tetapi Amanda melihat bahwa adanya kelangakaan akses untuk siswa masuk belajar coding.

“Terdapat kelangkaan akses bagi para siswa tidak mampu yang tertarik untuk terjun menjadi praktisi coding. Markoding (Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa) didirikan pada 2017 dengan tujuan membantu mengatasi kesenjangan ini melalui penyediaan pendidikan informal seputar coding yang dapat langsung diterapkan dalam waktu singkat,” ujarnya.

Markoding menjadi lembaga non profit yang berfokus untuk membantu siswa marginal, terutama yang memiliki Kartu Jakarta Pintar (KJP), memperoleh pelatihan dan fasilitas gratis mengenai coding.

Kini Markoding juga menyelenggarakan Innovation Challenge, di mana mereka mengajak siswa untuk menemukan masalah dan membuat solusinya secara digital.

“Jadi pertama mereka dilatih untuk menemukan masalah di sekitar mereka. Misalnya masalah cyber bullying, masalah keluarga, sekolah mahal atau rumah sakit mahal. Kita bantu mereka menyelesaikan masalah dengan design thinking. Pada akhirnya mereka membuat aplikasi sungguhan dengan koding," jelas Amanda.

Dengan memberikan pelatihan gratis, pendanaan Markoding pun dibantu dari berbagai pihak yaitu UNICEF, korporasi, hingga masyarakat.

Untuk pengajaran, Markoding juga mengajak praktisi di dunia digital untuk ikut serta membantu mengajar dan memberikan dampak bagi sesama.

“Kita juga membuka dari profesi apapun asal, terutama yang bergerak di dunia digital ya karena kita mengajarnya skill digital. Kalau ada yang tertarik (menjadi mentor), kami dengan senang hati kita bisa bergabung bareng untuk kita bisa membuat dampak bersama,” imbuh Amanda.

https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/18/090216871/siswa-ini-peluang-karier-dan-gaji-coder-di-masa-depan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke