KOMPAS.com – Pada Oktober 2020, Kepala Sekolah SMA Santa Laurensia Theja Kurniawan menyampaikan ada 10 siswanya meraih juara pada perlombaan matematika dan sains.
Kesepuluh siswa tersebut meraih berbagai penghargaan dari SouthEast Asian Mathematical Olympiad (SEAMO), National Medical and General Biology Competition, dan Kompetisi Pesta Science Institut Pertanian Bogor (IPB) 2020.
Berikut ini adalah daftar pelajar SMA Santa Laurensia yang menorehkan prestasi dalam perlombaan matematika dan sains pada bulan ini.
Utamakan proses, bukan hasil
Untuk mendorong siswa mengikuti lomba, Theja selalu menantang siswanya untuk jangan berpuas diri.
“Jangan misalnya paling jago satu kelas, udah merasa paling bisalah dia memang di bidang itu. Ayo tantang diri kamu lebih lagi dengan salah satu caranya, ikut kompetisi karena kompetisi itu bukan untuk 'gagah-gagahan', tetapi lebih untuk mengukur kemampuan kamu itu dan bisa melihat lingkungan di luar,” jelas Theja saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (20/10/2020).
Dengan begitu, siswa dapat memandang kompetisi sebagai ajang belajar untuk menantang dirinya melakukan hal yang lebih dari sebelumnya.
“Jadi menang atau kalah sih cuman bonus sebetulnya, tapi apa yang didapat waktu proses kompetisinya, persiapannya, jauh lebih penting,” ujar Theja.
Theja mengakui banyak juga siswa yang kalah dalam kompetisi, tetapi tidak menjadi masalah karena ia mementingkan pembelajaran dari prosesnya.
“Karena prosesnya nanti mereka bawa waktu kuliah. Jadi kita tidak lihat hasilnya kalau kita sih. Kita menang atau kalah enggak jadi masalah,” lanjutnya.
Strategi pantik siswa berprestasi
Theja pun menceritakan 3 cara SMA St. Laurensia untuk membuat siswa dapat berprestasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.
1. Lihat dan kembangkan kelebihan
Dalam proses belajar mengajar, pengajar di SMA St. Laurensia menanamkan kepada siswa bahwa mereka memiliki kelebihan di bidangnya masing-masing.
Theja menjelaskan, jangan sampai kelebihan siswa ditimbun karena kontribusi mereka juga dibutuhkan.
Menurut Theja, anak-anak SMA masih mencari aktualisasi diri atau pengakuan lewat penghargaan.
“Makanya kita ingin kebutuhan siswa SMA ini kan ingin aktualisasi diri, ingin dilihat sama teman-teman, pengen eksis gitu lah. Eksisnya kita dorong lah ke anak-anak ke arah positif. Ayolah esksisnya lewat apa yang kamu punya. Jadi kembangkan apa yang kamu punya. Enggak jadi masalah mau akademis atau non akademis,” katanya.
2. Rancang mapel penelitian
Theja mengakui bahwa SMA St. Laurensia banyak mengikuti lomba terkait penelitian dan siswa sangat antiusias karena bisa membawa ide-ide penelitian mereka untuk mendapatkan apresiasi.
Pasalnya, SMA St. Laurensia merancang mata pelajaran bernama "Proyek Penelitian" yang masuk ke kurikulum untuk mengembangkan kemampuan anak menyelesaikan masalah dengan pendekatan saintifik.
“Karena kita ingin siswa melihat suatu permasalahan itu berdasarkan pendekatan saintifik ya. Bukan berdasarkan feeling atau perasaan, tapi semua harus berdasarkan data,” imbuh Theja.
Selain itu, pengajaran dasar seperti bagaimana menemukan data yang valid, memanfaatkan data, dan mengolah suatu data menjadi informasi sudah diperoleh pada saat 3 bulan pertama siswa berada di tingkat 1 SMA.
Setelah 3 bulan mengenali dasar-dasar penelitian, berikutnya siswa akan membentuk kelompok untuk menemukan satu topik masalah untuk latihan.
Pada tingkat selanjutnya, siswa baru memulai penelitan dan hasilnya dapat digunakan untuk mengikuti lomba.
‘’Jadi sebenarnya untuk lomba-lomba STEM, lomba karya ilmiah remaja, penelitian itu sebenarnya tinggal mengambil karya-karya anak yang mereka kerjakan selama 6 bulan ya,” kata Theja.
Maka dari itu, Theja mengatakan, sebenarnya pelajar yang mengikuti lomba penelitian sudah mempersiapkan dirinya sejak 1 SMA.
“Mungkin jarang ya di sekolah lain (mata pelajaran Proyek Penelitian) sehingga anak-anak kami minta untuk mengamati lingkungan sekitar, mencari masalah lalu mencari solusinya,” tuturnya.
3. Peran penting guru
Untuk membuat murid menyukai suatu pelajaran, Theja mengucapkan bahwa ia merekrut guru dengan melihat kecintaannya kepada ilmu yang mereka ajar dan keinginan belajarnya.
“Bagi kami kan ilmu itu bisa dipelajari, tapi dari gurunya harus memiliki ciri-ciri itu. Kecintaan pada apa yang dipelajari dan kecintaan apa yang diajarkan sama keinginan kuat untuk belajar terus,” jelasnya.
Dengan begitu, guru mampu memberikan dampak rasa sukanya dalam pelajaran tertentu kepada murid-muridnya.
“Kalau gurunya mampu, mampu bercerita, mampu merangsang anak dengan apa yang dia suka, itu biasa anak ikut (suka),” jelas Theja.
Meski tujuan seorang guru adalah membuat anak-anak lebih hebat daripada dirinya, tetapi Theja menegaskan agar pengajar jangan berhenti untuk belajar.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/21/101726971/lahirkan-juara-sains-dan-matematika-ini-3-strategi-dilakukan-sekolah-st