KOMPAS.com - Keterbatasan itu bukan suatu halangan. Tetapi bisa menjadi sebuat motivasi untuk dapat berbuat lebih dan lebih.
Seperti itulah ungkapan yang disampaikan oleh mahasiswa Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), Miftahudin Nur Ihsan.
Meski bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan, tetapi dia bisa menempuh studi S1 berkat beasiswa Bidikmisi di Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Melansir akun Instagram Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Sabtu (24/10/2020), sejak masih kuliah S1 itu, Ihsan mendirikan usaha Smart Batik pada 2016.
Inovasi motif batik
Dipilihnya batik karena dia ingin batik yang tidak terpaku pada motif klasik saja, tapi dia berkreasi.
Bagi dia, tak hanya memainkan fungsi estetis, motif batik sebenarnya juga perwujudan akan pengalaman dan imajinasi, termasuk untuk menandai sebuah era dan peristiwa yang berjalan beriringan dengan masa hidup pembatiknya.
Sebagai sebuah penanda zaman, motif batik tak bisa hanya berpaku pada motif-motif klasik. Seperti parang, kawung, ceplok, dan sebagainya.
Tapi Ihsan konsisten memproduksi batik dengan motif-motif tematik mulai dari:
Inilah yang dilakukan Ihsan, Awardee LPDP jalur Afirmasi Bidikmisi yang kini menimba ilmu di Magister Manajemen UGM.
Tak hanya itu saja, Smart Batik juga menerima pembuatan batik custom motif yang biasa dipesan untuk seragam instansi pemerintah.
Raih berbagai penghargaan
Baru-baru ini, Smart Batik mengantarkannya meraih berbagai penghargaan baik skala regional maupun nasional. Seperti berhasil menyabet predikat Juara III dalam Pemilihan Wirausaha Muda Pemula (WMP) Berprestasi.
WMP yang diselenggarakan oleh Kemenpora itu, melalui serangkaian proses seleksi ia berhasil bersinar di antara 436 wirausahawan lainnya.
Merasa beruntung karena dapat menempuh pendidikan tinggi melalui beasiswa Bidikmisi dan LPDP membuatnya ingin memberi kontribusi lebih bagi masyarakat sekitar.
Maka, sebisa mungkin ia melibatkan pembatik rumahan. Kini telah ada 30 orang pembatik di wilayah DIY dan Jawa Tengah yang mendapat manfaat dari usaha Smart Batik miliknya.
Jadi, perjalanan bisnis dan proses pendidikan yang ia jalani itu adalah usaha keras karena ia punya motivasi.
Ternyata, usaha Smart Batik yang ia rintis sejak 2016 juga tak langsung mulus seperti sekarang. Tetapi butuh waktu sekitar dua tahun untuk Smart Batik benar-benar berkembang menjadi badan usaha.
"Saya berpesan, jangan jadikan keterbatas sebagai penghalang. Namun sebagai motivasi untuk dapat berbuat lebih," pesan Ihsan.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/10/25/110120771/cerita-penerima-bidikmisi-dan-lpdp-raih-penghargaan-lewat-batik